tag:blogger.com,1999:blog-68224721952791841212024-03-05T13:14:48.120+07:00Sebuah Perjalanan :)It's Wonderful World, Make A Wonderful Life, Be A Wonderful Person :DKurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.comBlogger48125tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-64113894798992382832018-07-04T20:16:00.002+07:002018-07-04T20:16:33.068+07:00Perjalanan Yogyakarta-Jakarta-Surabaya: Hikmah#2 Belajar dari Mas Galih<div style="text-align: justify;">
Hanya ingin bercerita tentang seorang adik. Namanya Mas Galih, kelas 4 SD. Adik sahabat saya, Rahma, di asrama. Adik yang justru memberikan keteladanan pada saya yang umurnya jauh berada di atasnya :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sore itu saya tiba di rumah sahabat saya. Bersilaturahmi sekaligus mampir sejenak untuk beristirahat guna melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Seorang anak laki-laki terlihat masih malu-malu melihat orang baru dalam rumahnya. Saat maghrib tiba, barulah ia berani menyapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mba, aku numpang ngaji disini ya," kata Mas Galih sambil membuka Al-Qur'an dan langsung duduk di pojokan menghadap tembok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mas Galih mulai membaca. Mungkin terkadang panjang-pendeknya masih ada yang salah. Atau juga pelafalannya masih kurang tepat. Tetapi bahkan, ya Allah, saya hingga SMA pun masih terbata-bata membaca Al Qur'an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya teringat dulu, ketika SMA, ada suatu acara pesantren kilat. Masya Allah, teman-teman saya yang non-Rohis begitu lancar membacanya. Dan ketika tiba giliran saya, justru saya yang anak Rohis, yang mungkin notabene-nya 'terlihat' lebih baik di bidang agama, malah membacanya dengan terbata-bata. Malu, malu, maluu rasanya saat itu. Sejak saat itulah saya berusaha memperbaiki bacaan saya. Memantaskan dan memperbaiki diri. Dan perbaikan-perbaikan itu baru bisa terealisasikan saat berkuliah, terutama yaa saat di asrama itu. Ya Allah, saya sangat jauh di bawah Mas Galih yang bahkan sudah membaca Al-Quran di umur yang entah saat itu mungkin saya baru membaca jilid :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah membaca Al-Qur'an, Mas Galih mengajak saya mengobrol. <i>Duh Dik</i>, umur segitu saya masih malu-malu bahkan seringkali bersembunyi bila melihat orang baru. Perlahan Mas Galih mendekati bunga di dalam vas yang saya bawa dari pernikahan salah satu sahabat saya, Aisyah, hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini bunga apa Mba?" Tanya Mas Galih sambil menunjuk bunga terbesar yang berwarna putih.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Itu bunga krisan Mas Galih," terang saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Mas Galih mulai menunjuk bunga-bunga lainnya dan menanyakan namanya satu persatu. Saya pun menjelaskannya. Untuk bunga-bunga yang bahkan tidak kami ketahui namanya, kami mencarinya di internet. Mas Galih terlihat tertarik dengan bahasan itu. Menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata begini ya rasanya mempunyai adik yang masih dalam umur 'ingin tahu segala hal'. Kadang kesulitan juga bila menjelaskan apa yang tidak saya ketahui juga namanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ini yang dirasakan Bapak hingga saat ini. Putrinya ini terlalu sering bertanya. Dulu saya senang sekali bertanya nama-nama tanaman, nama-nama hewan pada Bapak. Tanaman dan hewan, 2 hal yang paling menarik perhatian saya. Jalan-jalan, mendengarkan cerita fabel, ke kebun binatang, adalah hal yang paling saya senangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meningkat sedikit umur saya, pertanyaan berganti menjadi bagaimana dan mengapa tentang hal-hal yang terjadi di sekitar. Meningkat lagi, pertanyaan menjadi semakin rumit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi Bapak selalu punya jawaban untuk pertanyaan putrinya: menjelaskan bagaimana cara menghafal nomor KTP, menjelaskan bahwa dengan melihat nomor KTP kamu bisa melihat tanggal lahir seseorang (yang tentunya karena pada KTP perempuan pada tanggal lahir ditambahkan 40, maka saya tidak bisa menemukannya saat itu -__-. Misal: seseorang lahir pada 23-10-1995 > di KTP laki-laki akan tertulis 231095, sedangkan di KTP perempuan akan tertulis 631095).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga pertanyaan meningkat kembali dan saya mulai bertanya mengenai agama: "Kan ada hadits yang mengatakan kalau solat subuh di masjid terus berdiam sampe syuruq lalu sholat 2 rakaat, maka ia dapat pahala haji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. Padahal perempuan lebih baik di rumah, jadi kita gabisa dapet pahala itu dong kalo di rumah? Cuma buat laki-laki dong? Kan haditsnya kalo di masjid? Padahal kan aku mau juga dapet pahala kaya gitu," atau pertanyaan, "Sebaik-baik puasa adalah puasa daud dan tidak ada yang lebih baik dari puasa itu. Jadi kalo udah puasa daud gaboleh puasa yang lain kah, Pak? Atau gimana?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan entah kenapa Bapak selalu bisa menjawab, atau bila tidak bisa, akan berusaha mencarikan jawaban.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata menjadi orang tua tidak sederhana ya. Perlu banyak belajar. Apalagi anak-anak akan selalu punya pertanyaan-pertanyaan 'tidak terduga' :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Setelah puas menanyakan nama-nama bunga, Mas Galih beranjak untuk belajar, minta didampingi Ibu dan Mba Ima-nya *Ima=nama panggilan Rahma di rumah. Saya menyimak di sampingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>Masya Allah</i>, di situ saya sadar apa yang hilang selama ini dari diri saya selama belajar di perkuliahan :')<br />
<br />
<i>Semangat untuk benar-benar belajar.</i><br />
<br />
Iya. Mas Galih begitu bersemangat mengerjakan soal-soal yang bahkan bukan PR yang diberikan.<br />
Saat itu saya sadar, terakhir kali saya memiliki semangat seperti itu adalah saat SMA, untuk mata pelajaran Kimia. Soal-soal di buku sudah dikerjakan dan buku paket sudah dipelajari jauh sebelum materi dijelaskan. Di kuliahan? Belajar hanya saat akan ujian. <i>Astaghfirullah</i> :'<br />
<br />
Esoknya, saya berpamitan. Kata Rahma, Mas Galih mudah dekat dengan teman-teman Rahma dan akan sedih bila temannya berpamitan. Benar saja, Mas Galih ndak rela kalau teman Rahma pulang.<br />
"Mba Isti, Mba Ima, Ibu, Mas Galih kapan-kapan boleh kan ya main ke rumah Mba Isti?"<br />
"Boleh Mas Galih, main aja yah kapan-kapan :)"<br />
________________________________________________________________________<br />
<br />
Nyaris setahun lalu sudah.<br />
Hanya beberapa waktu bersama dan saya belajar banyak dari Mas Galih.<br />
Tentang kecintaan pada Al-Qur'an yang harus ditanamkan sejak dini,<br />
Tentang menghadapi seorang adik yang selalu ingin tahu itu dan ini,<br />
Tentang semangat belajar tanpa henti.<br />
<br />
Dan, saya merasakan, benarlah kata orang, seringkali, belajar itu bukan tentang "siapa", tetapi tentang "apa" :)<br />
<br />
<i>*Postingan nyaris setahun lalu yang baru diselesaikan</i></div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-36290958844187063882018-02-05T22:41:00.001+07:002018-02-05T22:41:15.904+07:00Thanks Jan, Welcome Feb :)<p dir="ltr">Terima kasih Januari,<br>
Untuk segala pelajaran hidup di bulan itu yang begitu-tidak-bisa-diceritakan. Iya. Hanya untuk disimpan. Terlalu banyak hal yang tidak-untuk-diungkapkan, tetapi begitu membawa banyak pelajaran.</p>
<p dir="ltr">Selamat datang Februari, bulan baru.<br>
Tidak berniat mengganti buku yang lalu, hanya membuka lembar yang baru.<br>
Kadang meringis-miris sekaligus tersenyum-sipu-pilu mengingat apa yang telah lalu di Januari itu.<br>
Ah tak apa, bila tak pernah terjadi, bukankah diri ini kehilangan kesempatan belajar?<br>
Walau sempat gugu-terpaku-membisu, tapi diri ini masih akan memperjuangkan sesuatu itu.<br>
Karena segala sesuatu yang kita anggap berharga memang patut diperjuangkan bukan?<br>
Menyerah karena adanya hambatan dan permasalahan hanya kan membawa penyesalan.<br>
Hanya kali ini mencoba jalan yang berbeda untuk memperjuangkan.</p>
<p dir="ltr">Percayalah, selalu ada jalan untuk mereka yang masih mau berjuang.<br>
Bukan begitu? :)</p>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-32825107875314453312018-01-15T20:26:00.000+07:002018-01-15T20:32:24.040+07:00Menjaga Keberkahan<div align="left" dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<div dir="ltr">
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black;">"Diantara sekian banyak ketidakmungkinan, m</span></i><span style="color: black;"><i>asih ada celah-celah kemungkinan. </i></span><span style="color: black;"><i>Asal diri tetap percaya, a</i></span><span style="color: black;"><i>sal diri tetap mau berusaha"</i></span></blockquote>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Menantang diri di bulan Januari. Hanya karena perkataan seorang penjual kepada pembeli.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">"Mas maaf, disini bisa sekalian <i>install</i> aplikasi lain ngga ya?"</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Wah maaf mba, disini kami <i>instal</i>lkan <i>Windows 10</i> nya <i>ori </i>seperti di brosur, gratis. Kalo untuk <i>microsoft officen</i>ya 1.3jt mba. Untuk aplikasi lain kami tidak menyediakan. Kalo mau <i>install </i>yg bajakan mungkin bisa di tempat lain."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Jleb.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Niat hati mau sekalian menginstall aplikasi-aplikasi desain untuk memulai usaha mencari uang. Tapi langsung buru-buru mengurungkan niat.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Oh oke mas, makasih banyak. Udah itu aja dulu :) "</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Membiarkan kembali penjual untuk melayani pembeli lain. Lalu beranjak pulang.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Perkataan penjual yang sederhana dan jujur, namun membuat diri saya kembali merecall tekad diri tahun lalu yg belum terlaksana.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>"Ti, kamu tu mau desain buat cari uang kan? Buat tabungan masa depan. Buat menghidupi diri kamu sendiri dan bisa jadi menghidupi orang lain ke depan. Yakin mau usaha pake aplikasi berbayar yang ngga kamu bayar? Yakin berani kalo pada akhirnya uang yg kamu dapat itu akan jadi makanan yang masuk ke perut dan mengalir dalam tubuh, jadi daging, untuk selamanya? <span style="color: black;">Ngga cuma buat kamu, tapi juga buat keluargamu? </span>Yakin itu akan membawa keberkahan?"</i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pertan<span style="color: black;">yaan-perta</span>nyaan itu teru<span style="color: black;">s</span> berkelebat dalam diri.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Bulan Desember lalu..</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"<i>Assalamu'alaikum</i>. <i>Ukh</i>, bisa minta tolong?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sebenarnya saya geli sendiri dipanggil <i><span style="color: black;">U</span></i><i>kh</i>, biasanya saya lebih sering minta dipanggil nama oleh kakak-kakak.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Ya <span style="color: black;">M</span>as, bisa bantu apa?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Bisa desainin undangan kah?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Saya langsung membalas refleks,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Mas yakin? Saya masih <i>newbie</i> di desain, baru bisa pas kuliah. Belum pernah buat undangan. Yakin mau minta tolong saya? Saya lagi gaada laptop buat desain juga."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dalam batin saya: <i>apalagi ini acara penting dan resmi.</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Iya <i>Ukh</i> gapapa, laptopnya nanti bisa Mas pinjemin. Tapi sekarang Mas lagi ngga di Jogja."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Iyq gapapa <span style="color: black;">M</span>as. Insya Allah aku mau beli laptop kok <span style="color: black;">M</span>as."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Oh oke."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dan hingga bulan Desember berakhir, desain itu belum kunjung saya buat. Laptop pun belum kunjung terbeli. Beberapa kali mengajak teman untuk menemani membeli, tapi belum kunjung terlaksana. Apalagi akhir Desember menjadi saat yang cukup membuat saya memikirkan banyak hal, pulang ke rumah pun terpaksa saya tunda. Persiapan DPMK, hari DPMK, <i>Camping Qur'an</i> di UNS, dan acara walimahan teman di luar kota menjadi agenda2 yang cukup membuat fokus saya teralihkan.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>1 Januari..</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"<i>Ukh</i>, gimana? Udah dibuat desainnya?" tanya si kakak.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Wah belum <span style="color: black;">M</span>as. Maaf ya <span style="color: black;">M</span>as. Saya baru balik Jogja hari ini. Insya Allah besok saya beli laptopnya."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Kalo bisa segera ya <i>Ukh</i>. Syukron <i>Ukh</i>."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Segera saya mengajak teman untuk membeli.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Ma, besok kamu ada agenda ngga?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Mau ke bank Titii, kenapa?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Temenin aku beli laptop yuk."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Eh ayoook."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhirnya, ditemani Rahma, laptop itu terbeli juga.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Keberkahan</i>.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Konsep keberkahan menjadi sesuatu yang membekas dalam diri. Entah dari mana saja datangnya pengetahuan itu. Mungkin dari kelas-kelas di KnKEI SEF FEB UGM tahun lalu, kajian-kajian, diskusi dengan teman-teman. Begitu membekas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Maka, <i>Bismillah</i>.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Diri ini membulatkan tekad.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Cari yang insya Allah lebih berkah aja, Ti.</i></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Berbekal wifi kampus, saya memulainya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Search: "<i>Aplikasi open source</i>"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Muncullah nama-nama aplikasi yang bisa didownload gratis tanpa membayar.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Inkscape</i>, aplikasi yang dikatakan mirip <i><span style="color: black;">C</span></i><i>orel</i>, dan <i>GIMP</i>, aplikasi yang dikatakan mirip <i><span style="color: black;">P</span></i><i>hotoshop</i>, menjadi 2 aplikasi yang saya pilih untuk mengerjakan DL terdekat.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sip.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sepulang dari kampus, saya mencoba dua aplikasi itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Iya, mirip. Mirip, tapi tidak sama.</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dan ternyata ketidaksamaan itu cukup membuat saya ingin menyerah. Dikejar DL, tapi nekad memakai aplikasi baru. Ctrl dan z menjadi 2 tombol tersering yang saya gunakan. Berkali-kali salah. Berkali- kali mengulang.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Hari pertama berakhir dengan tidak ada kemajuan.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ternyata susah walaupun katanya mirip. <i>Iya mirip, tapi banyak bedanya juga :'</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Bahkan sampai sekarang saya tidak tau sebenarnya di <i>Inkscape</i> ada perintah <i>crop</i> atau tidak.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Aih</i>, ingin menyerah saja rasanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Boleh ngga nangis? :'</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Kata saya pada diri saya sendiri. Lelah dengan semua itu sedangkan DL sudah di depan mata.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Atau install Corel bajakan aja ya buat ngejar DL yang ini?</i> Pikir saya.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Tapi urung niat itu saya laksanakan.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Ngga Ti, ini bakal jadi uang. Yakin mau pake uang itu? Yakin berkah?</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pertanyaan itu menjadi pengingat diri saya dan mengantarkan saya untuk menutup<span style="color: black;"> saja</span> laptop saya hari itu.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Esoknya, <i>3 Januari</i>, saya berkutat kembali dengan 2 aplikasi yang sama.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ctrl Z masih jadi tombol andalan, tetapi cukup berkurang dibandingkan hari sebelumnya. Saya perhatikan baik-baik ikon-ikon dan menu-menu yang ada. Iya mirip, tapi beberapa berganti nama dari yang ada di <i><span style="color: black;">Co</span></i><i>rel</i>. Membuat saya harus membiasakan ulang.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sulit? Iya, sulit rasanya menggunakan yang tidak biasa digunakan.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Tapi lama-lama terbiasa juga.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Alhasil, hari kedua saya lewatkan dengan progress undangan 20%. Setidaknya u<span style="color: black;">ndangan</span> depan sudah setengah jadi, batin saya.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Langsung saya kirim untuk segera mendapat masukan.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Revisi pun langsung saya kerjakan.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>4 Januari</i>. Saya mulai terbiasa.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Alhamdulillah</i></span><span style="color: black;">. </span>Progress 80% menjadi progress akhir hari itu.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Alhamdulillah</i><span style="color: black;"><i>,</i></span> Allah masih menguatkan saya untuk tetap teguh dalam tekad saya dan membantu saya untuk belajar dengan cepat.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Progress</i> <span style="color: black;">pun s</span>aya kirim.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Ubarampe</i> lain diminta untuk dibuat pula.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sip. Baik.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>5 Januari.</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Segala <i>ubarampe</i>, mulai dari desain <i>Al Ma'tsurat</i>, gantungan kunci, undangan online, kartu souvenir, saya buat berdasar copas dan reposisi dari desain undangan cetak.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Done</i>.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"<i>Ukh</i><i><span style="color: black;">,</span></i> bisa kirim jpeg sama cdrnya ke <span style="color: black;">M</span>as?"</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ini bagian yang sudah saya pikir sejak awal. <i>Kalau sudah mau naik cetak, gimana?</i> Karena saya pun biasanya kalau mau cetak, filenya saya bawa dalam bentu ekstensi .cdr.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhirnya saya pun berkata apa yang sebenarnya.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Mas, sebenernya <span style="color: black;">ini filenya bukan</span><span style="color: black;"> .cdr e. Gimana ya. Nah aku gatau ini file bisa kebaca di corel ngga. </span><span style="color: black;">Pakenya .svg. </span><span style="color: black;">Pake aplikasi inkscape. Aku pake </span><i><span style="color: black;">software2</span></i><span style="color: black;"> </span><i><span style="color: black;">opensource</span></i><span style="color: black;"> mas. Gaberani pake bajakan buat cari uang. Aku </span>baru belajar. Ini punya mas percobaan pertamaku buat pake aplikasi in<span style="color: black;">i."</span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Iya, beberapa hari itu, saya sama sekali tidak bercerita apapun. Susah ya saya sendiri yang susah. Yang penting masnya tau jadi, begitu pikir saya. Masa iya kesusahan mau diceritakan, takut malah kakak tersebut jadi tidak tenang karena saya pun masih kesulitan menggunakan aplikasinya.</span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">"Oh gitu, yaudah </span><span style="color: black;"><i>Ukh</i></span><span style="color: black;"> kirim aja."</span></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">"Oke besok ya Mas, cari wifi."</span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>6 Januari.</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"<i>U</i><i><span style="color: black;">kh</span></i><span style="color: black;">, saya udah tanya, percetakan gabisa kalo gapake </span><i><span style="color: black;">Corel</span></i>. Gimana dong?"</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Aih, bad news in the morning wkwk.</i></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Pake .<i>png</i> mas. Masa gabisa?" <i>Ya kan paling tinggal import. Cetak deh. </i>Pikir saya.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Emang ngga pecah ya?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Nah, sejak awal aku dah mikir itu mas makanya aku sebelum DL emang mau aku coba cetak sendiri dulu satu."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Yaudah aku coba tanyain bisa ngga .<i>png</i>"</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Tidak sampai 2 jam, datang <i>bad news</i> kedua.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Kata percetakannya gabisa pake .<i>png</i>. Gimana ya? Mesti segera naik cetak soalnya."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Jujur, saya sebenernya juga panik b<span style="color: black;">acanya</span>. Bedanya, saya sudah siap akan ada berita kaya gini sejak awal wkwkwk</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Jadilah ja</span>waban yang saya tuliskan malah sok-sokan, "Lah mas kan nge DL tgl 10 kan. Aku niatnya emang coba nyari yg bisa cetak dulu."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Dalam hati saya: <i>waduh, dimana ya yg bisa cetak dari .png. Bingung. K</i><i><span style="color: black;">arena</span></i><i> saya juga taunya biasanya cetak dari .cdr</i><i><span style="color: black;"> wkwk</span></i></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhirnya saya hubungi teman saya untuk meminta kontak percetakan undangan. Dapat 2. Salah satunya CS nya saya tahu teman saya sendiri saat di organisasi. Segera saya hubungi.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Mas, mau nanya boleh kah? Kalo misal nyetak undangan desain dah jadi bisa ngga ya? Tapi formatnya .<i>png</i>."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Wah ngga bisa e <span style="color: black;">T</span>i, bisanya dari <i>AI</i> atau <i>Corel</i>."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Oh yaudah, oke. Makasih infonya <span style="color: black;">M</span>as."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Great. Bad news</i> ketiga :'D</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Ya Allah, pengen cari yang lebih berkah kok susah banget yaa. Adaaa aja.</i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Saya hanya bisa menggumam dalam hati</span><span style="color: black;">.</span></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sedih, pengen nangis<span style="color: black;">, mana udah mepet DL.</span> Tap<span style="color: black;">i juga lucu.</span><span style="color: black;"> Giliran susah desain udah kelewat, e ternyata cetaknya susah juga. Lucu, pe</span>ngen ketawa juga. <i>Campuraduk</i>.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Saya coba hubungi yang satu lagi.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Oh, nanti coba saya tanyakan bagian produksi ya mba."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Tik tok tik tok...</i></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Ehmmm</i>.. Saya menanti dengan harap-harap cemas. Daripada hanya berharap lebih baik berusaha juga, pikir saya.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Sip. Saya bertekad untuk keliling Jogja<span style="color: black;">. "</span><span style="color: black;"><i>P</i></span><i>antang</i><i> pulang sebelum menemukan tempat cetak undangan</i>' <span style="color: black;">menjadi tagline saya hari itu </span>wkwkwk. <i>Lol</i> sih, tapi tekadnya seriusan. Mau gimana lagi, mau gamau saya harus bertanggung jawab dengan desain yg hanya <span style="color: black;">.p</span>ng dan bukan <span style="color: black;">.</span>cdr seperti standar biasanya.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Akhirnya saya mencoba di dekat kosan lama.</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Mas, mau nanya2 dulu boleh? Kalo mau cetak, desain dah jadi bisa ngga ya?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Bisa bisa. Mba ada <i>cdr</i> nya?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Nah, ini pertanyaan yg paling saya takutkan wkwk</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Kalo dari <span style="color: black;">.</span><i><span style="color: black;">png</span></i> bisa ngga ya mas? Soalnya saya ngga buat di <i><span style="color: black;">C</span></i><i>orel</i> jadi bukan .<i>cdr</i>. Tapi takut pecah gitu."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Oh, coba saya liat dulu .<i>png</i> nya."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Saya buka desain jadi itu di laptop saya.</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Coba perbesar mba. Lagi. Lagi.<span style="color: black;"> Lagi.</span>"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>*'Lagi' nya jangan dibaca ala-ala Teletubbies ya wkwk*</i></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Kalo saya liat<span style="color: black;">, </span>masih aman sih buat dicetak."</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Berarti bisa <span style="color: black;">M</span>as?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"Bisa. Mau cetak berapa <span style="color: black;">Mb</span>a?"</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
"<i>Alhamdulillah</i>. Bentar <span style="color: black;">M</span>as saya tanyain dulu. Bukan saya yg mau cetak, bukan saya yg mau nikah soalnya wkwk."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Pesan WA masuk, "<span style="color: black;">M</span>ba, bisa cetak dari .<i>png</i>."</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<i>Alhamdulillah. Good news</i>. Dua langsung! :')</div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Ya Allah, <i>fa inna ma'al 'usri yusro. Inna ma'al 'usri yusro.</i> Bersama kesulitan ada kemudahan.<span style="color: black;"> Janji-Nya.</span></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Iya, bersama banget! Dalam satu hari yg sama :')</div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i><br /></i></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>"Diantara sekian banyak ketidakmungkinan,</i></span></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Masih ada celah celah kemungkinan.</i></span></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Asal diri tetap percaya,</i></span></div>
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Asal diri tetap mau berusaha"</i></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i><br /></i></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Alhamdulillah</i></span><span style="color: black;">.</span></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Allah masih memberi saya kesempatan dan jalan untuk memegang prinsip itu sampai selesai DL desain pertama ini. Mungkin saya idealis. Atau lebih tepatnya: </span><span style="color: black;"><i>iya, saya idealis untuk masalah satu ini.</i></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Bukan masalah sok-sokan atau gimana. Memangnya mudah? </span><span style="color: black;"><i>Ndak</i></span><span style="color: black;">. Mana ada mudah meninggalkan sesuatu yang biasa digunakan dan menggantinya dengan yang baru dan samasekali asing. Saya kesusahan? Iya, jujur, saya kesusahan pada awalnya.</span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Tapi saya benar-benar ingin rezeki yang didapat, saya dapat dengan cara yang menurut saya lebih berkah. Mending saya susah sekarang, daripada terlampau mudah tapi ternyata menggunakan yang '</span><span style="color: black;"><i>ilegal</i></span><span style="color: black;">' dan keterusan. Saya ngga mau saya kasih makan keluarga saya nanti pakai uang hasil jual jasa desain dari aplikasi bajakan yang keberkahannya diri saya pertanyakan :')</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Karena uang-uang yang saya dapat saat ini, sudah saya niatkan untuk ke depan. Saya ngga mau dalam diri anak-anak saya nanti mengalir uang-uang yang saya sendiri mempertanyakan: </span><span style="color: black;"><i>berkah kah uang ini?</i></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Iya, saya idealis untuk urusan ini. Tapi kalau ditanya, '</span><span style="color: black;"><i>emang udah ngga pake 100% bajakan?</i></span><span style="color: black;">', saya pun ngga akan menjamin 100%. Saya masih belajar, masih berusaha. Belum sepenuhnya. Masih jauh mungkin. Tapi saya berusaha, sedikit demi sedikit meninggalkan. Sekali lagi, </span><span style="color: black;"><i>masih belajar.</i></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i><br /></i></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>***</i></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Hanya sedikit berbagi. Tentang pergolakan diri. Tentang melawan diri sendiri. Tentang sebuah tekad baru di tahun yang baru. Tentang menjaga keberkahan :)</span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i><br /></i></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><i>Doakan</i></span><span style="color: black;">. Semoga Allah terus meng </span><span style="color: black;"><i>istiqomah</i></span><span style="color: black;"> kan saya, menjaga dan menguatkan langkah saya ke depan :')</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-24731188832022434972017-09-30T23:31:00.002+07:002017-09-30T23:32:04.234+07:00Mengurus Kehilangan KTM (Lagi)<div style="text-align: justify;">
Ini adalah kesekian kalinya saya mengurus kehilangan benda berukuran sebesar kartu nama yang menjadi bukti bahwa saya mahasiswa; KTM.</div>
<div style="text-align: justify;">
Layaknya kunci yang sudah hilang ketiga kalinya di parkiran hingga mas-mas parkiran hafal dengan saya, benda ini mengikuti rekor kunci tersebut. Hilang untuk ketiga kalinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun sedikit banyak menjadi hafal bagaimana cara mengurus benda mungil itu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Urus surat kehilangan di kantor polisi > biasanya saya mengurus di Polsek Bulaksumur di selatan Bulaksumur Residence. Bilang, kehilangan KTM, mau mengurus surat kehilangan. Yang perlu disiapkan adalah KTP atau tanda pengenal dan rincian barang yang hilang: barangnya apa, hilang di mana, NIU berapa. Dalam sekejap, jadi!</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Selanjutnya, transfer Rp20.000,00 ke rekening untuk pengurusan pembuatan KTM (nomor rekening bisa didapat di DAA > sekarang istilah DAA apa ya? Pokoknya kantor yang ada di daerah seberang Gelanggang lah. Yaa itu lah yaa).</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Datang ke DAA, bilang mau mengurus pembuatan/cetak KTM hilang. Kadang jadi dalam beberapa hari, kadang langsung jadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Selesai, punya KTM lagi deh :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, sedikit bercerita. Mungkin penting mungkin tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi saya hanya terharu akan Bapak Polisi yang bertugas kemarin saat saya mengurus surat kehilangan. Kemarin adalah pertama kalinya, sekali lagi, pertama kalinya, saya tidak dimintai 'dana administrasi seikhlasnya' untuk pembuatan surat kehilangan. Selalu salut dengan orang-orang begitu. Entahlah, apa kali ini aturan sudah diperketat atau saya yang kebetulan 'bejo' diuruskan oleh Bapaknya. Bener-bener ya, walaupun paling kalau bayar juga 'cuma' bayar Rp5.000-10.000,00, tapi bagi anak kos itu berharga wkwk. Dan yang lebih berharga lagi adalah kejujuran Bapaknya :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan refleks saja saat itu saya yang heran hanya bisa mendoakan dalam hati agar rezeki dan urusan Bapaknya dilancarkan, dimudahkan, karena memudahkan urusan dan mengangkat satu beban pikiran dari mahasiswa akhir penuh kegalauan ini *alay wkwk</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yasudah. Sekian ketidakjelasan kali ini. Semoga langkah pengurusan kehilangan KTMnya bermanfaat~</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-58199270578876184162017-09-30T22:57:00.000+07:002017-09-30T23:31:51.892+07:00Perjalanan Yogyakarta-Jakarta-Surabaya: Hikmah#1 Kalah Cepat<div style="text-align: right;">
<i>Yogyakarta, 20 September 2017</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siang itu saya bergegas ke stasiun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iskom, pulang Senin aja."</div>
<div style="text-align: justify;">
Hmm saya pun berpikir begitu. Terlalu melelahkan ketika Rabu dari Jogja, Kamis sampai Jakarta, Jumat ke Surabaya, Sabtu sampai Surabaya dan Ahad pagi kembali ke Jogja. Maka jadilah hari itu saya menukarkan tiket kepulangan Surabaya-Yogyakarta tanggal 24 September dengan 25 September.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>*Berbagi sedikit tentang memundurkan/memajukan tiket. Datanglah ke customer service, nanti akan diberikan blangko permintaan penggantian jadwal kereta. Bilang atau isikan pada blangko mengenai perubahan-perubahan tersebut. Lalu pergi dari CS dan pergi ke loket untuk mencetak bukti bayar yang baru dan mendapatkan kode booking. Uang yang sudah dibayarkan saat pembelian tiket yang lalu akan terpotong 25%nya. Bayarkan kekurangan tersebut. Selesai. Jadwal keberangkatannya akan berganti sesuai jadwal keberangkatan yang baru :)</i></i></div>
<i>
</i><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu di stasiun cukup ramai. Antrian CS tidak terlalu seramai antrian loket. Tidak berapa lama setelah mengambil nomor antrian, saya mengurus ke CS lalu diarahkan untuk mengambil antrian loket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Antrian loket ternyata jauh lebih membutuhkan kesabaran dibanding antrian sebelumnya. Masih ada 80 nomor di depan yang harus ditunggu untuk menuju giliran. Karena orang di sebelah saya sepertinya tidak tertarik untuk berbincang, maka seperti biasa, saya pun lebih memilih untuk menggunakannya untuk membaca buku. Daripada waktu itu terbuang sia-sia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Satu jam berlalu sudah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang di sebelah saya berganti entah sudah keberapa kalinya. Kali ini seorang perempuan yang sepertinya lebih tua sedikit dari saya duduk di sebelah, memulai perbincangan. Saya tersenyum, menutupkan buku yang ada di tangan. Yaa perbincangan seputar hendak kemana dsb. Basa basi khas ala orang yang hendak bepergian. Orang yang ramah, pikir saya. Sebut saja namanya Mba Bunga. Mahasiswi di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kami berbincang, datang seorang perempuan yang sepertinya kisaran 30an tahun datang dan duduk di sebelah Mba Bunga. Terlihat kebingungan. Ibu itu adalah orang yang akan diperhatikan di keramaian karena dirinya 'berbeda' dari orang kebanyakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mau kemana, Bu?" Tanya Mba Bunga ramah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu yang terlihat ada keterbatasan fisik itu pun dengan agak terbata-bata menjelaskan,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya mau ke Nganjuk Mba, mau pulang. Tapi saya ngga punya uang. Ini saya dari Tugu jalan ke sini. Tadi di sana saya bilang uang saya hilang malah diusir, disuruh minta-minta, padahal saya mau beli tiket tapi dompet saya hilang Mba. Gara-garanya tas saya dirobek oleh orang. Waktu saya liat lagi dompet saya udah ngga ada di tas, barang-barang saya juga."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu itu membuka tas besarnya dan menunjukkan tas punggungnya yang dirobek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun turut menyimak percakapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Owalah, la terus Ibu ini mau gimana kesananya? Memang tiket kesana berapa harganya, Bu?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"55ribu Mba. Tapi saya udah gapunya apa-apa Mba."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mba Bunga berbisik ke saya dan mengatakan, kasihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yap, saya pun merasa demikian. Kok ada yang tega-teganya merobek tas seorang ibu dengan keterbatasan, ya Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi tentu saja maraknya penipuan yang menimbulkan 'rasa kasihan' membuat saya tidak serta merta memberikan bantuan. Bukannya tidak percaya, tidak mau membantu, atau apa. Tapi menjadi orang polos dan memberi hanya berdasar kasihan sepertinya sudah tidak bisa diterapkan saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun menanyakan, " La Ibu ada KTP kah Bu? Kan kalau beli tiket kereta harus pake identitas Bu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si ibu terlihat ingin menangis, dengan susah payah ia berkata, " Gaada Mba, dompet saya seisi-isinya semuanya hilang Mba. Saya ngga ada KTP."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Duh Gusti</i>. Di satu sisi saya ingin membantu, tapi di sisi lain saya tidak ada pegangan untuk memastikan benar tidaknya. Identitas pun tidak ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Terus ibu mau kesananya gimana Bu? Kan kalo gaada KTP gabisa beli tiket."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tadi saya disuruh beli tiket ke Solo aja Mba. Terus dari Solo ke Nganjuk, saya disuruh naik bis."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mba Bunga masuk dalam percakapan kami, "Ibu yakin nanti di Solo ibu ngga bingung gimana nyari busnya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yaa nanti disana tanya orang lagi Mba. Ya gimana, saya juga gatau apa-apa. Cuma bisa ngandalkan tanya orang."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mba Bunga pun tersenyum dan merogoh dompetnya. Mengeluarkan selembar 10ribuan dan memberikannya ke Ibu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yaudah, Bu. Ibu sekarang pergi ke loket, bilang beli tiket ke Solo sekarang. Saya yang bayarin."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Ibu terlihat berkaca-kaca lalu bergegas ke loket untuk membeli tiket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mba, katanya saya disuruh langsung masuk. Keretanya bentar lagi."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu itu pun menunjukkan tiketnya. Sekitar 20-30 menit lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mba Bunga kembali mengeluarkan uang dari dompetnya. Selembar 50ribuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ibu, ini uang buat nge-bis ya Bu, jangan dipake buat yang lain-lain. Nanti kalo udah sampe Solo, tanya, kalo mau naik bis ke Nganjuk harus ke mana."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Ibu hanya bisa berkaca-kaca sembari mengucap terima kasih. Lalu ibu itu bergegas masuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya yang tadinya pun berniat ingin membantu hanya terdiam. Masya Allah, kalah cepat dalam berbuat kebaikan itu rasanya... :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya Allah ada ya yang tega ngerobek tas Ibunya. Padahal ada keterbatasan. Kasian Ibunya," kata Mba Bunga pada saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun hanya menganggukkan kepala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tadinya saya mikir ini Ibunya beneran ngga, tapi pas dirasa-rasa, didengerin ceritanya kayanya kok ngga bohong."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oiya Mba emang tiket bis Solo Nganjuk berapaan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oiya ya."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami pun mencari harganya di internet. Sekitar 45-50ribu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya semoga cukup ya uangnya. Dan semoga sampai sana nanti ada yang mau bantu Ibunya lagi."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya hanya bisa meng-aamiin-i.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat setelah kejadian itu, nomor antrian saya dipanggil ke loket. Nyaris saja terlewat. Saya pun berpamitan ke Mba Bunga dan bergegas pulang karena harus mempersiapkan perjalanan sore itu ke Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan siang itu, saya bersyukur. Mengantongi beberapa pembelajaran, belajar dari buku yang saya baca, dan belajar dari apa yang terjadi di sekitar saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran, hikmah, sebenarnya terserak di mana-mana. Maka dalam Al-Qur'an seringkali disebutkan, tidakkah kamu berpikir, tidakkah kamu mengamati, dan kata-kata penyadaran lainnya. Maka, berpikirlah. Latih kepekaan akan 'hal-hal kecil bernilai besar' di sekitar kita :)</div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-57151270955086209932017-09-28T05:32:00.000+07:002017-09-30T23:12:00.917+07:00Kesempatan dan Penyesalan<div style="text-align: justify;">
Mengutip beberapa kalimat yang saya baca dalam sebuah novel:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"20 tahun dari sekarang, kamu akan lebih menyesali apa-apa yang tidak kamu lakukan daripada apa-apa yang kamu lakukan."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah mendengar kalimat tersebut? Tidak asing bukan? Sebuah kalimat yang saya baca dulu, entah kapan tepatnya. Tapi begitu membekasnya kalimat itu hingga saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyesalan pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam ini saya berbincang via online dengan seorang adik yang mengikuti suatu beasiswa yang sebenarnya dulu sangat ingin saya daftar tapi tidak jadi karena ketidak-pede-an saya. Seorang adik super inspiratif yang bahkan di akhir ceritanya ia berkata, "menulis itu bagian dari hidupku mba."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bercerita panjang lebar tentang beasiswa itu membuat saya sebenarnya menyesal. Mengapa dulu saya tidak mencobanya? Mengapa patah arang sebelum berjuang?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, selalu begitu. Dan ini bukan yang pertama kalinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan saya ceritakan sedikit tentang beasiswa ini. Namanya beasiswa Aktivis Peneleh. Saya sangat mengingat dulu saya tidak berani mendaftar karena orang-orang yang saya kenal terlihat sangat 'wah' dengan kontribusinya di masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kesempatan itu adik itu menceritakan yang penting mencoba dulu dan penuhi saja syaratnya. Dia bercerita bahwa disana ia diajarkan untuk produktif menulis. Ada hak, ada kewajiban. Untuk mendapatkan hak berupa beasiswa, ada kewajiban menulis yang harus ditunaikan. 4 berita, 1 opini per bulan. Menurut saya, betapa beruntungnya, mendapat suatu sistem yang mau tidak mau 'memaksa' untuk menjadikan diri ini produktif untuk menulis. Memaksa, tapi juga melatih kita untuk terbiasa. Dan saya begitu merasakan saat ini. Menulis adalah sesuatu yang wajib dipelajari sejak dini. Wajib. Karena gagasan, pikiran, ide, bisa tersalurkan tanpa dimakan waktu melalui tulisan. Ucapan seringkali akan terlupakan atau bahkan berubah makna seiring pergantian zaman. Tulisan akan mengabadikan semuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyesalan kedua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbincang dengan adik itu mengingatkan saya akan orang yang saya kenal dari suatu acara sosmas, penerima beasiswa itu pula di periode sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya selalu merasa kagum dengan orang-orang yang bisa berkontribusi lewat ke khasannya, kemampuannya, bidang ilmunya dengan sepenuh hati dan semaksimal yang ia bisa. Dan entah kenapa saya paling kagum dengan orang yang mendalami bidang sosial-masyarakat, walaupun tentu saja orang lain pun hebat dengan kontribusi di bidangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pertama kali saya bertemu orang itu, saya langsung kagum akan bagaimana kesinkronan antara passion dan apa yang sedang ia jalani: tentang bagaimana terjun ke masyarakat. Saya kagum dengan keluwesanya berbincang dengan staf dan peserta dalam acara tersebut. Mengalir saja. Sebagai orang yang hanya menilai dari luar dan hanya sebatas kenal sebentar saja, saya bisa merasakan bahwa ia menikmati dunianya. Dan sepanjang acara itu, saya benar-benar mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana terjun ke masyarakat. Mungkin kata orang, "apa yang disampaikan dengan hati, kan masuk ke hati." Dan mungkin karena panitia melaksanakan acara itu sepenuh hati, maka materi yang diberi masih berkesan hingga saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, setelah acara itu berakhir, ada sebuah acara besar lagi yang diadakan. Temanya sama, tentang sosmas. Bertepatan dengan hari raya Idul Adha dan dilaksanakan di sebuah desa di Yogyakarta. Tadinya, saya sudah benar-benar akan mengikutinya. Bahkan sudah membayar biaya pendaftaran. Saya sudah membayangkan bagaimana serunya terjun ke masyarakat bersama teman-teman lain. Tapi Qadarullah, yang lebih berhak untuk dipenuhi baktinya meminta saya untuk pulang; orang tua. Akhirnya saya yang harus membatalkan keikutsertaan saya di acara tersebut. Hanya bisa coba ikut serta dengan biaya yang sudah dibayarkan dan tidak mengambilnya kembali, karena keinginan untuk ikut itu masih ada. Bahkan hingga saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam tadi saya melihat video acara tersebut dan rasanya.. Yaa mau bagaimana lagi, terlanjur sudah tidak ikut. Dan yang lalu ya sudah berlalu, tidak bisa diulang lagi </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyesalan ketiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semangat ingin terjun ke masyarakat itu masih tetap ada. Ya, sejak awal saya ingin berkontribusi di bidang Pengabdian Masyarakat/Sosmas di organisasi. Kesempatan pertama kali, saya mencoba mendaftar di BEM Fakultas. Ditolak. Baiklah. Coba kesempatan lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesempatan kedua, saya mencoba mendaftar PM di sebuah organisasi mahasiswa kesehatan nasional di tingkat regional Jogja. Alhamdulillah diterima. Ternyata, melakukan hal yang sesuai dengan minat memang sangat menyenangkan :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di organisasi itu, sungguh saya merasa sangat senang. Merasa sangat beruntung. Hingga saat pergantian kepengurusan, saya dilobby untuk menjadi kepala divisi PM. Ya Allah, seolah mimpi untuk berkontribusi makin terbuka lebar. Namun, saat itu, di saat yang bersamaan, amanah sebagai bendahara di satu organisasi dan juga amanah sebagai sekretaris di organisasi lainnya, baru saja saya pegang. Amanah bendahara yang sebelumnya sudah saya coba untuk tolak karena sudah diamanahi sebagai sekretaris di organisasi lain ternyata tidak berhasil untuk dialihkan ke orang lain, forum tetap berkata demikian. Bila bisa saya memilih sejak awal, sepertinya saya akan lebih memilih untuk berkontribusi di PM ini dibandingkan dengan bendahara dan sekretaris itu. Namun sayang, kesempatan ini datang belakangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka dengan berat hati saya memutuskan untuk tidak menerima dan tidak bisa aktif lagi di PM untuk mengemban 2 amanah lainnya. Rasanya melepas apa yang disukai itu berat. Tapi daripada apa yang disukai itu menjadi buruk karena diri ini yang tidak maksimal, saya memilih untuk melepaskan. Dan..apa ya...rasa berat itu, menyesalnya, bahkan terbayang hingga sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyesalan keempat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan di tahun akhir, saya kembali ditawarkan sebuah kesempatan untuk berkontribusi bersama di bidang kemasyarakatan di suatu organisasi mahasiswa. Hanya saja lingkupnya agak berbeda dengan yang lalu. Bila sebelumnya menjadi orang yang langsung terjun ke masyarakat lewat tindakan nyata, maka kali ini terjun dengan risetnya. Ya Allah, sebenarnya betapa ingin diri ini mengiyakan. Tapi, pesan orang tua selalu terkenang, "Ndak usah ambil amanah apa-apa lagi, Dek. Fokus skripsian aja."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berat? Berat. Apalagi ini adalah yang kesekian kalinya. Seolah diberi kesempatan lagi, tapi sekali lagi, tidak bisa mengambilnya :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka kali itu, untuk kesekian kalinya, saya menolak dan mencoba menyarankan orang lain yang lebih berpengalaman. Bukan karena saya tidak ingin, tapi ada pesan orang tua yang berat untuk tidak dilaksanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini, terkadang saya merasa menyesal mengapa tidak mengiyakan. Tapi di sisi lain, bila mengiyakan, saya pun tidak tau akan menjadi seperti apa diri saya sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari ini, belum mencapai 20 tahun dari kejadian, dan begitu banyak penyesalan. Saya tahu, hal ini bukan untuk dikeluhkan ataupun disesalkan. Tapi begitu sulit mencari padanan kata yang lebih tepat selain kata menyesal. Hanya sekadar berbagi pengalaman, tentang apa-apa yang justru tidak bisa saya lakukan padahal saya inginkan. Dan saya berkaca, itu karena ketidakbisaan saya berkata tidak untuk apa yang tidak saya inginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka bila kalian mendapat kesempatan, perhitungkan matang-matang. Bila tidak sesuai dengan yang kalian inginkan dan masih ada yang bisa kalian kejar, jangan ragu untuk berkata tidak pada yang tidak kalian inginkan. Jangan sampai 'iya' pertama yang 'terpaksa' justru memunculkan 'tidak' di kesempatan lain yang sebenarnya kalian inginkan dan memunculkan penyesalan-penyesalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang tidak ada yang sia-sia dalam hidup dan pastinya setiap keputusan yang kita ambil dahulu, telah berhasil membentuk kita yang sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi untuk ke depan, cobalah untuk merencanakan. Melihat langkah-langkah apa yang kita butuhkan, langkah-langkah apa yang kita harus lakukan, untuk membentuk diri yang kita inginkan ke depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhitungkan matang-matang tiap keputusan, <i>Kawan</i>. Apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya dilakukan. Apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya diterima. Apa yang sebenarnya dan tidak sebenarnya kalian ingin untuk lakukan. Rencanakan. Jangan sampai 20 tahun dari sekarang penyesalan itu datang :)</div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-79510153087669827072017-09-07T03:43:00.000+07:002017-09-30T23:04:28.348+07:00Berat atau Tidak Bergantung Niat<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pagi kemarin saya bercerita kepada seorang teman tentang sesuatu yang saya rasa begitu sulit untuk dilakukan. Saya menanyakan apa yang sebaiknya saya lakukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dan ternyata kami memiliki masalah yang tidak jauh berbeda. Maka tidak ada penyelesaian yang berarti, hanya berujung saling bertukar cerita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dan sore ini, kontan, Allah membantu saya untuk menjawabnya. Lewat konteks yang berbeda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Semuanya bergantung niat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Saya kembali diingatkan tentang itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ringan atau beratnya sesuatu untuk dilakukan atau tidak dilakukan bergantung seberapa kuat niat kita untuk melakukan atau tidak melakukannya. Bergantung pada seberapa kuat niat kita untuk memulai atau tidak memulainya kembali. Bergantung seberapa kuat niat kita untuk menjalankan apa yang kita niatkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Selalu terkesan dengan cara-Nya mengingatkan saya lewat hal-hal yang tidak terduga. Selalu ada jalan yang 'unik' untuk-Nya mengingatkan hamba-Nya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sesederhana saya menyadari hari ini bahwa ketika puasa diniatkan maka terasa ringan dan bila terlupa untuk diniatkan akan terasa berat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dan ternyata mungkin dari situlah Allah ingin mengingatkan saya tentang niat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Bahwa ketika meniatkan untuk meninggalkan keburukan jangan setengah-setengah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Bahwa ketika meniatkan untuk melakukan kebaikan pun jangan setengah-setengah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Karena justru ke'setengah-setengah'an itulah yang seringkali membuat berat pelaksanaan. Seolah belum yakin tentang apa yang dilakukan sehingga sangat mungkin untuk terhenti di tengah jalan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Yap. Kuncinya sudah ditemukan. Perbaiki, catat benar-benar dalam hati, kuatkan niat.</span></div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-40577925329290757892017-09-07T03:40:00.002+07:002017-09-07T03:44:19.311+07:00Pengingat Diri"Yang tidak bisa disampaikan dengan lisan, bisa disampaikan dengan tulisan.<br />
Tapi yang bahkan tidak bisa disampaikan dengan tulisan, semoga bisa tersampaikan lewat doa yang diam."<br />
<br />
"Memilih untuk melakukan mungkin akan terasa menyenangkan. Tapi perlu diingat bahwa penyesalan selalu datang belakangan.<br />
Mencoba teguh terhadap prinsip yang selama ini dipegang mungkin tidak mudah. Tapi semoga bisa menjadikan segalanya lebih barokah."<br />
<br />
Sekadar pengingat untuk diri yang masih terus belajar, belajar dan belajar. Mencoba menahan, mencoba memilih dan memilah, mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang patut dan tidak patut untuk dilakukan sekarang, mana yang ahsan/yang baik dan mana yang tidak.<br />
Sudah terlalu banyak kekurangan, terlalu banyak khilaf-khilaf tidak beralasan, terlalu banyak celah yang harus diri ini tambal.<br />
<br />
Masih jauh, sangat jauh dari kata baik, tapi inilah yang namanya berproses, bukan?<br />
<br />
Tidak mudah.<br />
Jatuh bangun. Niat yang naik turun. Lelah untuk membujuk diri. Ingin menyerah saja rasanya. Tidak jarang nyaris kembali ke kondisi yang sama. Tidak bisa dengan serta merta bisa berubah. Rasanya sulit sekali untuk istiqomah.<br />
Butuh waktu, butuh kesabaran, bahkan tidak jarang pengorbanan.<br />
<br />
Dan jangan coba disamakan, proses yang seseorang tempuh, ketika cara pandang tiap orang terhadap suatu hal pun berbeda-beda.<br />
<br />
Teringat beberapa kalimat yang cukup menusuk bagi saya,<br />
"Seseorang terlihat baik bukan karena ia memang sudah baik. Tapi karena Allah menutupi aib-aibnya.<br />
Bila Allah membukanya, niscaya orang-orang akan enggan mendekat dan mengenali."<br />
<br />
Maka, "bila kalian mengenalku sebelum hijrahku, bantulah aku menutupi aib-aibku."<br />
<br />
Dan untuk diri ini, saat futur itu datang, ingat lagi:<br />
<br />
Ridho Allah nomor satu. Ridho Allah nomor satu. Ridho Allah nomor satu.<br />
<br />
Saat mulai tergeser, ingat lagi:<br />
Allah. Allah. Allah.<br />
<br />
Maka lakukan semua dengan cara yang Allah suka, hindarkan cara-cara yang Allah benci. Sesulit apapun itu. Seberat apapun untuk dilakukan.<br />
Yuk, belajar.<br />
<br />
*Hanya sebuah catatan sederhana sebagai pengingat. Harapannya bisa menjadi pengingat bagi diri bila nanti futur datang menghampiri bahwa saya pernah menuliskan ini*Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-22110795169146346342017-09-02T22:39:00.002+07:002017-09-02T22:42:58.989+07:00"Kapan?"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht2f_RIXOhA6sDOs3cBWhq51pmNV7v__mIXysem_r2lI9aU1nh58_S3R7Pl1EP1U5Jliy5FXLrzapbeLCWFnyPLj-ChTzKz_hVp0J5xGmtFq9dYAyJRXKJQFNbiFXm-v_F9xm0Hp5I32WS/s1600/kapan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht2f_RIXOhA6sDOs3cBWhq51pmNV7v__mIXysem_r2lI9aU1nh58_S3R7Pl1EP1U5Jliy5FXLrzapbeLCWFnyPLj-ChTzKz_hVp0J5xGmtFq9dYAyJRXKJQFNbiFXm-v_F9xm0Hp5I32WS/s1600/kapan.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">sumber gambar: google</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Layaknya mahasiswa akhir pada umumnya, pertanyaan 'kapan' sepertinya menjadi pertanyaan yang seringkali diajukan oleh setiap orang yang ditemui.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kapan lulus?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kapan wisuda?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kapan nikah?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kapan balik kampung?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Kapan kerja?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
dan serentet pertanyaan kapan lain yang tidak akan ada habisnya walaupun kamu sudah berhasil menjawab pertanyaan kapan sebelumnya. Dan saya lelah dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Apalagi bila ada embel-embel 'udah pantes'. Rasanya tu gemes gimana gitu sama yang tanya <i>wkwk.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Mbok yo wes to.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap orang punya rencana hidupnya masing-masing. Tiap orang berjalan di zona waktunya masing-masing. Jadi tidak usah membandingkan orang yang satu dengan orang yang lain. Tidak usah membandingkan Si A dengan si B, si B dengan si C. Jangan membandingkan seseorang yang belum memperoleh A dengan orang yang sudah memperoleh A. Jalan orang tu masing-masing. Tidak perlu lah dibanding-bandingkan. Rezeki sudah ada yang mengatur. Semua yang terjadi bahkan sudah dituliskan oleh-Nya jauh sebelum kita ada. Jadi tidak usah terlalu mencampuri urusan orang lain dan dengan semangatnya mencecarnya dengan pertanyaan "kapan" bila memang tidak bermaksud membantu atau benar-benar menanyakan alias hanya iseng saja. Tolong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masing-masing dari memiliki waktu yang berbeda untuk mengalami ataupun tidak mengalami sesuatu. Memiliki rencana yang berbeda untuk mengambil atau tidak mengambil suatu pilihan di umur yang mungkin sama. Silakan menjalani hidup masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan berarti tidak mempedulikan, hanya mencoba menghormati pilihan yang diambil orang. Setiap orang memiliki <i>life plan</i>nya masing-masing. Cobalah untuk tidak menambah beban pikiran yang, mungkin, bagi orang lain memang belum untuk dipikirkan. Pantas atau tidak, siap atau belum, bukan orang lain yang menentukan. Diri kita masing-masing lah yang merasakan. Orang lain boleh memberi saran, tetapi diri kita yang pada akhirnya akan merencanakan "kapan"-"kapan" itu terjadi dalam hidup kita. Dan Allah lah yang memutuskan kapan waktu yang tepat bagi pertanyaan "kapan" untuk terjawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, tolong. Berhentilah bertanya "kapan" bila memang tidak diperlukan. Insya Allah semua akan terjadi pada waktu yang tepat, pada saat yang terbaik menurut-Nya :)</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-72192627992020794302017-06-30T07:10:00.002+07:002017-06-30T07:11:03.583+07:00Tentang Sabar dan SyukurAda 3 cara bagi diri kita untuk merespon sesuatu yang kita anggap pahit dalam hidup:<br />
1. menolak<br />
2. bersabar<br />
3. bersyukur.<br />
<br />
Sabar ibarat sebuah pintu, dan syukur ibarat sebuah ruangan. Saat memasuki sebuah ruangan, apakah kita akan memperhatikan terlebih dahulu pintunya? Berlama-lama di depannya? Memperhatikan terbuat dari apa, bagaimana modelnya, bagaimana pegangan pintunya? Tentu tidak. Bahkan seringkali kita tidak merasa melewatinya.<br />
<br />
Sama seperti sabar. Kita tidak perlu merasakannya dan mengatakan, 'aku sudah bersabar sejak lama'. Tidak perlu. Apakah enak terlalu banyak bersabar? Tidak kan?<br />
<br />
Bersabar itu ada batasnya. Benar. Karena setelah itu habis, kita harus memasuki ruang syukur, bukan ruang mengeluh dan berputus asa.<br />
<br />
Saat manis yang terjadi dalam hidup, bersyukur? Wajar. Saat pahit yang terjadi dalam hidup, bersabar atau bersyukur? Bersyukur.<br />
Ya, bersyukur. Allah sedang memberi kesempatan untuk kita membuktikan, untuk kita bersungguh-sungguh menunjukkan. Bahwa dalam kepahitan, kita masih dapat bersyukur. Bahwa kita percaya, apa yang terjadi dalam hidup, Allah sudah memilihkan. Dan kita harus menjalaninya dengan syukur.<br />
<br />
Janji Allah,<br />
"Siapa saja hamba-Ku yang bersyukur sedikit saja atas nikmat-Ku, maka aku akan benar-benar menambahkan nikmat pada hamba-Ku tersebut."<br />
<br />
Nikmat apa? Allah tidak menyebutkan nikmat yang mana. Allah hanya menyebutkan akan menambahkan nikmat. Ini berarti Allah tidak membatasi nikmat apa yang akan Ia beri.<br />
Lihat, betapa Allah begitu sayang pada hamba-Nya. Kita hanya bersyukur sedikit, tetapi Allah bisa membalasnya jauuh di luar apa yang kita pikirkan, Ia tidak membatasinya.<br />
<br />
Maka, dalam hidup, apapun yang terjadi, manis atau pahit, hanya ada satu pilihan untuk menyikapinya. Syukur.<br />
Bersegeralah melewati pintu sabar dan memasuki ruang syukur :)<br />
<br />
*Taujih Ustadz Syatori saat Yaumul Maal Qur'an di Masjid Nurul Islam, Yogyakarta<br />
Dengan bahasa dan isi yang mungkin agak berbeda dari yang beliau sampaikan.Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-47608706539294118782017-06-30T06:43:00.000+07:002017-06-30T06:43:48.246+07:00Masa Mau Menyalahkan Setan?Ketika bulan dimana setan dibelenggu sudah berlalu, dimulailah bulan baru. Kembali fitri katanya. Senang, bertemu sanak saudara, kawan-kawan lama.<br />
<br />
Tapi kemudian, ada yang justru seringkali terlupakan.<br />
<br />
Kemanakah tilawah-tilawah bersemangat bulan lalu?<br />
Kemanakah ziyadah-murojaah penuh perjuangan sebulan itu?<br />
Kemanakah solat-solat malam dengan sujud panjang penuh harap akan dikabulkannya doa dan ampunan?<br />
Tidak ingatkah hari-hari terakhir dimana kamu menangis berharap amalmu selama bulan itu diterima?<br />
Tidak ingatkahhari-hari terakhir dimana kamu menangis sedih melihatnya baru akan kembali setelah melewati 11 bulan lagi?<br />
<br />
Hari-hari terakhir di bulan itu, ketakutanmu memuncak.<br />
<br />
Takut apa yang telah dikerjakan bulan itu tak dapat kamu istiqomahkan 11 bulan ke depan. Takut menjadi orang yang merugi atau bahkan celaka karena hari berikutnya lebih buruk dari hari sebelumnya, bulan berikutnya lebih buruk dari bulan sebelumnya. Takut ketika bertemu dengannya lagi, kamu hanya sanggup mencanangkan target tahun lalumu. Tak ada peningkatan.<br />
<br />
Akan tetapi, justru saat memasuki bulan baru, kamu lupa akan segala ketakutan-ketakutanmu di bulan itu. Kamu lupa akan janji pada dirimu untuk mengistiqomahkan amalanmu. Kamu terlena dengan segala macam suasana dan hiruk pikuk bulan baru.<br />
<br />
Apa itu yang kamu mau?<br />
Ketika ditanya kenapa, apa iya kamu akan menjawab, "Saat bulan itu, setan dibelenggu, jadi saya bisa maksimal ibadah. Di bulan lain, setanlah yang mnejerumuskan saya hingga saya lalai akan ibadah-ibadah saya."<br />
<br />
Dan kemudian timbul pertanyaan besar,<br />
Apa iya itu salah setan?<br />
Ah, bahkan mungkin setan pun tak salah. Dia bahkan telah mendapat ACC untuk menggoda manusia hingga akhir zaman. Maka dia berusaha semampunya untuk melaksanakannya.<br />
Justru kamulah yang patut dipertanyakan. Harusnya kamu mampu melawan. Bukan malah menyalahkan. Ketika setan berusaha semampunya, kamu pun harus berusaha semampumu, sekuat yang kamu bisa untuk menangkal godaannya.<br />
<br />
Ah, kamu, manusia selalu begitu. Lebih mudah melemparkan kesalahan daripada mengakuinya.<br />
<br />
Masa iya semua ini salah setan?<br />
<br />
Lalu apa yang harus kamu lakukan?<br />
Kencangkan ikat pinggangmu. Seburuk-buruk keadaan, mari coba istiqomahkan apa yang telah dilakukan di bulan Ramadhan. Itu adalah seminimal-minimal upaya. Bedanya, kali ini ditambah dengan sedikit bumbu-bumbu godaan setan.<br />
Mungkin akan terasa lebih berat. Tapi patut untuk diperjuangkan.<br />
<br />
Yuk bangkit!<br />
<br />
*hanya mencoba berdialog dengan diri sendiri*Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-77564462149002419282017-06-05T18:20:00.000+07:002017-09-02T22:44:35.835+07:00Cerita tentang Seorang Teman<div style="text-align: justify;">
Setiap orang memiliki orang-orang istimewa dalam hidupnya. Setiap orang memiliki orang yang bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Pun dengan saya. Allah begitu baik, bersedia mempertemukan saya dengan orang sepertinya. Dan saya belajar banyak hal dalam waktu yang bisa dibilang singkat ini. Mengubah banyak hal dalam diri saya lewat perantara nasihatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mengenalnya belum lama, masih dapat terhitung jari, bahkan hanya dengan satu tangan saja. Saya tak akan menyebutkan namanya. Cukuplah kebaikannya yang semoga bisa menginspirasi banyak orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia adalah orang yang begitu amanah menjalankan apa yang telah dipercayakan padanya. Terkadang, ia bercerita akan beratnya amanah yang ditanggungnya. Namun kemudian, ia masih menjalankannya semampunya, semaksimal yang ia bisa. Ketika kemudian amanah yang baru datang, pun sebenarnya ia berat. Saya mengetahui latar belakangnya dari apa yang ia ceritakan. Dan memang, bukan hal yang mudah untuk menerima amanah baru dalam kondisi yang demikian. Akan tetapi, ia tak mengkhianati kepercayaan orang-orang di sekitarnya. Ia mencoba menjalaninya dengan sebaik mungkin. Saya yakin, lelah pasti ia rasakan. Kadang ia berkata lelah saat bercerita pada saya, tapi ia tidak memperlihatkannya saat kembali menjalankan amanahnya, tetap mencoba bergerak dan tersenyum. Ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya menjadi lelah karena lelah yang ia rasakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya yang saat itu juga sedang beramanah pun belajar banyak darinya. Bagaimana ia tidak mengeluh di depan teman-teman satu amanah. Bagaimana ia tetap menjalani padahal kondisinya jauh lebih rumit dari kondisi saya. Bagaimana ia mencoba menyatukan orang-orang dalam organisasinya. Bagaimana ia malah menyemangati saya, padahal ia yang lebih butuh untuk disemangati. Begitu banyak yang saya pelajari tentang bagaimana menyikapi suatu amanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia adalah orang yang begitu sayang dan disayang oleh keluarganya. Begitu seringnya orang tua menanyakan kabarnya dan tidak jarang pula ia memberi kabar pada orang tuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Darinya, saya belajar untuk lebih memperhatikan keluarga saya. Sebelum ini, saya bukanlah orang yang sering mengabari orang tua ketika ada yang terjadi dalam hidup saya. Hanya hal-hal tertentu yang saya kabari. Orang tua saya cenderung membebaskan anaknya untuk memilih jalan hidupnya, tidak mengekang. Maka saya terbiasa tanpa memberi kabar. Tapi darinya, yang selalu memberi kabar ataupun ditanyai kabar oleh orang tuanya, saya belajar. Orang tua sebenarnya ingin tahu keadaan anaknya. Maka perlahan saya mulai sering mengabari orang tua saya, hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup saya, apa yang saya rasakan, dan sebagainya. Kini saya merasa bisa lebih terbuka untuk bercerita kepada kedua orang tua saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia adalah orang yang tak hentinya membuat saya belajar lewat cerita-ceritanya, lewat kesehariannya, dan lewat nasihat-nasihat yang ia berikan pada saya. Selalu memberi semangat ketika saya lelah, ketika saya malas, dan ketika saya tidak menjadi diri saya yang biasanya. Selalu mengingatkan bila salah, membuat saya tergerak untuk menghapus foto-foto saya di media sosial, lebih berhati-hati, dan mengisi media sosial dengan hal yang lebih manfaat. Selalu mengingatkan untuk mengingat-Nya, mengingatkan bahwa takdir-Nya adalah yang terbaik, mengingatkan bahwa semua punya waktunya masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya bisa merasakan, ia mencoba mengubah dirinya menjadi lebih baik dari ia di masa lalu. Masa lalunya mungkin belum baik, tapi ia tidak hentinya berusaha mengubah dirinya menjadi lebih baik. Selalu tak henti belajar menjadi lebih baik, dan lebih baik lagi. Hal itulah yang membuat saya juga ingin mengubah diri saya menjadi lebih baik. Mencoba menambal saya yang kurang di masa lalu dan menjadikan diri saya lebih baik dari hari ke hari. Bila ia bisa, kenapa saya tidak? :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, untukmu, teman yang sudah begitu banyak mengubah diri saya dalam beberapa tahun ini, terima kasih banyak. Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan kebaikan yang jauh lebih baik. Saya mungkin tidak bisa membantu banyak, tidak bisa menyemangati, tidak bisa menjadi teman yang selalu ada saat kamu membutuhkan orang untuk bercerita, dan tidak bisa melakukan banyak hal untukmu. Kita sudah menyepakati untuk menempuh jalan kita masing-masing. Bukan, bukan karena benci, tapi justru sebaliknya. Bukan berarti kita tidak lagi berteman, tapi kita sama-sama paham. Dan pada akhirnya, kita lebih memilih untuk mementingkan-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Pertemanan yang sejati bukanlah tentang seberapa sering kita berjumpa dan seberapa sering kita menghabiskan waktu bersama. Bagi saya, pertemanan yang sejati, yang hakiki, ialah tentang seberapa sering namanya terucap dalam doa yang diam, dalam tiap sujud yang panjang :)</blockquote>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-86749735201215901862017-06-01T15:08:00.003+07:002018-07-02T20:39:53.696+07:00Ukhti, Inni Uhibbuki Fillah<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata:<br />
Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi <i>shāllallahu ‘alaihi wasallam</i>, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i> pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan <i>“Inni uhibbuka fillah”</i> (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: <i>“Ahabbakalladzi ahbabtani lahu”</i> (Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya)*</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Ukhti, inni uhibbuki fillah.</i> </i>Dulu saya berpikiran, kok alay banget <i>sih </i>nyampe bilang gitu ke temen. <i>Mbok yo</i> biasa aja. Tapi <i>qodarullah</i>, saya diberi kesempatan untuk merasakannya. Saya diberi kesempatan untuk memutarbalik mindset bahwa kalimat itu tidaklah berlebihan. Saya benar-benar merasakan bagaimana kecintaan saya terhadap seseorang bisa tumbuh karena kecintaannya pada Allah, karena kecintaannya pada Al Quran.</div>
<i>
</i>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah pertemuan singkat, hanya 3-4 hari bersama di sebuah forum bersama Al-Qur'an. Kami belum pernah dipertemukan sebelumnya. Tidak perlu disebutkan namanya, seorang yang pada akhir acara sebenarnya ingin saya salami sembari mengucapkan "<i>inni uhibbuki fillah</i>" tetapi tidak jadi saya laksanakan karena tidak <i>pede</i> seorang seperti saya yang jauh kalah sholihat dengan hafalan terbatas ini mengucapkannya. Padahal saya tahu Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i> bersabda agar kita menyampaikan rasa cinta kita pada saudara kita. Tapi ternyata melakukannya tidaklah mudah.<br />
<br />
Maka saya hanya ingin menyampaikan apa yang beliau sampaikan ke orang-orang di sekitar saya agar apa yang telah beliau sampaikan tidak hanya berhenti pada saya, tapi terus menerus mengalir ke orang lain. Agar kata-kata yang tidak bisa saya sampaikan itu bisa terwujud dan mengalir kebaikannya dalam bentuk lain. Bukan dalam bentuk kata-kata yang disampaikan langsung, tetapi semoga bisa menjadi kebaikan jariyah untuk beliau atas ilmu bermanfaat yang telah beliau berikan yang coba saya sampaikan lewat tulisan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya saya agak kaget ketika melihat kakak itu karena mirip dengan seseorang yang saya tahu (bukan kenal) dan sebenarnya ingin saya kenal, hanya saja belum diberi kesempatan bertemu hingga saat ini. <i>Qodarullah </i>saya dipertemukan dengan orang yang wajahnya mirip dengannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penampilan beliau sederhana. Tetapi, saya merasakan bahwa ilmu yang beliau punya tidak sesederhana penampilannya. Apa-apa yang beliau katakan ada manfaatnya. Apa-apa yang beliau katakan adalah nasihat. Apa-apa yang beliau katakan bisa sampai ke hati walaupun beliau menyampaikan apa yang sudah biasa disampaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin inilah cara Allah mengingatkan saya untuk mendekat pada-Nya, untuk menumbuhkan kembali semangat berinteraksi dengan Al-Qur'an. Lewat tauladan, lewat yang nyata. Allah berbaik hati mempertemukan saya dengan kakak yang satu ini. Walaupun tidak banyak berinteraksi, saya bisa merasakan akhlak Quran dalam dirinya. Beliau menyampaikan nasihatnya dengan tidak kaku, diselingi dengan candaan. Tapi candaan-candaannya adalah candaan yang tidak keluar dari batas-batas yang Rasul tentukan; tidak berbohong, tidak berlebihan. Membuat saya tertarik pada pribadinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Ada yang sudah satu juz?"</i> Begitu katanya. Tidak ada di antara kami yang mengangkat tangan. <i>"Masya Allah, zuhud semua ya."</i> Kami hanya bisa tersenyum menahan tawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada pula saat beliau menjadi moderator dan panitia membawakan minum air putih dalam gelas, beliau berujar, <i>"Masya Allah panitianya zuhud sekali kepada pembicara."</i> Kami yang mendengarnya tertawa. Saat beliau mulai minum, beliau menemukan sesuatu dalam gelasnya. Rumput. <i>"Masya Allah, saking zuhudnya sampai ada rumput di airnya."</i> Kami yang mendengar itu tertawa kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Candaan-candaan beliau simpel, tidak berlebihan, yang cukup untuk memecah suasana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sangat kagum dengan beliau. Bila diberi kesempatan, beliau selalu menyampaikan satu dua kalimat, yang entah kenapa selalu bisa membuat saya merenung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Saat ditanya, tidak perlu kita sebutkan ke orang lain berapa banyak hafalan kita. Cukup kita dan Allah yang tahu. Yang orang lain perlu rasakan adalah bagaimana ayat-ayat-Nya yang telah kita hafalkan tercermin dari akhlak kita. Bagaimana mereka dapat melihat dan merasakan akhlak Quran dalam keseharian kita."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ada saat dimana kami menanyakan tentang sulitnya menghafal Quran dan beliau menjawab,<br />
<br />
"Bila diumpamakan hafalan quran adalah rezeki, maka Allah sudah mengatur hafalan kita. Tapi ingat, rezeki harus dijemput, diupayakan. Tidak hanya dengan berpangku tangan dan bermimpi saya ingin menjadi penghafal Quran tanpa ada usaha untuk mencapainya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tingkatan seseorang bukan dari banyaknya hafalan yang ia punya. Tetapi dari keberkahannya saat berinteraksi dengan Al Quran.<br />
Ada orang yang mudah menghafal. Sekali baca, dua kali baca, sudah hafal. Tapi ada orang yang 10, 20, hingga berkali2 dibaca, belum tentu hafal."<br />
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu beliau berkata kembali,<br />
"Yang mana yang lebih tinggi tingkatannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin secara kasat mata lebih tinggi yang banyak hafalannya. Tapi, tidak pasti yang lebih banyak hafalannya lebih tinggi tingkatannya dari yang sedikit hafalannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bila dimisalkan tangga, penghafal Quran ibarat sedang meniti anak tangganya. Yang menghafalnya mudah, ia akan dengan mudahnya naik ke satu tingkat di atas. Bila sudah puas dengan itu, ia berada di tingkatan tersebut. Yang menghafalnya susah, bisa jadi setiap kali dia mencoba menghafalkan, tidak hafal, lalu ia bersabar dan mengulang hafalannya lagi, maka ia dinaikkan satu tingkat. Setiap kali bersabar atas ketidakhafalannya dan mengulang, dinaikkan satu tingkat. Bisa jadi yang mudah menghafal naik satu tingkat, yang sulit naik bertingkat-tingkat walaupun yang dihafalkan hanya sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya, tiap orang memiliki ujiannya masing-masing. Yang mudah menghafal, ujiannya adalah bagaimana agar dia tidak cepat merasa cukup dengan hafalannya lalu tak berhenti hanya menghafal saja tapi memahami isi dan tafsirnya, bagaimana keistiqomahan memurojaahnya, bagaimana ia menjaga hatinya agar tidak ujub atas apa yang Allah karuniakan kepadanya. Jangan sampai Al Quran itu hanya ada pada lisan kita dan tidak ada pada hati-hati kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang susah menghafal, ujiannya adalah bagaimana ia bersabar dengan proses panjang menghafalnya, bagaimana ia istiqomah <i>ziyadah </i>satu ayat demi satu ayat, sepotong demi sepotong, tanpa kenal lelah, bagaimana ia menahan diri dari berkeluh kesah tentang kesulitannya kepada selain-Nya, bagaimana ia bisa bersyukur atas ayat yang telah ia hafal walaupun sedikit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kan Allah sudah berfirman, belum dikatakan seorang beriman, hingga ia diuji. Pun dalam proses menghafal Quran."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yang terpenting dari menghafal Al-Quran adalah istiqomah. Seberapa sulit, seberapa lelah, seberapa kita tidak kunjung hafal, tetap lakukan, tetap berusaha. Allah tidak melihat seberapa banyak hafalan kita. Akan tetapi, Allah menilai proses kita dalam menghafal. Dalam mendekatkan diri pada-Nya. Buktikan ke Allah bahwa kita sungguh-sungguh. Buktikan ke Allah bahwa kita benar-benar ingin mendekat pada-Nya. Sedikit banyak yang didapat, biar Allah yang menentukan rezeki hafalan kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengikhtiarkannya."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Beliau juga bercerita betapa Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i> sangat mencintai ummat-Nya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pada hari akhir nanti, Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam </i>akan berdiri di tepi telaga Kautsar. Menanti umatnya datang untuk memberikan air dari telaga itu untuk mereka. Ketika ada segolongan umatnya yang mendekat, beliau berwajah ceria. Memanggil mereka untuk kian mendekat. Tapi di jalan,malaikat menghadang mereka untuk mendekat. Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam </i>bertanya, mengapa malaikat menghadang. Malaikat menjawab bahwa umatmu telah melalaikan Al Quran. Dan seketika Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i> berwajah mendung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bayangkan! Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam </i>telah menanti kita di tepian telaga Kautsar dengan wajah yang berseri-seri. Di tiap sholat, di tiap doa, di tiap detik hidupnya, bahkan hingga menjelang ajalnya, beliau selalu teringat akan ummatnya. <i>Ummati, ummati, ummati</i>. Lalu apakah kita sebagai umatnya tega membuat beliau berwajah mendung ketika ternyata kita tidak dapat menghampiri beliau di tepian telaga Kautsar? Beliau yang telah sangaat merindukan kita sebagai ummatnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang Rasul, yang mulia, menunggui kita, ummatnya, yang hanya manusia biasa ini. Kita yang bahkan antara teringat dan tidak akan namanya di tiap solat kita, tiap doa kita, dan tiap waktu kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah senantiasa rindu berjumpa dengan ummatnya yang bahkan belum pernah beliau jumpai. Mendoakan kita yang bahkan belum pernah ia jumpai. Mengkhawatirkan kita yang bahkan belum pernah beliau jumpai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka apakah kita masih tega membuat beliau berwajah mendung di tepian telaga itu?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di hari terakhir, beliau menyampaikan,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dalam doa khotmil Quran, disampaikan <i>"Warzuqna tilawatahu aana allaili wa athro fannahar"</i>. Berilah kami rezeki tilawah al quran siang dan malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tilawah Al Quran disitu disebut rezeki. Ya, rezeki. Kenikmatan tilawah, kenikmatan menghafal, susah senang, lelah bangkit dalam melaksanakannya adalah kenikmatan yang tidak semua orang dapat merasakannya. Itu hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang Allah ingin ia mendekat pada-Nya. Bukan pada sembarang orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka yang bisa tilawah Al Quran pada siang hari, pada malam hari, bersyukurlah. Yang merasa ada yang kurang bila hari itu belum tilawah, belum berinteraksi dengan Al Quran, bersyukurlah. Bila kita termasuk salah satu diantara yang bisa merasakan kenikmatan itu, bersuyukurlah. Bersyukurlah, maka Allah akan tambahkan nikmat-Nya bagi hamba-Nya yang bersyukur."<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Terkadang Allah menunda sesuatu karena Ia ingin memberikan kita sesuatu yang lebih baik :)</blockquote>
Saat saya menceritakan cerita ini ke seorang teman, ia berkata, "Masya Allah Ti, beruntung kamu bisa ikut acara itu. Walaupun waktumu ngerjain skripsi kepotong, walaupun belum jadi semprop, tapi kamu dapet kesempatan yang ndak semua orang dapet, termasuk aku."<br />
<br />
Mungkin Allah sedang ingin saya mendekat dulu pada-Nya baru membolehkan saya untuk mengerjakan urusan yang lain. Mungkin selama ini saya terlalu disibukkan dengan urusan dunia hingga lupa, bahwa ada Ia yang pencemburu dan ingin hamba-Nya selalu mendekat pada-Nya, selalu mengingat-Nya, selalu menomorsatukannya. Allah selalu memliki cara yang begitu tidak terduga untuk mengingatkan kita untuk kembali pada-Nya.<br />
<br />
Terima kasih Kak, telah menjadi jalan untuk saya kembali mengingat-Nya kali ini. <i>Jazaakillaahu khairan katsiiran</i>. Semoga Allah membalas kebaikan kakak dengan balasan yang jauuh lebih baik :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
*sumber: <a href="https://muslimah.or.id/4022-hukum-ucapan-aku-mencintaimu-karena-allah-kepada-lawan-jenis-yang-bukan-mahram.html">https://muslimah.or.id/4022-hukum-ucapan-aku-mencintaimu-karena-allah-kepada-lawan-jenis-yang-bukan-mahram.html</a></div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-42680051818529025662017-05-14T00:17:00.000+07:002017-06-05T18:21:14.192+07:00Merawat Pertemanan<div dir="auto">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">"Apa kabaar?"<br />"Oy, Piye kabaree?"<br />"Semangaat!"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br />Sering merasa saya tiba2 nge PM, chat, atau DM gitu? Wkwk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Maaf
ya saya emang suka kadang <i>absurd</i> nge <i>chat</i>. <i>Ndak </i>ada apa-apa kok, dan <i>ndak </i>
usah menanggapi atau berpikir berlebihan. Perempuan ataupun laki-laki
sama-sama saya begitukan. Bukan apa-apa. Saya cuma pengen tau keadaan
temen-temen saya wkwk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br />Ketika saya tanya begitu,
berarti saya menganggap Anda teman saya. Karena bagi saya teman ya
sebisa mungkin tau keadaan temannya, baik tanya langsung ataupun tanya
orang lain :)<br />Saya kadang
ditegur juga kenapa kok begitu. Tapi ya gimana, bagi saya kalo temen ya
menanyakan kabar. Kalau sama laki-laki, ya saya mencoba <i>ndak </i>
berlebihan. Kalo cerita ya ditanggapi. Ada masalah beri saran. Tetap
mencoba secukupnya dengan gaya ala saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br />Kadang ditanya juga, <i>kenapa kalo nge chat gitu sering banget pake emot?</i><br />Lah saya emang gitu, sama siapa aja wkwk. Kalo <i>chat</i> emang kebanyakan emot dan kebanyakan ketawa mulu. Pake emot banyak ndak berarti apa-apa kok. Kebiasaan hehe.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dari
dulu saya jarang menganggap seseorang lebih dari temen kok, jarang
baper, jadi <i>selo wae</i> kalo saya <i>chat</i>. Bagi saya, temen ya temen. Temen
disini dalam artian temen biasa ataupun temen deket. Jaraaang banget
anggep orang lebih dari itu. Mentok-mentoknya seseorang yang saya sebut temen,
saya anggep <i>kek</i> saudara sendiri wkwk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /><i>Terus kenapa sih suka ngasih hadiah?</i><br />Wkwk
iya ya? Saya suka <i>absurd </i>ngasih hadiah emang. Bahkan temen saya sampe
bilang, <i>"Kom, kamu siapa2 dikasih hadiah. Siapa2 kamu bilang temen
deket."</i> wkwkwk kadang saya juga bingung sih apa definisi temen atau
temen deket dan siapa sih yang pantes dikasih hadiah.<br />Kalo ditanya kenapa, ya jawabannya <i>ndak </i>apa. Pengen aja. Saya suka buat2 sesuatu untuk temen-temen saya.<br /><i>Kurang
kerjaan banget sih?</i> Bagi saya itu ndak kurang kerjaan kok hehe. Saya
suka buat sesuatu untuk orang lain, itu hobi. Suka aja buat
kerajinan tangan. Selain suka, menurut saya, ketika ngasih orang dan itu
dibuat sendiri, sesuatu itu bakal lebih berkesan <i>*eaa</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><i><br /></i>Dan bagi
saya wajar aja ketika saya baru kenal seseorang dan saya merasa saya
merasa nyaman atau klop sama orang itu, dapet banyak pelajaran dari
ceritanya, dsb, saya ngasih sesuatu buat orang tersebut. Itu masih dalam
batas kewajaran saya walaupun orang-orang kadang mengartikannya <i>ndak</i>
wajar. Saya suka aja kalo orang seneng sama apa yang saya kasih. Kalo apa
yang saya kasih bisa manfaat. Karena siapa tau umur saya <i>ndak </i>panjang
kan? Siapa tau. Jadi saya pengen di umur saya yang entah akan sampai
kapan ini, kemanfaatan selama saya hidup bisa berumur panjang.
Pertemanan-pertemanan ini bisa berumur panjang, bahkan sampai ketika
saya <i>ndak </i>ada.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Merawat
pertemanan itu ndak gampang. Kadang lupa tanya kabar dianggap sombong.
Tapi tanya2 kabar dikira sesuatu yang lain, dikira berlebihan, dikira
ada apa-apa. <i>Duh, </i>pusing yak wkwk</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Setiap
orang punya caranya sendiri untuk merawat pertemanan. Pun begitu dengan
kalian. Pun begitu dengan saya. Jadii <i>ndak </i>usah baper atau anggep
berlebihan suatu perlakuan yak. Emang gini cara saya merawat pertemanan
saya. Dengan tanya kabar, dengan kasih hadiah, dengan dateng ke
momen-momen di hidup kalian, dengan nyempetin ketemu, dan dengan
menyisipkan nama kalian dalam doa. Walaupun seringkali saya ndak tau
apakah temen yang saya anggep temen menganggap saya temennya atau bukan,
saya akan tetep perlakukan kalian kaya temen saya kok hehe. Dan
walaupun saya juga <i>ndak </i>tau doa saya mustajab <i>ndak</i>, tapi siapa tau kan
diantara sekian doa, doa yang ini 'kebetulan' dikabulkan :)</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pertemanan
itu susah susah gampang dijaganya. Dan tiap orang punya caranya
masing-masing untuk menjaga pertemanan itu. Saya dengan cara saya dan
Anda mungkin dengan cara Anda. Bukan berarti caranya dibebaskan
sebebas-bebasnya. Tetap perlu ada batasan.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Maka bila Anda tahu saya
berlebihan, silakan ingatkan. Karena saat itulah pertemanan justru akan
makin berharga. Ketika temannya salah, maka ia mengingatkan, bukan ragu
berkata lalu membiarkan. Teman yang baik akan mengajak untuk sama-sama
berjalan ke arah perbaikan :)</span></div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-55579892463572785972017-05-10T18:50:00.001+07:002017-05-11T02:39:40.284+07:00Cerita Dini Hari<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit;">"Mii.."</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Pesan terkirim. Hape
mati. Listrik mati. Fix bye~<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Saya beranjak
meninggalkan hape saya dan bercerita banyak dengan 2 teman saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Dini hari, saya baru
membaca pesan balasan dari Ummi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Apa deek"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Ada apa
dek?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">*misscall*<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Mi maaf kemarin
hapenya mati terus tak tinggal buat di <i>charge.</i>"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Ada apa dek?
Terus Hp nya kenapa?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Ngga kenapa-kenapa Mi
hapenya wkwk. Tadinya tadi malem mau nelpon ajaa."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;"><i>Ummi calling..<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Kenapa
dek?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Gapapa mi cuma
mau cerita skripsi hehe"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">*diam sebentar*<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Mi kalo misal
lulusnya ngga tepat waktu gimana ya? Kalo gabisa kekejar Agustus?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Ya gapapa ngga
tepat waktu."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Tapi temenku dah
pada lulus, dah pada koas Mi."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Ya ngga papa,
kan semua orang punya waktunya masing2, Dek."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">*mulai sedih sendiri*<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Maaf ya mi, kalo
ngga bisa wisuda Agustus dan bisanya ngusahain wisuda November. Masih
diusahain, masih berusaha nyusun proposal sama nemuin dosen juga."</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Kemudian, saya menjelaskan kondisi saya saat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Iya ngga papa.
Yang penting kamu tekun, ulet, pantang menyerah, sabar."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Misal mau nemuin
dosen nunggunya lama ya sambil baca Al-Qur'an atau dzikir atau baca buku.
Jangan sampai waktunya terbuang sia-sia cuma buat nungguin. Jadi nanti pulang
tetep dapet sesuatu walaupun ngga ketemu dosennya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Allah tu ngeliat usaha kita, Dek, bukan hasilnya. Jadi ya apapun yang terjadi, tetep berusaha. Tunjukkin ke Allah kalo kamu serius ngerjainnya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Kalo dosennya jutek, ya disenyumin aja. Berdoa supaya dosennya dilunakkan hatinya. Kan Allah yang
Maha Membolak-balikkan Hati. Dulu, Ummi juga dapet dosen yang susah. Ditemuin
susah. Kalo ketemu ndak senyum. Tapi ya Ummi tetep senyum, tetep usaha nemuin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Karena susah
ditemui di kampus, Ummi akhirnya ke rumahnya. Kata Mbak yang di rumahnya,
dosennya lagi istirahat. Ya Ummi tungguin di depan rumah sampai bangun.
Pas itu Ummi lagi hamil 9 bulan. Ya ngga papa, Ummi tungguin.</span><br />
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Terus akhirnya
dosennya luluh juga hatinya. Habis itu jadi gampang ditemuin. Jadi senyum kalo
ketemu. Urusannya juga jadi cepet diurus. Akhirnya bisa sidang dan wisuda juga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Nggarap skripsi
itu ngelatih mental dek. Yang mentalnya ngga kuat, bisa jadi gugur disini. Ngga
jadi sarjana. Dulu Bulik juga hampir ngga mau nyelesein skripsi karena dosennya
susah. Ummi bilang harus diselesein. Ummi nyemangatin. Mau gamau, suka ngga
suka, harus nemuin dosennya. Mbah juga nyuruh buat nyelesein. Akhirnya selesai
juga.</span><br />
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Mas Hanief juga, Alhamdulillah udah mau selesai. Udah mau sidang. Insya
Allah wisuda Agustus besok. Yang penting ulet, tekun."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">*saya diam lagi*</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Mi doain aku
ya,'" kata saya dengan perasaan yang sudah campuraduk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">"Iya, Ummi pasti
doain satu-satu, buat Mas Husain, buat Mas Hasan, buat Mas Hanief, buat Dek
Isti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Yaudah, yang sabar,
yang ulet, pantang menyerah. Ndak papa, semua ada waktunya
sendiri-sendiri."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span><br />
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Pagi tadi, saya tidak bisa berkata apa-apa, cuma bisa diam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Kami berada di kampus
yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Hanya saja, waktu kami
berbeda. Keadaan kami pun berbeda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: inherit; line-height: 115%;">Perjuangan Ummi jauh
lebih berat. Dosen susah, posisi sudah berkeluarga, hamil 9 bulan pula. Begini
saja saya sudah merasa berat, apalagi Ummi, yang juga harus menyusuri jalan dan warung-warung di Jogja untuk menitipkan makanan bersama Bapak, entah bakwan, entah jajanan, entah apapun itu, guna mencukupi biaya hidup keluarga. Sedangkan saya,
keadaan saya jauh lebih baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: inherit; text-align: justify;">Dini hari tadi membuat
saya berkata pada diri saya, "Ah, perjuangan saya belum ada
apa-apanya" :')</span><br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">Baru sekadar naik turun 4 lantai setiap harinya dan menunggu sejak pukul 7/8/setiap selesai kuliah hingga maksimal pukul 5 sore. Apalah itu dibanding wanita mengandung 9 bulan yang juga harus sabar dan ulet mengerjakan segalanya :')</span></span></div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-38600767065275701582017-04-30T11:37:00.000+07:002017-05-01T03:25:30.669+07:00Organisasi Mahasiswa di UGM: Jangan Cuma Jadi Mahasiswa Kupu-kupu<div style="text-align: justify;">
Welcome Gamada 2017 yang <i>notabenenya </i>baru banget bergabung di UGM! Selamat!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Weh, apaan tuh kupu-kupu?</i><br />
Beberapa pasti dah pada ngga asing lah yaa. Kupu-kupu : kuliah pulang-kuliah pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalo kalian merencanakan menjadi mahasiswa UGM atau baru aja gabung ke UGM <i>nih</i>, pastikan dirimu <i>ngga </i>akan jadi mahasiswa yang kerjanya cuma kuliah pulang-kuliah pulang.<br />
<br />
<i>Emang kenapa sih kak?</i><br />
Wah, nyesel banget deh kalo udah ke kampus ini dengan seabrek kegiatan mahasiswanya, tapi kerjaanmu cuma di ruang kuliah dan kosan. Nyeseeel, serius deh. Soalnya UGM, dan Jogja juga tentunya, mewadahi banget buat kamu-kamu yang pengen mengembangkan diri di luar akademikmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedikit berbagi aja yaa tentang organisasi mahasiswa di UGM dari perspektif saya yang udah mahasiswa tua wkwk. Kalo ada kekurangsesuaian dengan keadaan saat ini, mohon dimaafkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Okey, mulai <i>nih </i>ya. Jadi, di UGM itu ada yang namanya Keluarga Mahasiswa (KM) dan ada yang namanya Unit Kegiatan Mahasiswa. Bingung? wkwk. Jangan berhenti di sini ya bacanya. Yuk lanjuut~</div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga Mahasiswa atau KM di tingkat univ, terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM UGM dan Senat KM UGM.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijr1iZJigtO1hi0wdVSBXLClidOdWQn4tRcfevyVpLxhCncvunjguWBH5M_qkhs-O3ljaGudV4zhh6SW-dqA1qsNG04LKfckTGU5Oavs4HnQd-PlpMZwAuBiwPa2A3Zxf3urFblMoADgns/s1600/CLOvh5xUAAAWqjo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="185" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijr1iZJigtO1hi0wdVSBXLClidOdWQn4tRcfevyVpLxhCncvunjguWBH5M_qkhs-O3ljaGudV4zhh6SW-dqA1qsNG04LKfckTGU5Oavs4HnQd-PlpMZwAuBiwPa2A3Zxf3urFblMoADgns/s400/CLOvh5xUAAAWqjo.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Ilustrasi Gelanggang Mahasiswa UGM, tempat berbagai kegiatan kemahasiswaan berlangsung</div>
<div style="text-align: center;">
sumber: twitter.com</div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulai dari BEM KM UGM dulu ya. Kalo diibaratkan organisasi di SMA, BEM itu ibarat OSIS. Jadi ya ini lembaga eksekutifnya mahasiswa di UGM. Buat kamu yang suka bergerak dan suka menggerakkan, boleh banget masuk sini. Kegiatannya macem-macem, mulai dari mengawal kebijakan-kebijakan nasional sampai kebijakan kampus, pengabdian dan pemberdayaan masyarakat, pengadaan event-event tertentu, baik diskusi, hiburan, dll, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
BEM KM UGM dipimpin oleh seorang ketua yang lebih akrab dengan julukan Presiden Mahasiswa (Presma)yang dipilih melalui mekanisme Pemilwa (sejenis Pemilihan Umum untuk Mahasiswa). Untuk susunan organisasinya sebenarnya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan saat itu, bergantung kebijakan Presma. Untuk tahun ini, strukturnya terdiri atas Presma, Sekretaris Jenderal yang membawahi Bendahara dan Sekretaris, serta Koordinator Menteri Eksternal dan Koordinator Menteri Internal yang masing-masing membawahi beberapa kementerian. <i>Wah, kedengaran seru ya, seperti miniatur pemerintahan di Indonesia! </i>Untuk selanjutnya tentang BEM KM UGM bisa lah di-kepo di media-media sosial BEM KM UGM.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, selain BEM, ada juga yang dinamakan Senat KM UGM. Kalau diibaratkan dengan organisasi di SMA, senat ibarat MPK. Jadi senat bekerja di ranah legislaif. <i>Paham kan ya ranah legislatif itu apa? </i>Ya sederhananya nanti senat ini kerjaannya merumuskan undang-undang. Senat Universitas sendiri terdiri atas senat perwakilan partai dan senat perwakilan fakultas.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Loh? Di UGM ada partai?</i> Yupp, bener banget, di UGM ada banget yang namanya partai mahasiswa. Makin mirip aja kan sama suasana perpolitikan di Indonesia? Untuk lebih tau tentang Partai Mahasiswa dan Pemilwa bisa dilihat di postingan saya mengenai Pemilwa yaa :)<br />
<br />
<i>Nah</i>, berikutnya, <i>ngga </i>kalah menarik nih. Ada yang namanya Unit Kegiatan Mahasiswa atau disingkat UKM. Sejenis ekstrakurikuler gitu kali ya kalo di SMA. <i>Hmm </i>berhubung saya sudah ngga aktif di dalamnya, saya ngga paham apakah BEM sekarang sudah dimasukkan ke dalam UKM sehingga sejajar dengan UKM lainnya atau BEM berada diluar UKM. Silakan dikepo ke kakak-kakak yang masih aktif saja yaa.<br />
<br />
Jadi, kumpulan UKM-UKM itu nanti diketuai oleh Ketua Forum Komunikasi (Ketua Forkom). Adapun UKM-UKM di UGM, jumlahnya ada buanyaaak sekali. Kalau tidak salah 50an UKM. <i>Wah, banyak banget kan?</i> Nyesel banget udah difasilitasin segitu banyak UKM tapi <i>ngga join </i>salah satunya.<br />
Jaman saya, ke-50an UKM itu dikelompokkan jadi beberapa Sekber (Sekretariat Bersama) *sekarang istilahnya masih sekber ngga ya (?). Ada 4 Sekber, yaitu Sekber Kesenian, Sekber Olahraga, Sekber Khusus, dan Sekber Kerohanian.<br />
Kalau disuruh menyebutkan masing-masing UKM, wah saya angkat tangan. Terlalu banyak! Saya coba sebutkan beberapa saja ya <i>*wah, saya jadi terpaksa buka file Pemandu PALAPA lagi kan karena saking banyaknya wkwk.</i><br />
<br />
<b>Sekber Kesenian</b><br />
<br />
<ol>
<li>Swagayugama: <i>recommended </i>buat kamu yang pengen belajar tentang kesenian Jogja. Setau saya sih ada tari sama gamelan</li>
<li>UKJGS (Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta): <i>recommended </i>buat kamu yang tertarik dengan kesenian Surakarta. Setau saya juga ada yang fokus ke gamelan dan ada yang tari.</li>
<li>USER (Unit Seni Rupa): <i>recommended </i>buat kamu yang suka gambar, lukis, mural, atau berkreasi. Sering juga ngadain pameran.</li>
<li>Gamaband: band kebanggaan UGM nih. Bahkan UGM ngewadahin kamu yang suka nge band <i>loh</i>!</li>
<li>GMCO (Gadjah Mada Chamber Orchestra): buat kamu yang suka dan pengen nge gali kemampuan kamu di orkestra, bisa banget gabung disini.</li>
<li>UFO (Unit Fotografi) UGM: wadah buat kamu-kamu yang sukak dan pengen bisa fotografi</li>
<li>Teater Gadjah Mada: pengen belajar dan tertarik dengan teater? Gabung sini aja</li>
<li>Unit Tari Bali: pas banget buat yang pengen belajar nari bali</li>
<li>Paduan Suara Mahasiswa: punya modal suara bagus dan pengen berprestasi bareng dibidang itu? coba aja gabung PSM</li>
<li>Marching Band: UKM yang keren abis penampilannya, jadi andalan saat penyambutan Gamada. Yang pastinya berkat kerja keras dan latihannya yang juga super keren</li>
</ol>
<div>
<b>Sekber Olahraga (kalau yang ini saya sebutin aja ngga usah dijelasin pasti dah paham lah yaa)</b></div>
<div>
<ol>
<li>Atletik</li>
<li>Basket</li>
<li>Berkuda</li>
<li>Bridge</li>
<li>Bulutangkis</li>
<li>Bola Voli</li>
<li>Catur</li>
<li>Hockey</li>
<li>Judo</li>
<li>Karate Inkai</li>
<li>Karate Kala Hitam</li>
<li>Kempo</li>
<li>Merpati Putih</li>
<li>Perisai Diri</li>
<li>IKS Pro Patria</li>
<li>PSHT</li>
<li>Renang</li>
<li>Selam</li>
<li>Sepakbola dan Futsal</li>
<li>Softball</li>
<li>Taekwondo</li>
<li>Tenis Lapangan</li>
<li>Tenis Meja</li>
</ol>
<div>
Banyak banget kan UKM olahraganya? Tinggal dipilih dipilih~</div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Sekber Khusus</b><br />
<br />
<ol>
<li>BPPM Balairung : cocok buat kamu yang tertarik sama dunia jurnalistik</li>
<li>SKM Bulaksumur : cocok buat kamu yang tertarik sama dunia jurnalistik</li>
<li>EDS (<i>English Debating Society</i>) : <i>recommended </i>buat kamu yang pengen bisa <i>cas cis cus</i> debat bahasa inggris</li>
<li>Koperasi Mahasiswa (Kopma): mau belajar bisnis dan mengelola koperasi? gabung sini ajaa</li>
<li>Gama Cendekia: cocok buat yang tertarik sama keilmuan</li>
<li>Unit Penalaran Interdisipliner: buat kamu yang tertarik sama keilmuan</li>
<li>Mapagama: sejenis pecinta alam, yang suka bertualang, mendaki gunung lewati lembah <i>*kok jadi Ninja Hattori sih wkwk,</i> silakan ikut UKM ini</li>
<li>Menwa (Resimen Mahasiswa): yang tertarik buat jadi orang yang lebih disiplin dengan pendidikan ala tentara, bisa banget gabung menwa. Kalau ngga salah, UKM terjun payung juga gabung disini.</li>
<li>Peduli Difabel: buat kamu-kamu yang peduli dan pengen lebih jauh belajar dan membantu orang-orang difabel</li>
<li>Pramuka Putra: insya Allah dah tau yaa :)</li>
<li>Pramuka Putri: insya Allah dah tau yaa :)</li>
<li>Unit Kesehatan Mahasiswa (Ukesma): kalau di SMA yaa sejenis PMR gitu. Isinya ngga cuma anak-anak dari fakultas kesehatan aja <i>kok</i>. Yang tertarik belajar tentang pertolongan pertama dan kesehatan dari fakultas manapun, bisa banget <i>join</i></li>
<li>AISEC: kalo suka banget <i>exchange</i>, pengen dapet info-info dan jaringan di luar negeri, bisa gabung sini</li>
</ol>
<div>
<b>Sekber Kerohanian</b></div>
<div>
<ol>
<li>Jamaah Shalahuddin (untuk mahasiswa Muslim)</li>
<li>Keluarga Mahasiswa Buddhis</li>
<li>Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma</li>
<li>Misa Kampus (Katolik)</li>
<li>Unit Kerohanian Kristen</li>
</ol>
<div>
Sipp. Udah semua Sekber yaa. Wah, jumlahnya nyampe 50an ngga ya? Kalau belum 50an dan ada UKM-UKM yang belum tercantum mohon maaf yaa. Bisa dilengkapi di komen. Atau kalau ada penjelasan yang salah, silakan disampaikan yaa. Karena pengetahuan saya pun terbatas. Kan saya bukan anggota semua UKM hehe.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bentar, udah apa aja ya tadi? KM (BEM KM dan Senat KM) sama UKM.</div>
<div>
Nah, itu ditingkat Universitas kan. Di tingkat fakultas dan jurusan ada jugaa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Waah banyak banget dong kegiatan mahasiswa di UGM? Iya, banyak banget emang wkwk</i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sama kaya ditingkat Universitas, di Fakultas juga ada lembaga eksekutif dan legislatifnya. Penyebutan lembaga eksekutif pun macem-macem, ada yang menyebutnya BEM, LEM, LM, dan DEMA, bergantung fakultasnya. Di tingkat jurusan, bakal ada yang namanya Himpunan Mahasiswa Jurusan tersebut. Nah, untuk legislatifnya, ada yang menyebutnya senat, tapi ada juga yang menyebutnya DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa). Selain itu, di fakultas atau bahkan jurusan, ada juga unit kerohaniannya. Ada juga kelompok studi di tiap-tiap fakultas atau jurusan buat kamu yang tertarik sama dunia keilmiahan. Dan tiap fakultas bisa jadi ga cuma satu kelompok studi loh. Misalnya aja di Biologi, ada banyak kelompok studi; kelompok studi kelautan, kelompok studi tentang anggrek, dan bahkan tentang serangga juga ada. Buat yang mau terjun di dunia kelompok studi, bakalan ada forum buat anak-anak kelompok studi se UGM, namanya SCCF (kepanjangannya saya ndak tau hehe).</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selain itu semua, buat kamu yang tertarik di bidang yang lebih terapan, ada banget yang namanya <i>Gadjah Mada Robotic Team</i> atau yang lebih dikenal dengan GMRT, Bimasakti, Semar, Arjuna. Biasanya yang gabung tuh anak-anak teknik dan mipa. Tapi setahu saya, sebenernya ada beberapa posisi yang dibuka untuk mahasiswa fakultas apapun.</div>
<div>
Untuk GMRT sendiri, nanti dibagi-bagi lagi jadi tim-tim kecil dengan konsentrasi membuat robot yang berbeda-beda, ada yang membuat robot yang bisa melempar cakram, robot yang bisa menari, robot pemadam api, robot yang bisa sepakbola, <i>seru kan?</i> Kalau mau kepo lebih jauh tentang GMRT, bisa banget langsung kepo ke <i>robotika.ugm.ac.id. </i></div>
<div>
Nah, untuk Bimasakti, Arjuna dan Semar, bentuknya mobil yak bukan robot hehe. Kalau Bimasakti itu fokusnya untuk membuat mobil formula, ya mobil balap gitu. Kalau Arjuna, diikutkan untuk kompetisi mobil listrik. Kalau Semar, diikutkan pada Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE). Kepo lebih jauh kunjungi web masing-masing aja yaa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebenarnya masih banyak sih yang belum bisa saya sebutkan. Apalagi yang berada di tingkat fakultas dan jurusan. Sangat banyak kegiatan mahasiswa di sana dan sangat banyak yang menarik untuk dijajaki.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kalau merasa minatmu belum terwadahi di berbagai kegiatan tadi, <i>cus </i>aja langsung ke komunitas-komunitas pemuda yang ada di Jogja. Ada banyak banget, mulai dari yang fokusnya lingkungan kaya KOPHI, KP Mangrove, dan Jogja Berkebun, fokus ke pendidikan antikorupsi kaya FLAC, fokus ke pencegahan merokok kaya 9CM, fokus ke anak jalanan kaya SSC, dan masih banyak lagi. </div>
<div>
Atau bisa juga kamu gabung ke organisasi mahasiswa ekstrakampus sejenis KAMMI, HMI, GMNI, dan sebagainya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadii, buat kamu yang sudah jadi mahasiswa atau baru 'calon' mahasiswa UGM, silakan dipikir-pikir lagi kalau kuliah cuma jadi mahasiswa yang kerjaannya kuliah pulang-kuliah pulang. Memang benar, amanah utama kita adalah belajar lalu lulus dan dapat kerja. Tapi ada satu hal yang perlu dicatat. Pembuka lapangan pekerjaan sekarang tidak hanya mencari mahasiswa yang pandai secara akademis, tapi mereka juga memperhatikan softskill kita. Orang pintar itu banyak, tetapi seorang yang pandai dan memiliki softskill yang baik, itulah yang dicari.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Silakan habiskan waktumu di kampus untuk belajar berbagai hal, silakan <i>explore </i>bakat, kemampuan akademik dan non akademikmu, silakan belajar berorganisasi dan bersosialisasi, silakan habiskan jatah gagalmu, hingga nanti saat kamu lulus dan diwisuda, kamu banyak mendapat bekal dan telah siap menjadi bagian yang akan berkontibusi besar di masyarakat! :)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Semoga bermanfaat!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
*nb: bila ada yang mau dikoreksi, ditambahkan, silakan dituliskan saja di komen.</div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-63742461701539552682017-04-30T11:34:00.000+07:002017-04-30T11:43:49.228+07:00Pemilwa: Pesta Demokrasi UGM<div style="text-align: justify;">
Tetiba <i>random </i>pengen cerita dikit tentang mekanisme demokrasi di kampus tercinta sebelum akhirnya harus kembali lagi mengerjakan skripsi wkwk</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tentang Partai Mahasiswa di UGM</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Tau kaan kalo di Indonesia ada banyak partai politik? Nah, di UGM juga ada loh! Cerita dikit deh ya tentang adanya Partai Mahasiswa (Parma) di UGM. Jadi begini teman-teman, di UGM itu ada beberapa partai mahasiswa, antara lain Partai Bunderan, Partai Macan Kampus, Partai Kampus Biru, <i>Future Leaders Party</i>, Partai Sayang Mama, Partai Boulevard, Partai Kantin Kampus, Partai Balairung, Partai Srikandi, Partai Anak Rantau, dan Partai Gerbang. Setiap partai memiliki nilai dan cara gerak masing-masing. Kalo mau tau lebih jauh, coba <i>deh </i>kepoin tiap partai itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tentang Pemilwa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemilwa? Apaan <i>tuh</i>? Jadi Pemilwa itu sejenis Pemilu tapi tingkat universitas. Pesertanya yaa kita-kita ini,mahasiswa aktif UGM. Dulu namanya Pemira/Pemilihan Raya. Panitia penyelenggara Pemilwa ini namanya KPUM (Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa), dan pengawas berjalannya Pemilwa ini namanya Banwaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum kalo ndak salah kepanjangannya). Biasanya Pemilwa diadakan di akhir tahun, sekitar bukan Oktober-Desember.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ZvT2et3CqeLQLXVyzLeD_w4jh9Dpkku9C-XwV-uTJs6JtbWYyCGmzB2Oovd7wrslTZ7-RCybrBvBbEJMWtmrGK-fSfD29do5Lsan5u7U9eOYCVcnuttzLNpWPsaUAQ-WhMRrYXuqyZwN/s1600/pemilwa.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ZvT2et3CqeLQLXVyzLeD_w4jh9Dpkku9C-XwV-uTJs6JtbWYyCGmzB2Oovd7wrslTZ7-RCybrBvBbEJMWtmrGK-fSfD29do5Lsan5u7U9eOYCVcnuttzLNpWPsaUAQ-WhMRrYXuqyZwN/s320/pemilwa.jpeg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Salah satu logo pemilwa UGM; kalau tidak salah Pemilwa tahun 2015</div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jadi apa hubungannya Pemilwa dengan partai mahasiswa?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Nah, </i>jadi, kalo lagi Pemilwa <i>nih</i>, setiap partai yang mau ikutan Pemilwa harus melengkapi syarat-syarat tertentu untuk boleh ikutan. Syaratnya apa aja <i>sih</i>? Untuk syaratnya apa saja, biasanya akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) di masa-masa menjelang Pemilwa. Biasanya sih sejenis mengumpulkan sekian ratus KTM anggota partai, terus punya struktur kepengurusan, sudah aktif dalam jangka waktu tertentu, dan masih banyak lagi. Selain ada KPUM, ada juga yang namanya Badan Pengawas Pemilihan Umum (Banwaslu) yang nanti mengawasi berjalannya proses pemilihan umum mahasiswa dan juga mencatat pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Setiap partai yang lolos berhak mengajukan perwakilan untuk nantinya diajukan menjadi Presiden Mahasiswa ataupun Senat Mahasiswa, tetapi biasanya tidak semua partai mengikuti Pemilwa tersebut. Untuk pemilihannya sendiri, nanti dilakukan melalui mekanisme Pemilwa. Kalo belum tau Pemilwa seperti apa, ya mirip Pemilu di Indonesia itu. Setiap mahasiswa aktif UGM memiliki suara dan berhak untuk memilih siapa yang kelak akan menjadi Presma dan Senat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Eh </i>iya, selain dari perwakilan partai, calon Presma juga bisa maju secara independen atau dengan kata lain bukan wakil dari partai tertentu. Kalau senat, selain dari perwakilan partai, ada juga perwakilan senat univ dari fakultas (duu disebut casenat independen).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hmm jadi sebenernya waktu Pemilwa tu kita milih apa aja sih?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi yang dipilih itu: untuk tingkat universitas: Presiden Mahasiswa, Senat Mahasiswa Perwakilan Partai dan Senat Mahasiswa Perwakilan Fakultas. <i>Nah</i>, kalo Pemilwa Fakultas diselenggarakan bareng sama Pemilwa Universitas, nanti kita juga bakalan milih: Ketua BEM/LM/LEM (kalau DEMA saya kurang tahu apakah menggunakan mekanisme Pemilwa juga atau menggunakan mekanisme lain) dan Senat atau DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas.</div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<b>Tahapan Pemilwa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nanti saat periode Pemilwa bakalan ada masa pendaftaran calon, pelengkapan berkas calon, verifikasi berkas, terus kampanye deh. Nah, waktu masa-masa kampanye ini adalah waktu kamu buat mengenal siapa aja sih calon presma dan senatnya. Biasanya pas masa-masa ini akan ada diskusi-diskusi, kampanye terbuka, baliho-baliho calon, selebaran-selebaran, dan tim sukses-tim sukses yang meramaikan masa-masa kampanye. Dan pastinya, medsos juga bakalan rame sama postingan-postingan tentang calon-calon itu. Setelah masa kampanye selesai, akan ada hari tenang selama beberapa hari untuk pembersihan segala atribut kampanye. Pokoknya di hari itu atribut kampanye harus udah bersih. Setelah itu, barulah akan ada beberapa hari pemungutan suara untuk menentukan pilihanmu. <i>Tentukan pilihanmu sekarang! </i>wkwk *berasa acara TV* </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pastikan kamu satu di antara yang menggunakan hak suaramu. Memang tidak semua calon baik, tapi pilihlah yang terbaik di antaranya. Daripada kamu tidak menggunakan hakmu, lebih baik gunakan sebaik mungkin. Kalau kamu yakin kamu lebih baik dan lebih bisa berkontribusi dari calon-calon yang ada, cobalah untuk ikut di pesta demokrasi tahun berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Terus cara milihnya gimana?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Nah</i>, pasti kan selama kampanye udah ada pengenalan visi misi. Udah ada kenalan, debat, diskusi, dsb juga kaan, yaa jadi saat pemungutan suara ini, waktunya kamu menentukan pilihanmu. Jadi caranya, kamu dateng ke TPS di fakultas atau jurusan masing-masing. Nanti di TPS itu udah ada Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dipegang sama penjaga TPS (yang jaga TPS : anak KPUM Univ, atau Fakultas, atau Banwaslu). DPT apaan sih? Jadi itu daftar pemilih. Isinya ya nama-nama orang yang terdaftar sebagai pemilih di TPS itu. Kalo lingkupnya fakultas ya nama-nama mahasiswa aktif fakultas tsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus kalo mau milih, biasanya kamu harus bawa identitas diri, biasanya sih KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). KTM dikasih ke penjaga TPS, terus kamu bakalan dapet beberapa surat suara untuk milih capresma, casenat partai, casenat perwakilan fakultas, cakabem fakultas dan casenat/ca-DPM fakultas. Setelah itu, kamu masuk ke bilik suara dan mencoblos calon yang kamu pilih. Kalau udah selesai milih, masukkan surat suara ke kotak suara yang sesuai. Biasanya ada tulisannya kok, kotak suara mana untuk surat suara mana. Habis itu balik lagi ke penjaga TPS untuk ambil KTM, terus tandai jarimu pake tinta, udah deh, selesai! Ngga ribet kan? Cuma berapa menit paling. Beberapa menit yang akan menentukan satu tahun kepengurusan. Jadi pastikan kamu berpartisipasi!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di akhir hari, saat TPS ditutup, kotak disegel oleh KPUM disaksikan oleh Banwaslu dan saksi partai agar terjaga keamanannya. Kotak dibawa ke basecamp KPUM untuk diamankan. Esoknya, saat TPS hendak dibuka kembali, segel dibuka. Kemudian kotak disegel kembali saat sudah selesai digunakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Habis milih terus ngapain?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah hari pemungutan suara, bakalan ada penghitungan suara. Penghitungan suara diadakan selama beberapa hari dan beberapa tahun terakhir dilakukan di perumahan dosen, tepatnya di B19 (baratnya Masjid Kampus UGM) untuk Pemilwa Universitas dan di Fakultas masing-masing untuk pemilwa fakultas. Untuk suara Universitas, penghitungan biasanya tidak bisa diselesaikan dalam satu hari, mengingat jumlah mahasiswa UGM yang begitu banyak. Biasanya penghitungnnya kurang lebih 3 hari dan dimulai sejak setelah dzuhur (bila weekdays) hingga menjelang subuh hari berikutnya. Untuk weekend, biasanya penghitungan dimulai sejak pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wah ngantuk dong kak? Yaiyalah. Saya juga pernah merasakan semaleman ngelipetin kertas suara di hari sebelum pemungutan suara dan ngitungin surat suara pas penghitungan suara wkwk. Tapi apasih yang ngga demi melaksanakan pesta demokrasi di UGM? *eaa</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, ada beberapa komponen yang dilibatkan dalam penghitungan suara ini. Saat perhitungan, biasanya KPUM akan membuka beberapa tempat penghitungan diruangan B19. Di masing-masing spot penghitungan, biasanya disyaratkan harus ada 1 anak KPUM, 1 anak Banwaslu, beberapa saksi perwakilan partai, dan perwakilan casenat fakultas bila kotak yang dibuka memiliki casenat perwakilan fakultas. Setelah komponen tersebut ada, penghitungan suara dimulai. Kertas suara dibuka satu-persatu untuk dilihat sah atau tidaknya. Kemudian suara yang masuk dicatat. Wajar lah ya sampai pagi, karena sekian banyak surat suara harus dibuka satu persatu. Biasanya baik saksi maupun panitia membagi <i>shift </i>dengan teman-temannya untuk berjaga bergantian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah semua surat suara dibuka, akan diadakan perekapan suara yang masuk. Selesai sudah perhitungan suaranya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, tidak serta merta disahkan. Masih ada mekanisme gugatan untuk yang merasa keberatan dengan hasil yang ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bila memang tidak ada, maka dilanjutkan ke pengesahan maupun pelantikan dari yang telah terpilih. Oh iya, untuk senat perwakilan partai, jumlah kursi masing-masing partai di senat ditentukan oleh jumlah suara yang masuk untuk partai tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yap. Selesai sudah kalau sudah dilantik!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi, selesainya pesta demokrasi justru merupakan sebuah permulaan bagi orang-orang yang terpilih untuk melaksanakan amanah dan janji-janji yang telah diucapkan di satu kepengurusan ke depan. Pun begitu dengan yang telah memilih. Silakan mengawal orang-orang yang menjadi wakil kalian di jajaran pemerintahan mahasiswa di UGM.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau tertarik dan ingin merasakan atmosfer perpolitikan di UGM, recommended banget buat daftar KPUM atau Banwaslu deh! Capek sih, kadang ngga tidur gegara ngelipetin kertas suara, atau kadang ke kampus ga pake mandi *ups, atau juga deg-degan tiap malem takut tetiba ada anak partai yang datang menyatroni basecamp wkwk. Tapi serius, worth it pengalamannya. Atau bahkan bisa juga kamu daftar untuk jadi salah satu anak partai. Atau seenggaknya, jadilah pemilih yang cerdas. Jangan sampai notabenenya mahasiswa tapi lebih milih buat golput.<br />
<br />
Mengutip kata salah satu tokoh:<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>"Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, dll, semua tergantung pada keputusan politik."</b></blockquote>
Disadari atau tidak, keikutsertaan kita akan menentukan kehidupan kita di kampus untuk satu tahun berikutnya. Jadiii, jangan melabeli dirimu sebagai mahasiswa yang ngga peduli politik yak! :D</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-74237377323712351122017-04-29T14:36:00.001+07:002017-04-29T14:56:31.608+07:00RK#7: Mungkin Saya Rindu<div style="text-align: justify;">
Tadi malam entah mengapa saya seperti mendengar sayup-sayup nada yang begitu familiar. Entahlah, mungkin saya rindu akan kebersamaan selama 22 bulan nyaris 2 tahun yang kami lewati bersama. Terngiang langsung mars yang selalu kami gaungkan di tiap apel asrama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Dengan tekad dan cita-cita mulia</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Penuh s'mangat jiwa membara</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Hambatan rintangan yang datang menghadang</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tak akan jadi penghalang</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Bersatu teguhkan niat tuk berjuang</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Membangun Indonesia jaya</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tingkatkan ilmu iman dan taqwa</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Trampil cerdas bijaksana</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Jangan ragu langkah kakimu</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tetap teguh raih citamu</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Di bawah binaan PPSDMS/Rumah Kepemimpinan</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Kami kembangkan diri</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Mencapai tujuan, prestasi gemilang</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Menjadi pemimpin masa depan</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayup-sayup nada yang terngiang itu membuat saya membuka kembali foto-foto kebersamaan kami. Srikandi, Nakula, dan keluarga RK angkatan 7.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah terlalu baik. Mempertemukan saya yang bukan siapa-siapa dan hanya orang biasa dengan orang-orang yang luar biasa. Orang-orang yang saling menguatkan dan mengingatkan untuk selalu berada dalam jalan-Nya. Sekumpulan orang luar biasa yang selalu mencoba memenuhi amanahnya di kampus dan di asrama walaupun saya tahu, mereka mungkin lelah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu persatu foto-foto kebersamaan kami saya buka. Saya hanya bisa tersenyum melihatnya. Saya tahu, kebersamaan kami tak selalu bernuansa bahagia. Kadang sedih, kadang ada rasa kesal di hati, kadang adu argumen hingga membuat suasana panas pun terjadi. Ya, kami semua berbeda. Jadi wajar saja ada hal-hal yang kami tidak sepaham. Akan tetapi, dari sinilah saya belajar untuk menghormati perbedaan dan untuk berpikiran lebih terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, saya beruntung dipertemukan dengan orang-orang seperti mereka :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCz82I6YTiXfErCfyfdU97hvNhGPNZDSEew8ZWObyIiMEy287_nI5drmIvZgMWIbJAcKHOglWiji6UIwb2WB2KRCUab6ZaETuHc0aBbdE6A0SI9MVxR1dUt-FN3Jng7KS6lVFahP64WEpF/s1600/IMG_66634206260505.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCz82I6YTiXfErCfyfdU97hvNhGPNZDSEew8ZWObyIiMEy287_nI5drmIvZgMWIbJAcKHOglWiji6UIwb2WB2KRCUab6ZaETuHc0aBbdE6A0SI9MVxR1dUt-FN3Jng7KS6lVFahP64WEpF/s320/IMG_66634206260505.jpeg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: center;">
National Leadership Camp 2014</div>
<div style="text-align: center;">
Momen besar pertama yang kami lalui bersama. Masih antara kenal-ngga kenal bahkan untuk teman-teman satu regional.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhORbdwBf6bC26PkxKTX7HfORyvXRMy14dttSfJx76G6yTwpidtGmieDvWoUgjTk17yZ4npAUJ6IC8uUAMbLQ5fdCjGCeqn_auJEVvI3vWFl_3VinBnjHvSmMbRgUz547VfYZAB1qY1vWpH/s1600/6289601257582-1425182436.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhORbdwBf6bC26PkxKTX7HfORyvXRMy14dttSfJx76G6yTwpidtGmieDvWoUgjTk17yZ4npAUJ6IC8uUAMbLQ5fdCjGCeqn_auJEVvI3vWFl_3VinBnjHvSmMbRgUz547VfYZAB1qY1vWpH/s320/6289601257582-1425182436.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Foto bersama Tiara-Srikandi untuk pertama kalinya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpI2l31XAcnvQTcpZ8Q0BCuTqn_Hybn5Dt1Nt7aL65PllJPAJ7FEyaLXyazivtkiKDACXPC-mmu8v2jR0qlkMBdEzUB4nKDxske4v-VlBQHcCf85LMYSLSCbWLLyrYZgkrxi9ZP0_MYmqH/s1600/12193774_10207597793573962_7306067861288935855_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpI2l31XAcnvQTcpZ8Q0BCuTqn_Hybn5Dt1Nt7aL65PllJPAJ7FEyaLXyazivtkiKDACXPC-mmu8v2jR0qlkMBdEzUB4nKDxske4v-VlBQHcCf85LMYSLSCbWLLyrYZgkrxi9ZP0_MYmqH/s320/12193774_10207597793573962_7306067861288935855_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Leadership Talk</i> di Graha Sabha Pramana UGM</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj44K7T-ncCbPQQan0FQgZXvC4IEVVbNzWkffKwjwxFJaLyzPuxgVPSAkHzPv9Io7eDJQFS5rTbBNEg4ZMYx4882DVKiBYbGdOsLC6ILE5uTNu_Kt6GJeBtCOXi8ULDcZqgSyF1W7mN96AH/s1600/1425145078638.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj44K7T-ncCbPQQan0FQgZXvC4IEVVbNzWkffKwjwxFJaLyzPuxgVPSAkHzPv9Io7eDJQFS5rTbBNEg4ZMYx4882DVKiBYbGdOsLC6ILE5uTNu_Kt6GJeBtCOXi8ULDcZqgSyF1W7mN96AH/s320/1425145078638.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Latihan Gabungan Timur (LGT) di Yogyakarta</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhltC55RSNuwao8E8AuNOTo2b3W1HoOx55BHnJZpf8UiujauuSgArDAVzLAzGBjoGdunKfQo2MgHv6ZC3lkre9G9gA3h3e8_JPEWvtXom7QyIz7xTGHCgi47ifp3lrq7awXemUOhqS9srtc/s1600/1447578447345.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhltC55RSNuwao8E8AuNOTo2b3W1HoOx55BHnJZpf8UiujauuSgArDAVzLAzGBjoGdunKfQo2MgHv6ZC3lkre9G9gA3h3e8_JPEWvtXom7QyIz7xTGHCgi47ifp3lrq7awXemUOhqS9srtc/s320/1447578447345.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Latihan Gabungan Timur (LGT) di Surabaya</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKKlxUoNHs0P1pWWuYfc5YOuDs1ZX_YMoW4rSm_S0aCjDXXYhbGcWa8ygkrArWaZZDNGW9peRSSa8HdkqVO-ehqSOBynEpzq93GtZ5Jl2Le8etDp0ZuYXo08Uq1gYV4wpz64O3V9pB5oR3/s1600/1453032852880.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKKlxUoNHs0P1pWWuYfc5YOuDs1ZX_YMoW4rSm_S0aCjDXXYhbGcWa8ygkrArWaZZDNGW9peRSSa8HdkqVO-ehqSOBynEpzq93GtZ5Jl2Le8etDp0ZuYXo08Uq1gYV4wpz64O3V9pB5oR3/s320/1453032852880.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Sekumpulan anak RK yang ikut AMSS (<i>Asean Muslim Student Summit</i>) bersama di Malaysia dan membuat makar bersama (?) wkwk</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWGKATp0vl-PTIkj6jxj0Aa0ZrUx3j-6fSjasF5S73YNPg6psOSaOUWy4iezUc8YVCh48VxvTYzzigeeyxzvWgmDb3fxjRRh9OAchNM-PbMZargo8ktuHaVKyKpWLs4xkRnCfn-zcGFjwe/s1600/IMG-20150105-WA0010.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWGKATp0vl-PTIkj6jxj0Aa0ZrUx3j-6fSjasF5S73YNPg6psOSaOUWy4iezUc8YVCh48VxvTYzzigeeyxzvWgmDb3fxjRRh9OAchNM-PbMZargo8ktuHaVKyKpWLs4xkRnCfn-zcGFjwe/s320/IMG-20150105-WA0010.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Ulang tahun Mba Intan dengan panda besarnya :3</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcz3TgCxdQMgT2s2yxCCHyjfB7c4MvcdwDtzKUhqivK8EwIR0MBnx320-f_0e_QgcbrsVTt1Q5DyyGvQNPCXTuQa-O_zIPQjfO6QndeIPZTmCHHMyqsEc7wvFB0bozyilcgjhWI6aHV2p4/s1600/IMG-20150128-WA0006.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcz3TgCxdQMgT2s2yxCCHyjfB7c4MvcdwDtzKUhqivK8EwIR0MBnx320-f_0e_QgcbrsVTt1Q5DyyGvQNPCXTuQa-O_zIPQjfO6QndeIPZTmCHHMyqsEc7wvFB0bozyilcgjhWI6aHV2p4/s320/IMG-20150128-WA0006.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Outbond Nakula-Srikandi, seru <i>abis </i>:'</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgln2J_9pjwiWXWpYy90myx4MHOvvwcD90-Og8QeUjv5pBal928ooQlTQ5yNUMjE6BCZbs-av1UUHnazz9eeXPNkiM3s79dlyPyBOybAKIYBKv7_i6UNKrs10BjHrleK4RmjiP467NkJr8_/s1600/IMG-20150515-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgln2J_9pjwiWXWpYy90myx4MHOvvwcD90-Og8QeUjv5pBal928ooQlTQ5yNUMjE6BCZbs-av1UUHnazz9eeXPNkiM3s79dlyPyBOybAKIYBKv7_i6UNKrs10BjHrleK4RmjiP467NkJr8_/s320/IMG-20150515-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Bersama Pak Wazis :)</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNDA-zIFOobmgNYt-FQ9aqINJCYkXpeGj-rBPgVD13ATb4-3npTFyRE9Twg-IO5lnDZWUlP_mx6M90FDBk2R1fjkIgXj_eEkRfE_ytDYD_vmaF2G-NPH-xa5bfw55sGwZAqhw4D4sIwGC1/s1600/IMG-20150711-WA0035.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNDA-zIFOobmgNYt-FQ9aqINJCYkXpeGj-rBPgVD13ATb4-3npTFyRE9Twg-IO5lnDZWUlP_mx6M90FDBk2R1fjkIgXj_eEkRfE_ytDYD_vmaF2G-NPH-xa5bfw55sGwZAqhw4D4sIwGC1/s320/IMG-20150711-WA0035.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Silaturahim ke rumah Afkar, salah satu Nakula yang rumahnya di Jogja</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAwdp5CoOglDCpXNpyRZmbbLlXVI7X207CciAlUyYssih0uUqZFd60QlC9ymWS-6kwJAzQ3DxSE3aOql9G6qoN1_nyPpjNKoFLfDCt2yKnF_hnqpe7M6csVjI2XgDyGMmsKUua94JvDk2x/s1600/IMG-20160125-WA0052.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAwdp5CoOglDCpXNpyRZmbbLlXVI7X207CciAlUyYssih0uUqZFd60QlC9ymWS-6kwJAzQ3DxSE3aOql9G6qoN1_nyPpjNKoFLfDCt2yKnF_hnqpe7M6csVjI2XgDyGMmsKUua94JvDk2x/s320/IMG-20160125-WA0052.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Apel bersama di pantai. Sekali-kali <i>yak</i>, ganti suasana apel :)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0MIVqIIPNeBBacOrjTsUdBSANk6aoNrUS12RY23W_hiX04dtE4LLz6ppqhFcoIgCF8GOk92wIrGCH786w9p5brvNEJ-UZhdY-Kk0iAzlFvg64kT6VNoVE0_ZHEncujB2JftM6kh2_SuVK/s1600/IMG-20160130-WA0030.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0MIVqIIPNeBBacOrjTsUdBSANk6aoNrUS12RY23W_hiX04dtE4LLz6ppqhFcoIgCF8GOk92wIrGCH786w9p5brvNEJ-UZhdY-Kk0iAzlFvg64kT6VNoVE0_ZHEncujB2JftM6kh2_SuVK/s320/IMG-20160130-WA0030.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Perjuangan ikut lomba Poster Publik di USU bersama Mba Dini dan Mas Odi. <i>Big thanks</i> sudah membolehkan saya menjadi bagian dari tim ini. Momen pertama kalinya saya menjelajah luar Jawa juga</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-fvH70YQu78JYmnP1pvlzaur_sAIdxdsl7eB0wCXvgWk-_d4y4omlLjVDAleR8OPPuTH8nVC4rjZFTbauqQWCkx1jZTE8uGSOpDF-dk8modPwKMQlP7S2U5uuEV2B6cLi-Cd85plcVMku/s1600/IMG_31765169978207.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-fvH70YQu78JYmnP1pvlzaur_sAIdxdsl7eB0wCXvgWk-_d4y4omlLjVDAleR8OPPuTH8nVC4rjZFTbauqQWCkx1jZTE8uGSOpDF-dk8modPwKMQlP7S2U5uuEV2B6cLi-Cd85plcVMku/s320/IMG_31765169978207.jpeg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Acara Anonim, dengan maskot danbo-nya :3</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOZxh_a2GiDtHsulUXG8pwH1vFw1CbPmpYHQYlZQm8LSZg9oje8o3A-xFnWgOBfS4Zmy3eapq5AibbXHpRZhsi64MQkJXWfaXIftYGDBoQ9iRwcVPzyKaq-DJ3_VVzoKF5he6VgiWY0yaR/s1600/IMG-20160409-WA0132.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOZxh_a2GiDtHsulUXG8pwH1vFw1CbPmpYHQYlZQm8LSZg9oje8o3A-xFnWgOBfS4Zmy3eapq5AibbXHpRZhsi64MQkJXWfaXIftYGDBoQ9iRwcVPzyKaq-DJ3_VVzoKF5he6VgiWY0yaR/s320/IMG-20160409-WA0132.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>Nyemangatin </i>Mba Layung yang masuk mapres. <i>Nyemangatinnya </i>udah <i>ngga </i>pakek jaim-jaiman. Paling rame diantara suporter yang lain :)</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2JXfHEnCE7sAHPkrt6AZGbDvGlfJQHNxKAImKBuJCiFT6wExwkq_dQ4ZbLEM8KxIJKhPo9vtYVxVG03StpZ9gJG6hb0VlqTRGQakdzvHj0vwYvqy4XQ9GLScd8S-8m73GeFRo1OnEADUw/s1600/IMG-20160810-WA0002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2JXfHEnCE7sAHPkrt6AZGbDvGlfJQHNxKAImKBuJCiFT6wExwkq_dQ4ZbLEM8KxIJKhPo9vtYVxVG03StpZ9gJG6hb0VlqTRGQakdzvHj0vwYvqy4XQ9GLScd8S-8m73GeFRo1OnEADUw/s320/IMG-20160810-WA0002.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Akhirnyaa berhasil foto bareng Srikandi setelah nyaris 2 tahun wacana wkwkwk</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia1_YHRwPvHHFkfpLz5Ts59TVeXAaoeL5Amvp7F4TJi6GJP5jU7_wIzWaZrT1orVW0hBzqyWWRnmbQLwKuzgmuIYXqM-ttev_76AL744awSKznetEk2Uj8vmNZKijcaIId-J68xeheSHu9/s1600/IMG-20161201-WA0032.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia1_YHRwPvHHFkfpLz5Ts59TVeXAaoeL5Amvp7F4TJi6GJP5jU7_wIzWaZrT1orVW0hBzqyWWRnmbQLwKuzgmuIYXqM-ttev_76AL744awSKznetEk2Uj8vmNZKijcaIId-J68xeheSHu9/s320/IMG-20161201-WA0032.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Penutupan IYLF (katanya). Nyatanya sih <i>dolan </i>wkwk</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMcaY0eYphBbT1xfO7R3qt3MVkrQHVUryPQUdBjRmMFlCuxcLssBV8XeJwSoreA7MBKjLm_zjsiiKGwgCW-gRCd34xR2LVxhpRQsrXz6kCaqfmn83_V9-XqdpVS-ENXs2HX_8l1PbA19Eq/s1600/13087899_858917234231633_3604566392073903991_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMcaY0eYphBbT1xfO7R3qt3MVkrQHVUryPQUdBjRmMFlCuxcLssBV8XeJwSoreA7MBKjLm_zjsiiKGwgCW-gRCd34xR2LVxhpRQsrXz6kCaqfmn83_V9-XqdpVS-ENXs2HX_8l1PbA19Eq/s320/13087899_858917234231633_3604566392073903991_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Momen-momen terakhir sebelum tidak lagi seasrama. National Leadership Camp (NLC) 2016 :')</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh072IFTlbkVtT_W6mqxMme7vGXGtWQVdGH08WwTxWaMg10pmu8owvpOfh71joAujt0DxcxYMQ0V-Vu-gI4Dlv0T8fQnN4LHlPQ_pN7tuUAGTNCl_VIft5VTXgsMqBUtYQlovUYtlKsTI2L/s1600/IMG_9543+%2528Large%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh072IFTlbkVtT_W6mqxMme7vGXGtWQVdGH08WwTxWaMg10pmu8owvpOfh71joAujt0DxcxYMQ0V-Vu-gI4Dlv0T8fQnN4LHlPQ_pN7tuUAGTNCl_VIft5VTXgsMqBUtYQlovUYtlKsTI2L/s320/IMG_9543+%2528Large%2529.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Nggak </i>nyangka. Perjuangan menyiapkan haflah NLC 2016 yang super duper mepet membuahkan hasil :)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM7zOxMDU7aqI1fIgCfHwU8nJEU7Z1Fac-8nRa1ZYtU82uKBKwmKf66ERGNENwE3Q79lrBQQ_gsAaCnBu2Tq72dv2CwFdjPYBAzuw7dBRQ6mwYrhPBtI98k_cuzbVNhtbwuOdkMVcb0rFe/s1600/IMG_9726+%2528Large%2529.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM7zOxMDU7aqI1fIgCfHwU8nJEU7Z1Fac-8nRa1ZYtU82uKBKwmKf66ERGNENwE3Q79lrBQQ_gsAaCnBu2Tq72dv2CwFdjPYBAzuw7dBRQ6mwYrhPBtI98k_cuzbVNhtbwuOdkMVcb0rFe/s320/IMG_9726+%2528Large%2529.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Foto bersama Rumah Kepemimpinan angkatan 7 di National Leadership Camp (NLC) 2016.</div>
<div style="text-align: center;">
Saudara Sampai Surga, <i>insya Allah</i> :)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCz82I6YTiXfErCfyfdU97hvNhGPNZDSEew8ZWObyIiMEy287_nI5drmIvZgMWIbJAcKHOglWiji6UIwb2WB2KRCUab6ZaETuHc0aBbdE6A0SI9MVxR1dUt-FN3Jng7KS6lVFahP64WEpF/s1600/IMG_66634206260505.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNEGwSo1jegXSW3F787VTgsIxd9eQl9ag4mU47C8jas0n7Vh4Lgf5bnADQ87cjagCI_Ak0acTeBMrLIRNow6tgj6C7yn7nfKeQ1dVF_Q9SU_yQIHLQPKmuJT0Odxup2ameiYbhQsNzh5KT/s1600/11063618_10206678299580426_5273810156764300435_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNEGwSo1jegXSW3F787VTgsIxd9eQl9ag4mU47C8jas0n7Vh4Lgf5bnADQ87cjagCI_Ak0acTeBMrLIRNow6tgj6C7yn7nfKeQ1dVF_Q9SU_yQIHLQPKmuJT0Odxup2ameiYbhQsNzh5KT/s320/11063618_10206678299580426_5273810156764300435_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Orang-orang luar biasa yang membersamai kami berproses di regional 3 Yogyakarta</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Mba Tika-Mas Aqil-Mba Intan-Mas Adi-Mas Lutfi (kurang Bang Dhama)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Ya Allah, terima kasih banyak atas kesempatan yang Engkau berikan hingga saya bisa berproses bersama dan menjadi bagian dari mereka semua. Semoga mimpi kami tentang "terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat" dan menjadi "Saudara Sampai Surga" dapat terwujud, bukan hanya sekadar mimpi belaka :)</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-84989854593469030042017-04-29T10:09:00.002+07:002017-04-29T14:51:53.598+07:00Masa Maba- Masa Menderita #OspekFakultas<br />
<div style="text-align: justify;">
Weits, apaan tuh? Menderita? Yakiiin?</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalo kataku: <i>Iya banget --"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang namanya Ospek itu duluuu:</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Capek, tugas banyak, semaleman ga tidur, cari sumber tugas belibet, begitu dikumpulin dikira plagiat temen padahal garap sendiri, disuruh buat tugas rangkap tiga atau empat atau lima buat hukuman kalo plagiat ataupun ga garap tugas. Belom lagi ada tambahan-tambahan tugas dari kakak-kakak, <i>eh </i>salah, "mas-mba" angkatan atas. Capeek. Jadi waktu mikir taun ini pengen ngulang dan ganti jurusan: NGGAK bangeet ospek lagi -__-"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya gitulah, tuntutan jadi maba di fakultasku tersayang ini. Tugasnya pun beraneka ragam. kebanyakan sih disuruh buat essay. Essay tentang sejarah fakultas, tokoh-tokoh pendiri univ/fakultas, tokoh nasional yang diidolakan, dan essay-essay lain yang seabrek banget. Aku lupa sih ada berapa, seingetku lebih dari 3 per hari, lebih tepatnya 6 atau 7. Yaiyalah! --" Orang nggarapnya aja sampe ga tidur segala. Belum lagi ada berbagai atribut ospek yang bisa dibilang menambah tekanan batin sembari memikirkan tugas yang belum digarap. Tas yang unyu, buku yang tak kalah unyu, dan muka yang tak kalah unyu setelah selesai mengerjakan semuanya pagi-pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian berangkat dengan wajah unyu semalaman ga tidur. Sempet mandi? Bisa jadi sempet bisa jadi ngga. Sempet makan? Jelas ngga. Makannya kan di fakultas, bareng-bareng; tapi makanannya bawa sendiri <i>loh ya</i>. Makan dalam 5 menit? Atau 7 menit? Atau berapa menit, lupa. Yang jelas semua harus udah selesai makan dalam waktu sekian menit. Ada yang ga habis lah jadi dibantuin temen sekelompok, ada yang udah hampir muntah lah, dan berbagai keadaan mengenaskan lainnya. Yaa kalo aku mikirnya sih ga selera makan aja gara-gara semaleman ga tidur demi garap tugas. Tapi tetep dong yaa aku habis makannya, kan laper, wehehehe :3</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan acara lanjut. Senam bersama, semua harus gerak, jelas. Setelah itu ada pemberian berbagai materi mengenai kefakultasan (?), baik itu sejarah, tokoh, dan siapa pejabat-pejabatnya sekarang, serta materi mengenai organisasi dan materi-materi yang lain. Yang tentunya....bikin ngantuk.<i> La wong</i> kalo semalem tidur aja kayanya bakal ngantuk juga dengerin materi berjam-jam, apalagi kita yang ga tidur semaleman?? Waduuh, banyak yang bergelimpangan mengambil posisi tidur di kursi masing-masing. Tapiii...hati-hati yaa, ada kamera mengintai loh, kalo ketauan tidur? <i>Beuuh</i>, diungkit-ungkit nanti. Jadi ati-ati aja ya jangan sampe deh ketiduran waktu materi. Untungnya, aku termasuk yang ga ketiduran waktu materi *yeayyy! :D*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, ada juga babak evaluasi (?). Di babak ini, suasana menjadi tegang, kesalahan-kesalahan diungkit. Jadi siap-siap aja wehehe :3 Siap-siap aja yang salah kena semprot dan yang ga salah juga kena semprot (loh??). Entahlah, haha. <i>Yang tidur?? Yang tugasnya plagiat??</i> (nah ini,<i> "perlu dicatat!"</i> makanya kalo ambil sumber di internet, diubah dong kalimatnya pake kalimat sendiri, kalo nanti ada temen yang juga ambil dari sumber itu dan kalimatnya sama persis dan punyamu juga sama persis, nanti dikira plagiat temen loh walaupun kamu garap sendiri. Hukumannya sih waktu aku disuruh nulis rangkap pake warna yang beda-beda, ga boleh bolpen item/biru. Untung aku emang sengaja ubah-ubah kalimat. Fiuuh). Pokoknya siap-siap aja terima konsekuensi atas segala hal. Baik konsekuensinya berupa tugas tambahan ataupun non tugas. Siap yaa?<br />
<br />
Ya gitulah kira-kiranya jadi maba. Di tempatku loh ya, di tempat lain bisa jadi sangat berlainan. Pokoknya siapkan mental dan fisik. Jangan sakit deh pas hari H, menderitaaa....</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalo kata mas-mba angkatan atas waktu ospek sih: <i>"Semua tugas yang diberikan itu ada esensinya kok, ini bisa kalian jadikan bekal untuk kuliah. Semua bakal kalian hadapin waktu kalian kuliah nanti, bahkan lebih parah dari ini, Ospek belum seberapa!"</i> Jadii... semangat aja deh ya! :D<br />
<br />
*dan emang bener, terbukti, ospek belum ada apa-apanya wkwkwk*<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<i>Hanya mencoba publish yang ada di draft-</i> Ditulis 26 Desember 2015</div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-51756191111223060592017-04-29T10:00:00.001+07:002017-04-29T16:35:10.868+07:00SNMPTN dan FKG UGM: Sekilas Lika-liku Perjuangan Menjadi (Calon) Dokter Gigi<div style="text-align: justify;">
<i>Hai :)</i></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya ingin berbagi sedikit kisah di bulan-bulan ini, dimana anak SMA tahun akhir bingung memilih jurusan yang akan diambil di perguruan tinggi. Sebuah kisah tentang seorang yang dulunya sama sekali tidak menyukai berbaur dengan orang banyak dan selalu lebih memilih untuk bekerja di belakang layar, tersesat di program studi (prodi) yang begitu menekankan bagaimana menghadapi orang banyak dan kiranya ke depan akan bekerja di depan layar, Prodi Pendidikan Dokter Gigi, FKG UGM. </div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Perkenalkan, nama saya Kurnia Istiqomah, biasa dipanggil Isti, Kokom, Iskom, yaa <i>whatever </i>lah ya :)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang saya sedang menempuh pendidikan tahun akhir saya (<i>Aamiin</i>, semoga benar-benar tahun terakhir) di FKG UGM. Tepatnya, saya mahasiswa semester 8. Kesibukan? <i>Yaa</i>, seperti normalnya mahasiswa tingkat akhir, <i>se-krip-si-an</i> (Skripsi: (<i>n</i>) sesuatu yang menuntut kegigihan, kesabaran, dan ketekunan demi tercapainya gelar sarjana yang diimpikan setelah nyaris empat tahun berjuang).</div>
</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Jadiii, mari kita <i>rewind</i>, kenapa saya bisa 'tersesat' di prodi ini.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Tentunya semua berasal dari seleksi masuk perguruan tinggi.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 2013, saya mendaftar perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN. Ini adalah jalur masuk perguruan tinggi dengan seleksi nilai raport dan prestasi selama bersekolah di jenjang SMA/sederajat.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan SMA saya adalah salah satu SMA yang cukup favorit di daerah saya, SMA N 1 Kebumen. Lulusannya pun banyak yang lolos perguruan tinggi negeri lewat jalur undangan di tahun sebelumnya. Jadi kami sang adik kelas sangat berterima kasih atas <i>track record</i> kakak-kakak kami yang begitu baik sehingga 'hoki' nya keterima di PTN kemungkinan akan menurun pada kami.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Saya kira SNMPTN ya sudah kan, tinggal pilih jurusan, <i>input </i>nilai, dan ya sudah, tunggu pengumuman. Sesederhana itu.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi ternyata, 'tinggal pilih jurusan' yang saya bilang tadi adalah sesuatu yang tidak mudah. Bagi yang pernah dan sedang mengalami, pasti merasakannya juga.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi saya yang tidak memiliki bidang penguasaan yang spesifik terhadap mata pelajaran tertentu, tentu hal ini menjadi membingungkan. Begitu banyak jurusan, dan terlalu dangkal pemahaman saya tentang apa yang nantinya dipelajari dalam jurusan tersebut. Pun ditambah dengan saya yang tidak terlalu menyukai hitungan murni (matematika) ataupun hafalan murni (biologi). Mau ke teknik malas bertemu hitung-hitungan. Mau ke kedokteran malas menghafal. Yaa begitulah. Mata pelajaran favorit saya saat SMA adalah Kimia, Fisika, dan Bahasa Inggris. Yang paling tidak saya sukai adalah Matematika.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Saya akhirnya menimbang-nimbang, jurusan apa yang ingin saya ambil. Sejujurnya,<i> list </i>jurusan yang ingin saya ambil begitu <i>absurd</i>, yang ada di pikiran saya adalah jurusan yang kiranya saat bekerja nanti tidak banyak berhubungan dengan orang seperti kedokteran dsb dan lebih banyak bertemu dengan hewan, tumbuhan, atau alam. Pokoknya entah kenapa saya malas bila yang berhubungan dengan orang banyak. Kalau bisa sekalian jadi peneliti di belakang layar atau diterjunkan di hutan belantara wkwk.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah list jurusan yang pernah masuk dalam pertimbangan saya:</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- Astronomi ITB (Alasan: di SMA ikut <i>Science club</i> astronomi walaupun jadi anak biasa-biasa saja, tapi beneran dah, astronomi menarik dan asik. Walaupun itungan dan rumusnya njelimet minta ampun sih. Katanya kakak angkatan saat itu, di Singapura sedang akan membuka jurusan astronomi dan akan mengambil dosen dari Indonesia, jadi kalo bisa <i>fastrack</i>, kemungkinan bisa jadi dosen di Singapura) </div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- SF ITB(Alasan: sepertinya akan banyak materi Kimia yang menyenangkan)</div>
<div style="text-align: justify;">
- FSRD ITB (Alasan: sangat suka seni rupa dan gambar sejak kecil)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Kimia ITS (Alasan: suka kimia, banget! Mapel yang selalu senang saya pelajari walapun besoknya tidak ada ulangan. Apalagi kata kakak angkatan, program <i>fastrack </i>(S1 langsung S2 dalam 5 tahun) sedang sangat didukung di ITS. Lulusannya akan dijadikan dosen di Institut Teknologi yang baru akan dibangun di Kalimantan, alias ITK sekarang. Kurang apa coba. Kuliah<i> double degree</i>, lulus jadi dosen)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- Teknik Kimia ITS (Alasan: suka banget kimia, dan penasaran sama fisika walaupun susah. Sayangnya matematika jongkok wkwk, jadi menimbang ulang)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Kedokteran Hewan IPB (Alasan: suka hewan, lucuu)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- Kedokteran Hewan UGM (Alasan: idem atas)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- Agroteknologi UNS (Alasan: berharap kerja <i>outdoor</i>, kebayangnya <i>sih </i>kerja di sawah/lapangan. Kayanya asik)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- Desain Interior UNS (Alasan: suka seni, suka gambar, dan kayanya seru <i>deh </i>nata-nata ruang gitu)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
- Farmasi Bahan Alam UGM (Alasan: suka tumbuhan, yaa kali aja seru gitu besok neliti tanaman-tanaman obat di hutan-hutan Indonesia, hidup di hutan bareng hewan-hewan juga)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah. Kemudian karena yang akan membiayai kuliah adalah Bapak dan Ummi (maap ya emang rada gimanaa gitu, tapi sekali-kali lah ya, Bapak ngga sama Ibu tapi sama Ummi wkwk), maka saya mengonsultasikan kebolehan untuk mengambil jurusan-jurusan tersebut dan meminta pertimbangan jurusan mana yang lebih baik diambil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak banyak saran dari Bapak. Bapak lebih menyarankan untuk mengambil jurusan yang saya minati saja karena Bapak merasakan sulitnya berjuang di jurusan yang tidak sesuai minat dan kemampuan. Saat itu Bapak menyarankan untuk mengambil Teknik Arsitektur, tapi hanya sebatas saran.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Ummi begitu banyak memberi pertimbangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin dek mau ambil astronomi? Di Indonesia kayanya ngga terlalu dibutuhkan <i>deh</i>, <i>dek</i>. Nanti kamu malah bingung mau kerja dimana." Lalu aku membantah dengan <i>fastrack </i>dan dosen Singapura. Tapi sepertinya alasan tidak diterima. Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin mau ambil kimia? Itu ilmu murni <i>loh dek</i>, nanti kerjanya susah, kamu mau jadi dosen atau peneliti <i>po</i>?" Baiklah. Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin mau ambil farmasi? Farmasis di Indonesia itu belum terlalu dihargai <i>dek</i>, capek banget juga kerjanya. Kalau mau buka apotek sendiri juga mahal modalnya." Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin mau ambil kedokteran hewan? Kebanyakan temen Ummi yang di kedokteran hewan ngga ada yang jadi dokter hewan. Malah jadi penjual makanan ternak." Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin mau ambil seni atau desain interior? Seni itu <i>ngga </i>menjanjikan dek. Dijadiin hobi saja jangan pekerjaan." Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin mau ambil teknik kimia? Kalo teknik kimia nanti kerjanya di pabrik <i>loh </i>dek. Padahal perempuan <i>kan </i>nanti ngurusin rumah dan keluarga juga. Coba cari yang lebih pas buat perempuan." Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yakin mau ambil agroteknologi? Nanti jangan-jangan ujung-ujungnya jadi petani?" Coret.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>*nb: tolong segala pertimbangan di atas jangan dicontoh sebagai pertimbangan teman-teman sekalian dalam menentukan jurusan. Insya Allah setiap jurusan itu baik lagi dibutuhkan. Ini hanya perspektif keluarga saya belaka.</i></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, habis sudah pilihan jurusan yang saya ajukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi gimana mi, aku harus ambil jurusan apa? Aku dah ngajuin semua yang aku pengen tapi <i>ngga </i>ada yang dibolehin."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bukan gitu, itu tadi kan cuma pertimbangan Ummi sebagai yang sudah menjalani, pilihannya <i>sih </i>tetep di kamu. Kalo Ummi menyarankan <i>sih </i>jadi dokter gigi aja. Ummi udah menjalani dan ya jadi dokter gigi dan ibu itu enak. <i>Ngga </i>kaya dokter yang ada shift malem. Bisa ngurusin keluarga juga."<br />
<br />
Saya cuma bisa terdiam. Saya masih terbayang Farmasi Bahan Alam UGM. Yakin kah mau ambil FKG padahal saya ketemu orang aja males?<br />
<br />
Akhirnya saya memutuskan untuk menyerahkan semuanya kepada Allah. <i>Istikhoroh</i>. Pasrah mana yang kiranya terbaik untuk saya. Keputusan yang akan saya ambil nanti tidak hanya mempengaruhi pilihan saya saja, tapi juga pilihan teman-teman saya. Di sekolah, guru kami selalu menekankan agar setiap anak mengambil jurusan yang berbeda di univ yang berbeda agar kemungkinan diterimanya besar. Yang nilainya lebih rendah bergeser ke univ yang lain dengan jurusan yang sama. Saat itu, saya dijadikan patokan oleh beberapa teman saya. Kalau saya ambil FKG UGM di pilihan pertama, teman saya mengambil Farmasi UGM di pilihan pertamanya, yang lainnya bergeser ke Farmasi UI. Bila saya mengambil Farmasi UGM, maka sebaliknya. Dan itu merembet ke teman-teman lainnya juga. Maka saya harus segera memutuskan.<br />
<br />
Setelah beberapa lama, saya akhirnya merasa mantap untuk mengambil FKG UGM sebagai pilihan pertama saya. SNMPTN saat itu membolehkan kita mengambil 4 jurusan di 2 univ yang berbeda, dengan salah satu univ berada di provinsi asal.<br />
<i>FKG UGM, Farmasi UGM, FKG Unsoed, Farmasi Unsoed. </i><br />
<i>Bismillah</i>, akhirnya saya memilih dengan urutan seperti di atas.<br />
Setelah saya menentukan pilihan, teman-teman saya pun menentukan pilihan mereka.<br />
<br />
Saat itu, saya tidak terlalu berharap banyak untuk diterima lewat jalur SNMPTN. Les SBMPTN masih saya jalani. Pun dengan tes-tes SBMPTN yang diadakan oleh kakak-kakak universitas. Saya selalu bersemangat mengikuti tes-tes tersebut. <i>Kalaupun harus SBMPTN, saya akan memilih Farmasi UGM di pilihan pertama saya</i>, begitu tekad saya saat itu.<br />
<br />
Tapi ternyata, takdir berkata lain.<br />
Sore itu, pengumuman SNMPTN. Saya bersama 2 teman seperjuangan saya di SMA, Bintang dan Arum, memutuskan untuk melihat hasilnya bersama di rumah saya. Entah kenapa yang saya harap saat itu, saya tidak diterima di pilihan pertama saya, tapi diterima di pilihan kedua saya.<br />
Kami membuka satu persatu pengumuman SNMPTN tersebut.<br />
<i>Alhamdulillah</i>, Arum diterima di Farmasi UI. Bintang diterima di Teknik Lingkungan ITS. Kami bersorak dan menangis bahagia.<br />
Kini giliran saya membuka pengumuman. Saya berdoa semoga diberikan yang terbaik. Bila memang harus SBMPTN pun saya siap.<br />
<i><br /></i>
<i>Saya diterima di FKG UGM.</i><br />
<br />
<i>Jujur, saat itu saya ingin menangis</i>. <i>Bukan menangis bahagia. Tapi menangis sedih.</i><br />
Saya sadar, saya memasukkan FKG UGM sebagai pilihan pertama saya. Tapi saya masih belum siap untuk benar-benar menempuh jalan di FKG. Saya merasa dokter gigi bukan impian saya. Ini impian Ummi. Saya masih ingin memperjuangkan keinginan saya untuk masuk di Farmasi Bahan Alam UGM atau Kedokteran Hewan UGM. Saya sudah siap untuk SBMPTN atau UM. Saya hanya bisa menangis saat Bintang, Arum, dan orang tua saya memberi selamat.<br />
<br />
Kalau kata orang, <i>bersyukur loh kamu, diterima FKG UGM. Lewat jalur SNMPTN lagi</i>.<br />
Iya, saya paham, saya beruntung. Diterima di jurusan favorit tanpa harus menjalani tes tulis. Tapi di sisi lain, saya merasa ini bukan jalan saya. Saya punya mimpi yang masih ingin saya perjuangkan. Tapi apalah yang bisa saya lakukan. Sebelum pengumuman ini, saya sudah diumumkan diterima di AKA (Akademi Kimia Analisis) Bogor. Tetapi akhirnya saya melepas AKA karena ada isu bila kakak angkatan diterima lewat jalur SNMPTN tetapi tidak diambil, nanti adik angkatan yang ingin ke jurusan tersebut akan susah masuknya; dengan kata lain sekolah tersebut di <i>blacklist</i>.<br />
<br />
Saya yang sejujurnya ingin mundur dan masih ingin berjuang lewat tes tulis berpikir kembali berkali-kali. Terlalu banyak sisi negatif yang didapatkan bila saya mundur. Teman-teman saya yang ingin ke FKG UGM tetapi nilainya di bawah saya sudah merelakan untuk tidak mengambil jurusan tersebut dan mengambil jurusan lainnya. Teman yang nilainya sepantaran sudah lebih memilih Farmasi UGM dan UI. Ummi sangat berharap saya bisa melanjutkannya menjadi dokter gigi. Dan adik kelas yang ingin ke FKG UGM mungkin akan lebih sulit untuk masuk bila saya mengundurkan diri.<br />
<br />
Maka saya mengembalikan semuanya lagi kepada-Nya. Istikhoroh kembali.<br />
Dan akhirnya saya memutuskan untuk menjalaninya. Di FKG UGM. Saya merasa saya tidak boleh egois. Ada banyak orang yang ingin masuk FKG tapi bisa jadi kursinya sudah terambil oleh saya. Ada harapan Ummi. Ada adik-adik yang mungkin sudah merencanakan untuk mengambil FKG di tahun berikutnya. Sekali lagi, saya berbicara pada diri saya bahwa saya tidak boleh egois.<br />
<br />
Maka,<br />
<i>Bismillah</i>,<br />
Allah lebih tahu jalan mana yang terbaik untuk hamba-Nya :)<br />
Saya menetapkan hati untuk menjalaninya.<br />
<br />
Semester demi semester telah saya lalui. Menumbuhkan cinta pada sesuatu yang sama sekali tidak kamu cintai meman sulit. Semester 1 dan 2, saya masih bisa me-<i>manage</i> perasaan saya terhadap jurusan ini. Masih ada mata kuliah-mata kuliah yang saya sukai. Masih ada kimia dan fisika yang menjadi obat bagi saya untuk berpikir di luar menghafal. IP saya masih bisa dibilang baik untuk ukuran 'terpaksa' menjalani.<br />
<br />
Semester 3, mulai memasuki materi kedokteran dan kedokteran gigi. Saya mulai kesulitan untuk menghafal dan memahami. Pun dengan semester 4. Rasanya sulit untuk menyamakan diri dengan teman-teman di sekitar saya. Saya bukan orang yang mudah menghafal. Untuk bisa menghafal, saya butuh untuk lebih dahulu memahami. Dan pemahaman pun hanya bisa saya dapat ketika saya sudah membacanya berkali-kali dan mendengarkan dosen di kelas. Sedangkan saya merasa teman-teman saya begitu cepat untuk menghafal dan memahami. IP saya turun drastis di semester-semester tersebut.<br />
<br />
Pada pergantian semester 4 ke semester 5, saya merasa tidak kuat lagi menjalani dan ingin pindah saja. Saya utarakan hal tersebut ke orang tua. Orang tua pun memahami, saya tidak menyukai kuliah saya. Mereka tahu saya berat menjalani. Semua itu terlihat dari saya yang jarang terlihat ceria saat pulang. Akhirnya mereka menyetujui. Saya ingin pindah ke jurusan Arsitektur Lansekap saja, kata saya. Mengingat bila saya berpindah ke Farmasi atau Kedokteran Hewan sama saja akan hafalan, maka saya memilih jurusan itu. Saya jadi teringat Bapak yang sejak awal sudah menyarankan saya untuk masuk ke Teknik Arsitektur. Saya pun mencari info. Ternyata pendaftaran universitas sudah banyak yang tutup. Hanya tinggal beberapa universitas saja yang masih buka. Saat itu, saya berpikir ulang. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak jadi berpindah dan ingin mencoba menyukai FKG saja, setidaknya menyukai salah satu cabang ilmunya. Ada beberapa alasan kenapa saya tidak jadi berpindah. Yang pertama, saya sudah tua wkwk. Yang kedua, ini mimpi Ummi saya dan saya tidak ingin Ummi kecewa. Yang ketiga, saat itu saya merupakan penerima beasiswa asrama dan pembinaan PPSDMS (atau yang sekarang dikenal dengan beasiswa Rumah Kepemimpinan), dan saya sangat menyayangi keluarga saya di asrama tersebut. Saya tidak ingin berpisah dari mereka secepat itu sedangkan pembinaan yang harus kami jalani masih ada satu tahun lagi. Entah mengapa alasan ketiga inilah yang paling membuat saya mengurungkan niat saya untuk berpindah.<br />
<br />
Semester 5, semester 6, saya jalani. Ternyata, tidak semudah itu untuk menjalani. IP saya masih seperti semester sebelumnya. Saat di asrama, IP menjadi salah satu hal yang dievaluasi. Dan catatan evaluasi bagi saya selalu tentang IP. Saya berusaha memperbaiki, saya berusaha belajar, tetapi hasilnya selalu saja dibawah target. Di akhir semester 6 menjelang semester 7, saya menjalani KKN. Di situlah titik balik dimana saya mengubah ketidaksukaan saya terhadap jurusan ini menjadi ke-suka-an. Ditempatkan di Pulau Sebatik, perbatasan Indonesia-Malaysia, dengan hanya 5 dokter gigi di satu pulau membuat saya tersadar, bahwa profesi ini masih dibutuhkan. Memang jumlah dokter gigi di Indonesia saat ini sudah banyak. Akan tetapi, jumlah tersebut terkonsentrasi di Jawa-Bali saja. Sedangkan di luar itu, apalagi di daerah 3T, masih banyak yang belum memiliki dokter gigi. Maka sejak saat itu, saya mencoba menyukai bidang yang saya geluti ini. Saya ingin menjadi satu dari sekian dokter gigi yang mau ditempatkan didaerah 3T. Tetapi saya pun sadar, untuk bisa menjadi dokter gigi di daerah yang penuh keterbatasan, saya harus menjadi dokter gigi serbabisa, baik untuk berpraktik maupun memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi. Karena bisa jadi di sana saya akan ditempatkan sendiri di daerah dengan segala keterbatasan tenaga kesehatan dan alat-alat kesehatannya.<br />
<br />
Maka sepulang KKN, di semester 7 dan semester 8, saya menyimak baik-baik apa yang saya dengar di kelas, saya membaca lebih banyak buku-buku kedokteran gigi, dan saya memutuskan untuk memilih salah satu konsentrasi yang paling saya minati di kedokteran gigi untuk tetap menjaga semangat saya. Terlambat? Bagi saya tidak ada kata terlambat untuk berubah. Bagi saya tidak ada kata terlambat untuk mulai belajar.<br />
<br />
Saya memilih untuk menekuni lebih dalam bidang Ilmu Kedokteran Gigi Preventif dan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. Saya yang tidak terlalu tertarik di bidang klinis memilih untuk menekuni bidang sosial. Skripsi saya pun saya ambil di bagian ini. Harapannya, ini adalah salah satu langkah nyata untuk saya mempersiapkan diri menjadi dokter gigi yang bisa lebih memasyarakat, memahami sistem kesehatan di Indonesia, dan bisa menjadi salah satu jalan bagi saya untuk membangun jaringan dan melakukan penelitian tentang IKGP-IKGM bersama dosen-dosen di bagian ini. Mimpi itu membuat saya bangkit dan bergerak kembali :)<br />
<br />
<br />
Itu sedikit cerita tentang perjalanan hidup saya. Sedikit tentang mimpi saya. Bagi saya, perjalanan tersebut tidak mudah. Ada banyak hal yang saya alami dalam perjalanannya. Kadang tawa, kadang duka, kadang biasa saja. Ada banyak pelajaran yang kemudian saya ambil untuk menjadi lebih baik ke depannya.<br />
Jangan melulu menyesali yang telah lalu. Cobalah untuk melihat ke masa yang akan datang. Karena kita tidak hidup di masa lalu. Kita hidup di masa kini untuk menyongsong masa depan :)</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
"Setiap orang punya jalan ceritanya masing-masing. Adapun akhir ceritanya, Allah sudah menentukan. Ia sudah menuliskan.<br />
Akan tetapi, seperti apa jalan ceritanya, akankah dilalui dengan bahagia, akankah dilalui dengan sedih, akankah berjuang dengan senyuman, akankah berjuang dengan muka yang masam, kamu sendiri yang menentukan."</blockquote>
</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: right;">
Diselesaikan di Kebumen, 28 April 2017</div>
</div>
</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-82090610397224946192017-01-12T23:46:00.002+07:002017-04-29T14:53:12.903+07:00Secuil Kehidupan Mahasiswa (Akhir)<div style="text-align: justify;">
Ini cuma opini saya sebagai mahasiswa biasa yang mungkin hanya tau secuil demi secuil dunia perpolitikan kampus dan pemerintahan. Mahasiswa tingkat akhir yang sebenarnya sedang mengerjakan <i>se-krip-si</i> tapi tangannya sudah kepalang gatal ingin menulis. Ini murni opini, jadi kalau ditanya data, ini murni data dari pikiran saya sendiri. Hanya sekadar ingin menuliskan apa yang menjadi keresahan diri melihat dinamika politik kampus akhir-akhir ini. Apalagi menilik opini-opini yang berhamburan di timeline social media membahas aksi 121 ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Di satu sisi..</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ini gimana sih, BEM universitas A, B kok malah menyatakan ngga turun aksi? Katanya mahasiswa, penyambung lidah rakyat. Mana geraknya? Mana sikap kritis ke pemerintahnya?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain..</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Halah, sok-sokan aksi, udah dikaji bener-bener kah butuh aksi? Yakin ini aksi bela rakyat? Udah ngadain belum tuh diskusi sama rakyat kampusnya? Yakin yang diperjuangin rakyat? Rakyat mana yang diperjuangkan? Aksinya ditunggangi kepentingan, nih.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai pandangan bermunculan di timeline <i>social media,</i> mempertanyakan tentang aksi hari ini. <i>BEM univ aksi ada yang menyalahkan, ngga aksi pun disalahkan.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mana yang salah? Bagi saya sendiri, ngga ada <i>tuh </i>yang salah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya yakin semua punya dasar pemikiran untuk ikut atau tidak mengikuti aksi. Yang salah adalah ketika mahasiswa benar-benar apatis dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Sadar ataupun tidak, ada uang rakyat yang terselip di antara uang-uang pendidikan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menilik dari BEM-BEM yang tidak ikut aksi, memang mereka menyatakan tidak mengikuti aksi, tapi apa itu berarti mereka tidak peduli? Tidak juga. Apa buktinya? Kalau mereka tidak peduli, tidak akan ada yang membuat kajian, <i>release</i>, ataupun pernyataan sikap untuk aksi hari ini. Tapi nyatanya? Mereka berpusing-pusing ria mengumpulkan data dan mengkaji apa yang bisa mereka usulkan untuk menyelesaikan masalah ini sekaligus menjadi penyambung lidah rakyat. Nyatanya kita bisa dengan mudah mengakses release-release dari BEM yang ada. Tinggal pilih. Masing-masing memiliki ke khas-an dalam membahas isu yang tengah beredar. Ini adalah bukti bahwa mereka masih peduli dengan segala permasalahan yang terjadi saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika menilik ada yang memutuskan untuk ikut aksi maupun tidak secara 'kelembagaan BEM', saya menilai itu sudah menjadi keputusan yang pasti telah dibahas di internal universitas masing-masing. Pasti ada pertimbangan-pertimbangan tertentu kenapa Presbem selaku pimpinan tertinggi BEM mengambil keputusan untuk ikut atau tidak mengikuti aksi tersebut. Yaa kita orang luar <i>mana tau </i>keadaan 'dapur' masing-masing lembaga. Sebagai representasi suatu univ di kancah nasional pastilah beliau-beliau ini akan memperhitungkan postif negatifnya. Yakin lah saya, <i>insya Allah</i> pucuk pemerintahan bukan orang sembarangan. Bahkan ketika kita melihat beberapa kasus yang ada, ada orang-orang yang mungkin karena atas nama kelembagaan mereka tidak bisa turun, maka mereka atas nama nurani mereka tetap turun untuk aksi dan menyampaikan aspirasi tanpa embel-embel statusnya di kelembagaan. Mereka yang tetap ingin berjuang walau mungkin berbeda sarana. Ya walaupun tentu saja tidak semua orang bisa melihat kesungguhan mereka untuk memperjuangkan aspirasi yang telah dikaji. Karena tidak semua orang mau berpikiran terbuka. Padahal sih, <i>pikiran itu seperti parasut, yang hanya akan berfungsi dengan baik saat kita terbuka.</i> Katanya <i>sih gitu</i>. Tapi <i>kok ya</i> saya cenderung melihat fenomena sekarang ini orang terlalu sering menyalah-nyalahkan tanpa terlebih dahulu berpikiran terbuka? Entahlah. PR kita bersama mungkin. Untuk berpikiran lebih terbuka dan tidak saling menyalahkan tapi saling menasihati, agar tercipta sinergisitas antar kalangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Sisi lain lagi..</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ngapain sih aksi? Buat apa coba? Langsung turun saja ke masyarakat lah, selesaikan langsung permasalahan dengan intelektualitas sebagai mahasiswa yang 'konon' banyak ilmunya. Aksi tu ngefek apa? Dapet apa kamu dari aksi itu? Peduli apa pemerintah dengan mahasiswa yang aksi? Iya kah aspirasinya akan ditindaklanjuti? Lebih baik langsung terapkan teknologi atau solusi tertentu yang bisa langsung diterapkan rakyat</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika mendengar pertanyaan seperti itu rasanya kok yo <i>mak nyess. </i>Saya mahasiswa juga soalnya <i>hehe</i>. Pernah<i> lah ya </i>aksi satu dua kali walaupun <i>ngga </i>seberapa kalau dibandingkan teman-teman lain yang sampai almamaternya berganti warna <i>saking </i>almamaternya seringkali terpanggang matahari dan bolak balik dicuci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan dan pernyataan tadi gimana? Setuju. Bener <i>banget</i>, kita sangat sangat butuh orang yang menyelesaikan masalah dengan intelektualitasnya. Seseorang yang menerapkan apa yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan langsung di lapangan. Seseorang yang kerja keras dan kerja tuntas dengan kerja-kerja sosialnya. Orang-orang <i>kaya gini nih </i>yang <i>bakal </i>membawa kemajuan dan menyelesaikan masalah se-nyata-nyatanya di tingkat masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi saya merasa ada yang <i>miss</i> untuk diperhatikan ketika melihat pertanyaan yang terlontar tersebut, <b>pembagian peran.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Yup, pembagian peran. Mengurusi masalah seperti ini (dari pandangan saya) tidak akan bisa terselesaikan tanpa adanya pembagian peran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Buat apa sih mahasiswa aksi? Apa dampak nyatanya coba?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau bagi saya yang mahasiswa biasa-biasa saja yang siang malam di depan laptop mengerjakan bab demi bab skripsi yang tak kunjung kelar ini, justru adanya koar-koar akan ada aksi ini memancing keingintahuan saya. Saya yang tadinya tidak mengetahui apa-apa justru merasa sangat berterima kasih pada rekan-rekan yang mem<i>booming</i> akan adanya aksi. Mau tidak mau saya 'kepo' dengan apa sih yang terjadi sampai-sampai rekan-rekan mahasiswa ini mencanangkan aksi. Baca <i>release </i>sana sini, mencoba berdiskusi dan turut memikirkan sejenak, apa sih yang sedang dihadapi bangsa ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Nah </i>bisa jadi, ada mahasiswa-mahasiswa yang bernasib sama dengan saya juga. Yang kalau saja tidak ada koar-koar nih, tidak akan sadar bahwa kita sedang ada 'masalah'. Kenapa saya beri kutip? Karena belum tentu semua orang menganggap apa yang terjadi saat ini masalah. Saya sungguh berterima kasih pada BEM-SI yang mencanangkan agenda aksi ini. Wawasan saya jadi terupgrade dan keingintahuan jadi muncul lah ya. Justru karena adanya koar-koar macem ini, orang-orang jadi sadar isu dan permasalahan yang terjadi. Dan bisa jadi, boomingnya isu karena adanya aksi ini memancing orang untuk melakukan hal-hal yang disebut di atas tadi: <i>Langsung turun saja ke masyarakat lah, selesaikan langsung permasalahan dengan intelektualitas sebagai mahasiswa yang 'konon' banyak ilmunya </i>dan <i>Lebih baik langsung terapkan teknologi atau solusi tertentu yang bisa langsung diterapkan rakyat.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah yang saya namakan dengan pembagian peran. Ada orang-orang yang berkontribusi dengan ikut aksi dan turut mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah dari waktu ke waktu. Yang dengan publikasi kajian-kajian dan opininya membuka mata orang lain untuk kemudian turut memikirkan dan bergerak. Ada pula orang-orang yang langsung bergerak di ranah <i>grassroot. </i>Langsung memecahkan permasalahan yang ada dengan optimalisasi sumber daya dan potensi. Mungkin ada pula yang tidak bisa melakukan keduanya, hanya saja dia pandai bermain media, maka dia memboomingkan isu tersebut lewat kata-kata, video, maupun poster-poster kreatifnya. Dan masih banyak cara-cara lain yang dilakukan tiap orang untuk bisa berkontribusi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu yang mana yang paling benar? Yaa, tidak ada. Semua benar selama tidak melanggar norma dan nilai yang berlaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap orang memiliki perannya masing-masing dan yakinlah setiap orang memiliki jalan masing-masing untuk mengaktualisasikan perannnya. Ada suatu keterkaitan antarelemen disini. Bisa jadi mahasiswa yang memilih untuk mengikuti aksi adalah mahasiswa yang memang mengabdikan dirinya untuk menjadi kelompuk yang senantiasa mengawal kebijakan pemerintah. Mereka yang berperan sebagai kelompok penekan. Disadari maupun tidak, peran sekelompok massa yang mengawal kebijakan pemerintah tentu akan berpengaruh terhadap cara pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan. Kalau saja semua adem-ayem tiap kali kebijakan diputuskan walaupun itu merugikan rakyat, bisa bisa pemerintahan akan beruabah menjadi otoriter karena tidak ada yang mengingatkan (nb: saya tidak menyatakan kebijakan sekarang merugikan, ini adalah pengandaian bila saja benar terjadi di masa yang akan datang). Dari sudut pandang saya, inilah peran mahasiswa yang berdemo di negara demokrasi ini untuk menyampaikan aspirasinya. Adanya pemboomingan isu di media-media sosial juga akan mencerdaskan orang lain mengenai permasalahan yang terjadi. Selain itu, bisa jadi isu ini menjadi hangat diperbincangkan di kalangan orang-orang yang terjun langsung ke rakyat lewat pemberdayaannya. Justru karena isu diboomingkan oleh massa aksi, mereka pun menjadi lebih tergerak untuk membangun sinergi dan menyelesaikan masalah lewat kerja-kerja sosial yang mereka lakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sederhana bukan? Pembagian peran bukan akan men-segmentasikan yang satu dan yang lain. Tapi justru akan membuka pintu-pintu dari masing-masing peran untuk saling bekerja sama dan bersinergi. Tidak ada yang lebih baik dari yang lain karena ini adalah kerja yang komplementer, saling melengkapi. Bukan suatu kerja yang akan bisa diselesaikan oleh satu dua kelompok saja. Butuh kesadaran antarelemen untuk menghasilkan kolaborasi demi terciptanya Indonesia yang lebih baik.</div>
<br />
Pesan saya:<br />
1. Berpikiran terbukalah. Karena pikiran seperti parasut, yang akan berfungsi dengan baik saat ia terbuka.<br />
2. Tiap orang istimewa. Jangan pernah menganggap yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lain. Tiap orang punya peran masing-masing dan tiap orang berhak menentukan jalan kontribusinya masing-masing.<br />
3. Yuk berkolaborasi dalam kebaikan. Bersinergi dan saling melengkapi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.<br />
<br />
<i>Yaa </i>kiranya cukup sekian <i>lah ya</i>, saya akan kembali ke rutinitas saya dengan krispi, <i>eh </i>skripsi saya. Dan Anda kembali dengan rutinitas Anda.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
Yogyakarta, 12-01-2017</div>
<br />
<br />
<br />Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-45270279468958463722016-12-24T13:30:00.001+07:002017-04-29T14:52:58.284+07:00Pulang<div dir="ltr">
Om telolet ooom!</div>
<div dir="ltr">
Mungkin itu yang dikatakan anak-anak di pinggir jalan. Berkali2 sopir bus membunyikan klakson 'telolet'nya di perjalanan.</div>
<div dir="ltr">
Perjalanan pulang kali ini ditemani dengan seorang bapak asal Yogyakarta yang hendak ke Cilacap untuk menemui keluarganya. Bapak itu bercerita banyak hal. Tentang keluarga, tentang pekerjaan, tentang rencana pembangunan bandara di Kulon Progo, dan sesekali berkonsultasi masalah giginya. Aku yang masih mahasiswa S1 ini mencoba menjawab semampuku. Apalagi dalam menjawab hal-hal yang sangat praktis. Masih sangat kurang pengalaman. Bahkan teoritis pun masih terbatas.</div>
<div dir="ltr">
Kesungguhanku dalam mempelajari bidang yang sedang aku tekuni baru dimulai beberapa waktu lalu. Belum lama. Belum banyak hal yang kupahami. Masih harus mengulang banyak materi bersemester-semester yang hanya aku lewati tanpa kucoba memahami.</div>
<div dir="ltr">
Lagu-lagu band jadul pun diputarkan dalam bus. Menemani perjalanan kami. Bapak di sebelahku mulai tertidur. Dan aku mulai mengalihkan pandangan ke jendela. Menikmati perjalanan. Seperti biasa.</div>
<div dir="ltr">
***<br />
Beberapa jam sebelum berangkat...</div>
<div dir="ltr">
Aku yang terlanjur bangun di jam yang sudah terlalu molor dari rencana perjalanan bergegas bersiap. Pulang-pagi yang kurencanakan tinggal menjadi rencana. Hmm baiklah, langsung aku bersiap dan membawa semua seperlunya.<br />
Hari ini kontrakan sepi. Hanya aku, Putri, Kak Fitri, Kak Lusi, Kak Ufai yang ada. Dan Suci yang baru pulang setelah acara keluarganya tepat sebelum aku berangkat. Bergegas aku menyelesaikan segala urusan.</div>
<div dir="ltr">
Destinasi pertama adalah membeli oleh-oleh. Jogja Scrummy. Oleh-oleh Jogja yang masih dibilang baru dengan kepemilikan outlet oleh Dude Harlino. Kuputuskan membeli dua kotak untuk pertemuan keluarga besar besok.</div>
<div dir="ltr">
Destinasi kedua adalah ke tempat bus. Siang ini jalanan cukup ramai. Mungkin orang-orang pun berpikiran sama. Pulang kampung. Maklum lah, libur panjang. Mobil dan motor berjajar memenuhi jalan. Sudah pukul 10.20. Aku hanya bisa bersabar dan mencoba menikmati perjalanan menuju agen bus di Ambarketawang.</div>
<div dir="ltr">
Entah berapa menit sudah aku melewati perjalanan. 20-30 menit mungkin. Agen bus terlihat sangat ramai. Aku hanya bergumam pada diri sendiri. <i>Apa masih ada ya tiketnya?</i> Aku hanya bisa berharap.<br />
<i>Mba ke Kebumen adanya jam berapa, Mba?</i><br />
<i>Jam setengah 2, Mba.</i><br />
Aku melihat jam. Pukul 11.00. Masih 2,5 jam lagi. Tapi ya mau bagaimana. Yasudahlah. Salahku sendiri tidak berangkat pagi sesuai rencana. Akhirnya aku mengiyakan untuk membeli tiket itu.</div>
<div dir="ltr">
Aku pun beranjak ke luar.<br />
<i>Balik kontrakan atau menunggu?</i><br />
2,5 jam tidak sebentar, tapi juga tidak lama. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu. Apalagi melihat jalanan di depan mata penuh sesak dengan kendaraan. Aku mengurungkan niatku<i> </i>untuk kembali. Takut tidak bisa tepat waktu untuk kembali kesini.</div>
<div dir="ltr">
<i>Bosan</i>. Aku membuka tasku. Mengeluarkan sebuah buku berisi 2 bulan kenangan KKN di Pulau Sebatik. Buku yang disusun oleh teman-teman. Aku yang tidak <i>pede</i> dengan tulisanku hanya bisa urun desain <i>cover</i> saja. Membaca buku ini seperti merasakan kembali kebersamaan kami kala KKN. Singkat mungkin, tapi mengajarkanku<i> </i>banyak hal. Dan menjadi salah satu <i>turning</i> <i>point </i>untukku dalam mendalami bidang kedokteran gigi (untuk pengalaman KKN akan aku ceritakan di postingan selanjutnya). </div>
<div dir="ltr">
<i>Saudari Kurnia, harap ke meja reservasi</i>.</div>
<div dir="ltr">
Aku yang sedang konsentrasi membaca mencoba mendengarkan sekali lagi.</div>
<div dir="ltr">
<i>Saudari Kurnia, harap ke meja reservasi</i>.</div>
<div dir="ltr">
<i>Aku?</i> Tanyaku dalam hati.<br />
Kututup bukuku dan beranjak ke meja reservasi.</div>
<div dir="ltr">
<i>Saya Kurnia, Mba. Ada apa ya?</i><br />
<i>Pemberangkatannya dimajukan ya Mba. Jadi pukul 13.00.</i></div>
<div dir="ltr">
<i>Wah Alhamdulillah, </i>batinku. Maju setengah jam.</div>
<div dir="ltr">
Aku pun kembali ke tempat aku menunggu. Kuputuskan untuk sholat terlebih dahulu. Karena tak berani meninggalkan barang bawaan, ransel dan oleh-oleh aku bawa ke musholla.<br />
Mengantri. Baiklah, aku menanti.</div>
<div dir="ltr">
<i>Eh, sebentar. Tiket busnya mana ya tadi?</i> Batinku.</div>
<div dir="ltr">
Ah, selalu begini. Terlalu ceroboh dan pelupa. Aku merogoh saku rokku. Tak ada. Saku jaket? Kanan, nihil. Kiri, nihil. Akubkembali ke tempat awal, nihil juga.</div>
<div dir="ltr">
<i>Hah yasudahlah.</i> Aku memutuskan ke meja reservasi untuk mengadukan kehilangan tiketku. Harapannya sih bisa dicetakkan kembali tiket baru.</div>
<div dir="ltr">
Kuceritakan yang sebenarnya terjadi. Pasrah akankan mba-mba reservasi mempercayaiku atau tidak. Kalau percaya <i>Alhamdulillah</i>, kalo ngga yasudah. Mungkin akan kubeli ulang tiket dengan jam pemberangkatan yang entah kapan melihat ramainya orang yang hendak kembali ke kampung halaman.</div>
<div dir="ltr">
Ada banyak orang di meja reservasi. Sebenarnya malu hendak berkata kalau tiket mendadak hilang tidak berbekas. Tapi yasudah tak apa. Diam tidak menyelesaikan apapun. Aku harus menyelesaikan masalah tiket ini, batinku.</div>
<div dir="ltr">
<i>Mba mau tanya, kalau tiket hilang, bisa dicetak ulang kah tiketnya? Tadi sehabis diganti jam, saya lupa menaruh tiket saya di mana. </i><br />
<i>Bisa Mba. Atas nama siapa?</i></div>
<div dir="ltr">
Aku yang sudah pasrah dengan setengah tidak percaya menyebutkan namaku. Hanya bisa bersyukur karena tiket bisa dicetak ulang. </div>
<div dir="ltr">
<i>Pemberangkatan jam 13.00 ya Mba.</i><br />
Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. <i>Alhamdulillah</i>.</div>
<div dir="ltr">
Kali ini tiketnya akan kusimpan baik-baik, batinku. Kutaruh di saku jaket agar mudah dijangkau.</div>
<div dir="ltr">
Pukul 12.20. Masih 40 menit menuju keberangkatan. Aku menitipkan motor ke bapak-bapak yang bisa mengurusinya. Sehari semalam 5000. Lumayan sebenarnya. Tapi aku lebih suka membawa motor dan menitipkannya dibanding minta diantar teman ke Ambarketawang. Terlalu jauh dan terlalu ribet saat kembali ke Jogja. Belum tentu ada yang bisa menjemput.</div>
<div dir="ltr">
Belum sampai 5 menit di aku beranjak dari reservasi, namaku kembali dipanggil.</div>
<div dir="ltr">
<i>Saudari Kurnia, harap ke meja reservasi</i>.</div>
<div dir="ltr">
Ah mungkin salah dengar. Aku tak beranjak. Atau jangan-jangan pencetakan tadi tidak boleh ya?</div>
<div dir="ltr">
<i>Saudari Kurnia, harap ke meja reservasi</i>.</div>
<div dir="ltr">
Benar namaku!<br />
<i>Oh my -__- jangan-jangan nanti orang-orang sampai hafal namaku saking seringnya dipanggil dan bolak balik. </i></div>
<div dir="ltr">
Ini keempat kalinya aku kembali ke meja itu. Pertama membeli tiket. Kedua mengganti jam keberangkatan. Ketiga melaporkan kehilangan tiket. Keempat entahlah, untuk apa kali ini.</div>
<div dir="ltr">
<i>Mba, keberangkatan dimajukan ya. Silakan naik bus itu.</i></div>
<div dir="ltr">
Weh. Aku cuma bisa mengiyakan. Mengambil barang di depan musholla dan menaiki bus.<br />
Karena setengah tidak percaya pemberangkatan dimajukan satu jam akhirnya aku berkata pada bapak penajga pintu bus.</div>
<div dir="ltr">
<i>Pak katanya saya disuruh pake bus ini.</i><br />
Sang bapak hanya berkata,<i> iya mba masuk saja.</i></div>
<div dir="ltr">
<i>Eh</i>? Aku hanya terbengong-bengong dan masuk ke dalam bus.</div>
<div dir="ltr">
Setelah duduk barulah aku tau dari baapk yang duduk di sampingku kalau ada bus tambahan. <i>Pantas saja maju satu jam</i>, batinku.</div>
<div dir="ltr">
***</div>
<div dir="ltr">
Masih dalan perjalanan.<br />
Bersama semua orang di bus yang mungkin memiliki harapan yang sama. Menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah liburan akhir pekan ini.</div>
<div dir="ltr">
Segera pulang menuju rumah :)</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-38705729583590966562016-11-29T22:16:00.002+07:002017-04-29T14:53:29.157+07:00Travel (Alone): Keraton Ngayogyakarta<div style="text-align: justify;">
Kubuka jendela kamar, melongok sejenak keadaan di luar. Cerah. Sayang bila hanya berdiam di asrama. Apalagi hari Minggu kemarin seharian kuhabiskan di asrama untuk membaca buku "30 Paspor di Kelas Sang Profesor" yang disusun J.S. Khairen, tidak ke mana-mana *buku ini menarik, <i>recommended</i> untuk dibaca :D*. Didasarkan oleh keinginan untuk keluar dan melawan rasa <i>mager </i>(males gerak), aku pun meniatkan untuk pergi. Lalu kapan pelaksanaan niatnya? Karena aku orang yang spontan dan seringkali random, tentu saja, saat itu juga. Ke mana? Hmm..masalah kemana belakangan aja deh, yang penting jalan dulu, pikirku.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5qL9YWnYr8ssjGkRSBTVliGXe2OEnlvehncmFIVOgEpdhnlgld4bYw39W7mI3hbwN_bo-l6YHICDgAfCtVdWhOrDVa44_UsTObO8nikU_4spwzbQan2qAqU2PwmveZoi4WdRNpW4mL6_y/s1600/DSCN0202.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5qL9YWnYr8ssjGkRSBTVliGXe2OEnlvehncmFIVOgEpdhnlgld4bYw39W7mI3hbwN_bo-l6YHICDgAfCtVdWhOrDVa44_UsTObO8nikU_4spwzbQan2qAqU2PwmveZoi4WdRNpW4mL6_y/s320/DSCN0202.JPG" width="320" /></a> </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya aku bersiap. Kasur sudah rapi, lemari juga sudah rapi, kamar sudah disapu, dan sudah solat dhuha. Oke, siap berangkat. Eits, pinjam kamera dulu hehe. Yup, super ga modal. Aku sudah bertekad untuk memasang muka tebal dengan tidak mengindahkan siapapun yang mungkin akan memperhatikanku karena potret sana sini, dan <i>sendirian</i> haha. Habisnya mau bagaimana lagi, untuk fakultas lain, minggu ini masih masuk minggu UAS dan aku sudah selesai dengan UAS-ku. Maka dengan modal tas selempang yang berisi buku agenda, uang seadanya *tidak sampai sejumlah uang berwarna biru*, minum, <i>hape</i>, dan kamera *pinjam*, aku mulai menyusuri jalanan Jogja dengan menggunakan motorku. Panas menyengat di sepanjang Jalan Kaliurang aku nikmati saja. Ya, aku bukan orang yang bersusah-susah untuk melindungi diri dari sengatan matahari ataupun takut bila warna kulit menjadi lebih gelap. Biasa saja, warna kulit jadi lebih gelap yasudah, tak apa. Dinikmati saja, <i>ga</i> usah ribet :)</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil jalan, aku pun berpikir, hendak ke mana. Akhirnya kuputuskan untuk mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi selama 3 tahun berada di Jogja. Tiga tahun tapi belum ke mana-mana. Kegiatan kampus menuntutku untuk menjadikan kampus-asrama menjadi rutinitas rute harianku. Benteng Vredeburg menjadi tempat yang pertama ingin aku kunjungi. Di jalan aku sempat berpikir, <i>bukannya hari Senin biasanya monumen dan benteng tutup ya?</i> Tapi akhirnya perjalanan tetap aku lanjutkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan benar saja. Sesampainya di benteng, saat aku hendak memarkir motorku,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mba, mau ke mana?" tanya seorang bapak di dekat tempat parkir benteng.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ke benteng Pak," jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Senin tutup mba."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh iya? Matur nuwun infonya Pak."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, sedikit kecewa karena destinasi utamaku tutup. <i>Jadi aku harus ke mana?</i> Aku memutar otak sambil memacu motorku ke arah utara. Aku pun masuk ke daerah Alun-alun Utara. Di sekitarnya ada dua bangunan bersejarah yang aku tahu; Keraton Ngayogyakarta dan Masjid Agung. Akhirnya kuputuskan untuk memacu motorku ke arah Keraton. Mungkin nanti aku akan ke masjid saat solat dzuhur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuparkir motorku di tempat parkir yang disediakan untuk pengunjung yang hendak ke Keraton, tepatnya di sebelah barat pintu masuk Keraton.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak parkir mendekat dan memberikan karcis.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Berapa Pak?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"3000," jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mbaknya orang mana? Magelang?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Sepertinya sang bapak melihat plat motorku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya bisa nyengir dan menjawab, " Bukan Pak, saya orang Kebumen, hehe."</div>
<div style="text-align: justify;">
Bapaknya terlihat ramah, pikirku. Maka aku yang sama sekali belum pernah ke Keraton pun memberanikan diri untuk bertanya beberapa hal.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalo tiket/karcis buat masuk Keraton belinya di mana ya Pak?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Sang bapak menunjuk ke arah timur dan menjelaskan. "Itu mba, di sana ada loket, kalau mau masuk Keraton bagian depan, beli karcisnya di situ. Kalau mau ke Keraton yang bagian belakang, mbaknya ke utara dulu ikutin jalan di barat itu, terus nanti ada loket buat masuk ke Keraton yang tempat tinggalnya Raja/Sultan. Oiya ada juga Museum Kereta di sini mba. Kalo tiket masuk Keraton yang depan 5.000, Museum Kereta 5.000, Keraton yang belakang 7.000."</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya ber <i>ooh</i> ria mendengar penjelasannya. Lalu aku pun tersenyum dan berterima kasih atas info yang sang bapak parkir berikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
Aku selalu suka berbicara dengan orang-orang seperti beliau; bapak parkir, bapak becak, dan yang lainnya. Ada keramahan tersendiri yang membuatku betah untuk berbicara dengan orang-orang seperti itu :)</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat pertama yang kuputuskan untuk kukunjungi adalah Keraton bagian depan yang langsung menghadap ke Alun-alun Utara. Dengan membayar karcis seharga 5.000 dan izin foto seharga 2.000, aku bersiap dengan kameraku dan muka tebalku haha. <i>Pokoknya ga peduli kalo diliatin, jalan mah jalan aja</i>, tekadku.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNoatzX0fMo51pKXyQiA4lHRG-DFZDoRfnVi2WwTM5wm__e_BYlzxcd6-lEcCbjvFvBXAYwZUEjqeV0n9mKjRuMyzpBE3smCWfEN_p2Y5YQDXgQTATRxnXJZaB_pvD4pBnAjKTBhknbgBI/s1600/DSCN0208.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNoatzX0fMo51pKXyQiA4lHRG-DFZDoRfnVi2WwTM5wm__e_BYlzxcd6-lEcCbjvFvBXAYwZUEjqeV0n9mKjRuMyzpBE3smCWfEN_p2Y5YQDXgQTATRxnXJZaB_pvD4pBnAjKTBhknbgBI/s320/DSCN0208.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Tepat setelah gerbang masuk</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Untuk pertama kalinya, setelah sekian tahun di Jogja, akhirnya masuk ke keraton haha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan <i>nge-bolang</i> pun dimulai *bolang=bocah petualang, bukan bocah ilang -__-*.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sampai di bangunan pertama yang terlihat dari luar. Cukup banyak pengunjung tapi tidak terlalu ramai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hmm, berada di bangunan bersejarah seperti ini yang menyimpan banyak cerita, kurang lengkap rasanya bila tidak mengetahui latar belakang dan makna di balik segala yang ada di sini. Apalagi di Jawa yang segalanya penuh dengan filosofi. Sangat sayang bila hanya melihat dan berfoto tanpa tahu artinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun <i>celingukan, </i>melihat lihat sambil beberapa kali mengambil foto. Aku melihat beberapa pengunjung ditemani seorang seperti guide (entah itu abdi dalem atau bukan). Akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya kepada seorang bapak dengan seragam batik yang sama dengan orang yang aku kira guide tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak <i>nuwun sewu</i>, mau tanya. Ini kalau misal mau minta diceritakan tentang Keraton harus pake guide atau gimana ya? Saya ingin tahu sejarahnya."</div>
<div style="text-align: justify;">
Sang bapak menoleh ke arahku, "Oh, bisa mba, bisa. Berapa orang Mba rombongannya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Setengah meringis aku menjawab, "Sendirian Pak <i>hehe</i>. Kalau pake guide gitu nambah biaya <i>ngga </i>ya Pak?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Naluri mahasiswaku yang memang bermodalkan pas-pasan muncul. Ya mana saya bisa bayar kalo mahal, <i>la wong</i> uang awal jalan aja ga sampe sejumlah uang warna biru hahaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Seikhlasnya Mba," ujar sang Bapak, "di sini ngga boleh pasang tarif Mba. Kalau dari saya ya seikhlasnya Mba saja."</div>
<div style="text-align: justify;">
Waduh berat nih, seikhlasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalo biasanya berapa Pak? Saya kan mahasiswa Pak, jadi mungkin ga bisa ngasih banyak. Nanti kalau seikhlasnya terlalu sedikit buat Bapak kan saya ngga enak juga Pak hehe," <i>lebih baik jujur di depan</i>, batinku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jawabannya benar-benar di luar dugaanku.</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>"La Mbak, namanya rezeki kan dah diatur. Kalau memang rezeki saya segitu dari nemenin Mba muter-muter Keraton ya memang rezeki saya segitu itu."</i></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i>Nyess</i>. Aku selalu kagum dengan orang-orang seperti Bapak ini. Selalu merasa cukup dan selalu bersyukur atas apa yang ia dapat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke <i>fix</i>, akhirnya aku ditemani sang Bapak untuk menyusuri keraton dan sejarahnya. Bapak tersebut bercerita banyak. Yang aku sesalkan, karena aku membawa kamera dan sering mengambil gambar, jadi aku tidak sempat mencatat detail yang Bapak itu ceritakan *<i>Maafkan aku Bapaak :') Apalagi saya bukan orang yang cepat hafal sejarah</i>* (<i>nb: setelah ini aku akan menuliskannya dengan panggilan Bapak saja agar lebih sederhana</i>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bangunan pertama yang Bapak jelaskan adalah Bangsal Pagelaran. Seingatku (<i>yaa, karena tidak dicatat jadi mengandalkan ingatan</i>), di Bangsal Pagelaran sering dijadikan tempat untuk event-event Keraton. Ada Bangsal Pengapit di kanan dan kiri Bangsal Pagelaran.Awalnya tiang-tiang di sini terbuat dari kayu dan atapnya dari anyaman bambu. Tapi setelah dilakukan pemugaran oleh Sultan Hamengkubuwono VIII, dilakukan perbaikan di sana sini. Di bangsal tersebut, terdapat tiang berjumlah penyangga berwarna hijau yang berjumlah 63. Ini menggambarkan umur Kanjeng Nabi (Rasulullah saw.) dalam hitungan tahun Masehi. Pada tiang tersebut juga terdapat bentuk bunga dan kaki gajah. Kata Bapak itu melambangkan kejawaen *<i>dst..aku lupa penjelasannya panjang hehe</i>*.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggJ1k63qTIBZKwDcUjjL2yArQdtq0tPWpirqMH1Yq3RuL1PbsfxVNqqBRxhm1esnhnKt2NWQRFee04FgPiZ9yr7FuJDBEQycT0MwwpA7G33mPSi90jM_uwE-Y2gEzmtV1XmhvORVkWelZt/s1600/DSCN0212.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggJ1k63qTIBZKwDcUjjL2yArQdtq0tPWpirqMH1Yq3RuL1PbsfxVNqqBRxhm1esnhnKt2NWQRFee04FgPiZ9yr7FuJDBEQycT0MwwpA7G33mPSi90jM_uwE-Y2gEzmtV1XmhvORVkWelZt/s320/DSCN0212.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Tiang di keraton berjumlah 63. Bunga (warna merah) dan kaki gajah (di bawah bunga) melambangkan kejawen.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Lalu Bapak beralih ke bagian depan Keraton (nb: tadi itu pintu masuk tidak lewat gerbang utama yang menghadap alun-alun, tapi lewat timur. Pintu yang menghadap alun-alun ditutup). Di bagian depan, ada ornamen-ornamen di bagian dekat atap dari keraton.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoSCpDfvkpeYf5jf7MsXi6gUCWwrpQeu3naXEtxjo6myzzgZ4ANS0UzpV_stdltmmOKXaEp-TlH7Tuss6cChNcLW7oQmo8vDNDYFWpe7l8qoUAgM70ODPDGub_qgoKd0unbX-EOdyfxt-n/s1600/DSCN0221.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoSCpDfvkpeYf5jf7MsXi6gUCWwrpQeu3naXEtxjo6myzzgZ4ANS0UzpV_stdltmmOKXaEp-TlH7Tuss6cChNcLW7oQmo8vDNDYFWpe7l8qoUAgM70ODPDGub_qgoKd0unbX-EOdyfxt-n/s320/DSCN0221.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Bagian depan Keraton yang menghadap Alun-alun Utara</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Corak lebah dan biawak/ buaya itu dinamakan kalau tidak salah Suryasengkala. Surya itu matahari dan sengkala itu waktu atau masa. Untuk penjelasannya saya lupa. Nah, hasil tani seperti padi dan sebagainya melambangkan bahwa dahulu Jogja merupakan daerah yang gemah ripah loh jinawi, yang kaya raya dan makmur.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>~Tulisan sebelum ini saya tulis pada 1 April 2016, jadi apabila ada ketidaknyambungan dengan tulisan setelah ini, harap dimaklumi karena ingatan saya akan memori beberapa bulan lalu sangat terbatas~</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Candrasengkala hmm apakah itu? Aku pun lupa apa itu wkwk. Mungkin aku perlu berkunjung kembali ke keraton untuk merefresh kembali ingatanku sekaligus mengunjungi sudut-sudut yang belum sempat aku kunjungi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di dalam keraton dipajang pula busana-busana kerajaan yang pernah digunakan oleh berbagai jabatan dalam keraton. Terlalu banyak istilah yang disebutkan oleh Bapak. Membuatku yang hanya mengandalkan ingatan keteteran untuk mengingat segala penjelasannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di bagian timur keraton, lebih barat dari pajangan busana keraton (agak ke tengah), terdapat sebuah tempat berbentuk segi empat yang kata sang Bapak merupakan tempat untuk melantik patih. Terdapat pula tempat sesajen di dekat tempat pelantikan tersebut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah mengamati bangunan kecil tempat patih dilantik, aku dan Bapak melanjutkan perjalanan kami lebih dalam ke keraton. Sebelum melanjutkan, aku sempat diberi tahu bahwa pohon yang berada di sekitar daerah kami berada melambangkan rukun iman.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Begitu masuk ke bagian yang lebih dalam, kami disambut dengan adanya tempat para algojo bersemayam di kanan dan kiri jalan. Sebuah bangunan kecil beratap di kanan dan kiri jalan cukup membuatku dapat membayangkan seperti apa para algojo itu duduk di bangunan tersebut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kami menaiki tangga untuk menelisik Keraton Yogyakarta lebih dalam lagi. Sebuah bangunan persegi tanpa tembok yang hanya terdiri dari tiang dan atap terlihat di pandanganku. Aku berdiri di bangunan tersebut. Tidak ada yang istimewa menurutku. Awalnya, itu yang aku pikirkan. Aku hanya berpikir bahwa itu adalah bangunan biasa yang diberi atap agar tidak kehujanan. Tetapi ternyata, di antara sekian banyak bagian keraton, bagian inilah yang paling membuatku tertarik.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bangunannya sederhana. Hanya sekotak tempat dengan empat tiang penyangga dan atap yang melindungi dari hujan. Bangunan ini tepat menghadap ke utara, ke arah alun-alun Yogyakarta. Kata si Bapak, tempat ini digunakan sebagai tempat untuk memberi pengumuman. Bapak itu berkata bahwa dari bangunan itu, suara bisa bergema hingga terdengar di alun-alun Yogya. Awalnya aku tidak percaya. Tapi kemudian, sang Bapak mencoba menghentakkan kakinya untuk mempraktikkan. Benar saja, hentakkan kaki sang Bapak terdengar bergema cukup keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>"Disini dulu tempat untuk ngasih pengumuman. Sama buat manggil gubernur dan patih dari daerah lain yang nunggu di luar pager keraton, Mba. Suaranya bisa kedengeran sampe ke alun-alun sana," </i>ujar sang Bapak menjelaskan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku masih terkagum-kagum dengan bangunan ini. Bangunan ini benar-benar bisa menggemakan suara. Padahal struktur bangunan ini begitu sederhana. Entah mekanisme akustika seperti apa yang bisa membuat suara dalam bangunan ini bergema hingga nun jauh di sana. Bila tamu-tamu tersebut datang, mereka akan berjalan jongkok dari alun-alun hingga melewati tangga untuk bisa <i>sungkem </i>kepada sang raja.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sambil melihat ke arah pohon beringin di tengah alun-alun, sang Bapak bercerita.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>Dulu itu pohon beringin dua sudah tua sekali. Sudah sejak zaman Kerajaan .... *entah Mataram entah Majapahit*. Tapi, beberapa tahun lalu pohonnya tersambar petir sehingga digantikan oleh pohon yang baru. Jadi yaa seperti itu, Mba. Pohon yang satu lebih besar dari pohon satunya.</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami. Di kanan dan kiri bangunan 'bergema' tersebut terdapat 2 set gamelan. Sebenarnya saking udah lamanya ini postingan sampai hampir berjamur gara-gara ga di post-post, aku lupa kapan gamelan itu dimainkan. Intinya, gamelan itu tidak boleh dimainkan sembarangan, hanya pada momen-momen tertentu saja gamelan itu boleh dimainkan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kami masuk lebih dalam pada bangunan keraton ini. Setelah melewati 'bangunan bergema', kita akan langsung dapat melihat sebuah tempat yang luas. Mungkin bisa dibilang seperti aula. Tempat tersebut merupakan tempat pelantikan raja atau sultan. Di tempat tersebut juga terdapat panggung. Bukan sebagai tempat hiburan, melainkan tempat untuk meletakkan pusaka-pusaka kerajaan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di kanan kiri bangunan luas di tengah ini, terdapat bangunan berdinding hijau. Awalnya, tempat tersebut merupakan tempat untuk menyimpan gamelan. Namun, dulu pada akhirnya digunakan oleh Universitas Gadjah Mada sebagai tempat berkuliah, jadi penyimpanan gamelan sudah tidak lagi di sana. Karena sekarang Universitas Gadjah Mada pun sudah tidak bertempat di keraton, maka tempat di kiri atau timur tempat pelantikan raja dan sultan berubah menjadi tempat untuk menonton film dokumenter mengenai keraton. Seperti obyek-obyek wisata bersejarah pada umumnya, keraton memiliki tempat khusus bagi para pengunjung untuk menonton film. Sedangkan bangunan hijau di kanan tempat pelantikan raja dan sultan menjadi tempat penyimpanan tombak. Sang Bapak mempersilakanku untuk menonton. Aku pun mengangguk dan beranjak masuk ke ruangan. Dingin. Ruangan ini ber-AC. Aku menonton bersama beberapa orang yang sudah sedari tadi berada di dalam ruangan. Beberapa orang terlihat sedang merekam film dokumenter yang diputarkan tersebut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sebentar menonton, aku jenuh. Aku adalah tipe orang yang lebih suka melakukan kegiatan outdoor, jalan-jalan dan panas-panasan daripada melakukan kegiatan duduk manis menonton film diputarkan. Aku pun beranjak ke luar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Bapak yang memang menunggu di luar terheran. Aku hanya bisa berkata, lebih suka jalan-jalan, Pak. Sang Bapak hanya mengangguk dan mengajakku melihat sisi lain bangunan hijau tersebut. Kami berjalan ke bangunan hijau di sebelah selatan yang masih menyambung dengan tempat menonton film dokumenter tadi</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>"Di sini dulu tempat kuliahnya mahasiswa UGM, Mba. Kalo sekarang yaa buat majang foto-foto macem-macem. Ada foto kereta kerajaan, ada foto gunungan juga."</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Aku melihat-lihat sekilas. Menarik. Ada berbagai macam kereta kerajaan dan gunungan yang dipajang. Oh ya, di bagian barat keraton terdapat museum kereta juga bila memang tertarik untuk melihat kereta-kereta kerajaan yang asli. Tapi pastikan membawa guide. Karena tanpa guide, kereta tersebut hanya akan menjadi seonggok benda bisu tanpa cerita. Buat apa berkunjung ke museum dan tempat bersejarah bila pulang tanpa mengetahui cerita dibaliknya? :)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selain foto kereta kerajaan dan gunungan, terdapat pula foto-foto sultan. Aku lupa apakah masih berada dalam satu bangunan atau tidak. Tapi dalam bayanganku, ini masih dalam bangunan hijau itu, hanya saja ruangannya bersebelahan. Foto-foto sultan menghiasi dinding bangunan ini. Sultan Hamengkubuwono I sampai III tidak memiliki foto yang berhasil diabadikan. Sultan Hamengkubuwono IV terlihat gagah berani dalam fotonya yang sedang menunggang kuda. Sultan Hamengkubuwono VII adalah satu-satunya sultan yang digantikan bukan karena beliau wafat, tetapi karena beliau sudah tidak kuat memegang pemerintahan. Beliau memiliki 21 istri dan 78 orang anak. Luar biasa sekali bukan? :)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Biasanya, seorang sultan digantikan ke sultan selanjutnya karena sultan sebelumnya wafat. Adapun pemilihan putra mahkota dilakukan melalui musyawarah kerajaan. Setahun setelah wafat, barulah sultan yang baru diangkat dan menggantikan sultan yang lama. Satu tahun kekosongan sebelum sultan yang baru diangkat adalah masa uji coba bagi calon sultan, apakah orang tersebut pantas menjadi sultan atau tidak. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah puas melihat dan menelaah sejarah para sultan, kami beranjak keluar dari bangunan hijau tersebut. di sebelah paling selatan dari keraton, terlihat anak tangga menurun. Kata Sang Bapak, itu adalah tangga menuju tempat tinggal sultan. Akan tetapi, gerbang tersebut ditutup. Jadi, pintu masuk ke keraton kalau tidak salah ada 2. Satu ke keraton yang saat ini sedang saya jelajahi dan pintu lainnya adalah pintu masuk ke keraton tempat tinggal sultan. Kata Bapaknya sih tempatnya jauh lebih luas. Aku yang belum pernah kesana hanya bisa ber-ooh ria dan beranjak menengok turun. Sang Bapak menunggu di atas. Sudah tua katanya, malas untuk naik turun tangga.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Benar saja, hanya ada sebuah gerbang besar yang tertutup di depanku. Mau tidak mau, aku naik lagi ke tempat sang Bapak menanti.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah puas berputar-putar sendirian di keraton bersama sang Bapak, aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada sang Bapak. Apalagi aku adalah orang yang memang banyak bertanya bila memang penasaran dengan suatu hal. Dan aku datang kesini benar-benar karena rasa penasaran. Jadi yaa, hitung-hitung minta maaf ke Bapak tersebut karena terlalu banyak bertanya dan hanya bisa membayar seadanya sebagai mahasiswa :')</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di parkiran, Bapak Parkir sudah menunggu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah, Mba, keliling-keliling keratonnya?" Tanyanya sambil tersenyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah, Pak," kataku sambil tersenyum sedikit nyengir khasku saat bertegur sapa dengan orang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagus <i>lah</i>, Mba. Mahasiswa mainnya ke tempat-tempat bersejarah kaya gini. Tugas kuliah <i>kah </i>Mba?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hehe, ngga kok, Pak. <i>Pengen </i>ke Keraton aja. Masak kuliah sama tinggal di Yogya <i>ngga </i>pernah ke tempat bersejarahnya. Sekalian lagi <i>pengen </i>main, Pak."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oo tumben Mba, biasanya pada kesini buat tugas kuliah."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku hanya bisa nyengir dan berkata dalam hati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<i>Kayanya ga mungkin tugas kuliah anak FKG mempelajari sejarah keraton Yogyakarta wkwk</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku pun beranjak pulang dan menyudahi perjalanan sendirian ini :)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perjalanan baru selalu membawakanku cerita dan pelajaran hidup yang baru.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bertemu orang yang begitu <i>nerimo</i>, belajar banyak tentang nilai-nilai di Yogyakarta, dan banyak pelajaran hidup lainnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Senang rasanya bisa berkunjung ke Keraton Yogyakarta dan mendengarkan secuil sejarahnya sebelum akhirnya harus meninggalkan kota ini setelah masa studi berakhir nanti.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Benteng Vredeburg menjadi destinasiku selanjutnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Entah kapan. Tapi yang pasti, aku akan mencoba menjelajah dan mengenali kota ini, sebelum akhirnya harus pergi :)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
*foto-foto masih dalam tahap pencarian ada di mana karena tertumpuk dengan seabrek foto-foto lain saking udah lawasnya -__-</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-58777511630326782842016-11-29T20:21:00.000+07:002017-04-29T17:43:29.141+07:00Little Journey: Venetie van Java #2<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>Karena terkadang pelajaran terbaik datang dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka</i></div>
</blockquote>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Warna jingga di langit mulai menghilang, pertanda waktu maghrib akan segera berakhir. Aku menengok keluar jendela. Berusaha mencari plang-plang di pinggir jalan untuk mengetahui di mana bis ini berada sekarang. Satu demi satu kuamati, tapi belum ada satu pun yang menerangkan di mana bis ini berada sekarang. Usahaku tak berujung sia-sia. Semarang. Begitu yang tertulis di salah satu papan di antara sekian papan yang ada di pinggiran jalan yang sedang kulewati.</div>
<br />
<i>For the first time in forever</i>~<br />
<i>Welcome to Semarang</i>, <i>guys</i>! :D<br />
<i><br /></i>
<i>"Banyumanik persiapan turun, Banyumanik!"</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aku yang diceritakan untuk turun di stasiun Banyumanik langsung beranjak dari dudukku. Menanyakan ke temanku, apakah di sini kami harus turun. Ternyata dia sedang membuka <i>Google Map</i>. Dan di situ digambarkan bahwa terminal yang kami tuju bukan terminal ini, tetapi terminal setelah ini: Terminal Sukun. Aku hanya bisa ber-<i>ooh </i>ria dan kembali duduk di tempat dudukku.</div>
<br />
Selang beberapa menit kemudian, Barulah kami sampai di terminal tujuan, Terminal Sukun.<br />
<div style="text-align: justify;">
Aku yang tidak biasa bepergian bersama orang lain hanya bisa menatap bingung apa yang temanku lakukan. Bila bepergian sendiri, aku akan langsung bertanya pada orang di sekitar bagaimana cara sampai di tempat yang kutuju. Tapi kali ini lain, aku bersama temanku. Aku hanya bisa mengamatinya. Ia menengok dan berjalan kesana kemari tanpa mengomunikasikan apa yang sedang ia lakukan. Aku menengok jam tanganku. Sudah menjelang isya. Kemungkinan sholat maghrib dan isya-ku akan ku jamak ta'khir mengingat kondisi kami yang masih dalam perjalanan. Akhirnya aku bertanya pada temanku, akan mencari tempat sholat dulu atau melanjutkan perjalanan dulu baru sholat di tempat tujuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa banyak bicara temanku segera menghampiri angkot yang berhenti beberapa meter di depan kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Oh baiklah. Kurasa aku bisa menebak bahwa kami akan naik angkot dulu baru pergi ke tempat sholat.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Pak, ini sampai patung kuda kan ya, Pak?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Iya."</i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-style: italic;"><br /></span></div>
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Fiks.</i> Kami menaiki angkot tersebut. Kukira perjalanan akan berlangsung lama. Ternyata beberapa menit kemudian kami telah sampai di Patung Kuda<i> -atau beberapa anak menyebutnya Patung Dipo-. </i>Setelah membayar 3000 rupiah per orang, kami bergegas menyeberangi jalan raya dan mengabari teman kami yang berkuliah di Undip.</i></div>
<i>
</i>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang telah menunggu kami di seberang jalan, Dion.</div>
<div style="text-align: justify;">
"<i>Diooooon.</i>"</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti biasa, aku selalu berteriak histeris saat melihat teman-temanku yang sudah lama tidak kutemui. Dion masih seperti biasa, kurus dan tinggi :p</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami bertiga berbicara ngalor ngidul sambil menunggu kedua teman kami yang lain; yang 'katanya' akan datang menjemput. Duo yang tidak terpisahkan. Si artis kali ini, yaitu yang wisuda, Widy, dan teman sejatinya, Reza. Cukup lama kami menunggu, tapi tak apa, sambil ngobrol bersama teman-teman seperjuangan di PMR Wira Smansa Kebumen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kemudian, mereka berdua datang, dengan motor masing-masing. Sampai di tempat mereka cuma cengar cengir dan menyambut kami yang baru datang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Bener-bener ga nyangka bakalan ditinggal lulus duluan sama ni bocah -__-</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Yaa tapi apa daya, kudu ikhlas karena dia D3.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Eh kita belum sholat, cari tempat sholat yoo."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Sipp."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kami menuju ke daerah kampus Universitas Diponegoro. Cukup jauh juga ternyata dari Patung Kuda di depan tadi. Dan jalanan pun cukup macet. Tapi tak apa. <i>Aku selalu menikmati tiap detik waktu yang kuhabiskan dalam perjalananku :)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk pertama kalinya, hari ini aku menginjakkan kakiku di Semarang dan untuk pertama kalinya pula aku menginjakkan kakiku di sini, di Masjid Kampus Universitas Diponegoro. Setelah memarkir motor di halaman, kami beranjak ke tempat wudhu.</div>
<div style="text-align: justify;">
O baiklah. Aku perempuan sendiri di sini dan pasti tempat wudhuku berbeda dengan mereka semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Wid, tempat wudhunya di mana?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Di sana,"</i> katanya sambil menunjuk ke arah timur dengan tidak jelasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Di mana??"</i> Kataku sekali lagi meminta penjelasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia kembali menunjuk arah yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>-___- baiklah, sepertinya aku harus mencari sendiri di mana tepatnya tempat wudhu itu berada. Arahan darinya terlalu tidak jelas.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melangkah sendiri ke arah yang Widy tunjuk. Sampai di tempat yang ia tunjuk, terlihat banyak mahasiswa-mahasiswi Undip sedang berkumpul membentuk kelompok masing-masing. Halaman masjid terlihat ramai. Sepertinya banyak kegiatan yang mahasiswa-mahasiswi Undip lakukan di halaman masjid. Masjid ini terlihat begitu ramai dan.... hidup :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku melanjutkan pencarianku</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Jadi? dimana tempat wudhu?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Tadinya aku berniat untuk bertanya pada orang, tapi sepertinya mereka semua sibuk. Baiklaah~ aku akan mencarinya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebelah kiriku ada tempat wudhu. <i>Inikah?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sempat berpikir 2 kali sebelum masuk. Aku melongok ke dalam. Tidak ada orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Duh, harus bagaimana ini? </i>gumamku. Di satu sisi aku tidak tahu itu tempat wudhu laki-laki atau perempuan. Tapi di sisi lain aku ingin bertanya bingung bertanya pada siapa karena semua terlihat sibuk berdiskusi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kuputuskan untuk wudhu di tempat itu. Saat aku selesai, beberapa anak laki-laki hendak berwudhu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Fiks! Salah tempat wudhu.</i> Untunglah aku sudah selesai berwudhu. Aku segera beranjak dan mencari di mana perempuan sholat. Tidak peduli apa yang mereka pikirkan kenapa ada perempuan di tempat wudhu laki-laki.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesalahan keduaku adalah, aku tidak bertanya di mana tempat perempuan sholat -__-</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Hmm,</i> sepertinya di atas. Aku pun segera mencari tangga untuk naik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benar. Perempuan sholat di lantai 2. Di lantai ini terlihat banyak mahasiswi membuat kelompok-kelompok melingkar. Entahlah, sepertinya mereka mengaji atau sedang belajar kelompok. Karena sebagian terlihat ada membawa buku materi dan sebagian terlihat ada membawa Al-Qur'an.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku segera mengenakan mukena dan sholat pada tempat yang digelarkan sajadah. Setelah itu, aku turun dan bersegera untuk menemui teman-temanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di jalan turun itu, aku menemkan apa yang aku cari tadi, <i>tempat wudhu wanita. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Oh baiklaaah, aku sudah terlanjur salah -__-</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku kembali melewati kerumunan orang di halaman dan menuju ke tempat parkir motor. Di sisi timur dari tempat wudhu laki-laki tadi. Aku baru menemukan tulisan tersebut. <i>Tempat wudhu laki-laki -__-</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum beranjak dari masjid kampus, aku menghubungi temanku yang perempuan. Ternyata ia sedang mengerjakan tugas jadi tidak bisa menemani. Okay. Jadilah kami melanjutkan perjalanan tanpa menunggui temanku yang perempuan. Dan karena yang punya hajat temanku, jadi aku mengikuti mereka saja hendak kemana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami sampai di tempat tujuan awal. Dann... sepertinya saya salah tempat -__-</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ini kontrakan cowo, bro -,-</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Temanku yang lain beranjak ke dalam dan aku hanya di halaman depan. <i>La </i>masa iya aku masuk ke dalam (?)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dion dan Amad menemaniku di luar. Sepertinya Widy hendak mengajak anak-anak kontrakan yang notabenenya anak-anak Kebumen untuk ikut makan bersama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>7 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Baiklaah -__-</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sudah terlalu lelah untuk mencari teman. Kami pun beranjak ke tempat makan yang berada tidak terlalu jauh (menurutku) dari kontrakan mereka. Tentu saja ukuran tidak terlalu jauh adalah bila ditempuh dengan menggunakan motor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Pesen apa nih?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu per satu mulai menyebutkan pesanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Nasi goreng jawa aja,"</i> kataku</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Yaah, Kom, masa jauh-jauh ke Semarang makannya nasi goreng jawa?"</i> kata Yulian</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Yaudah deeh. Manut kalian wes makan apa. Yang recommended opo wes?"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Hmm nasi goreng padang sini enak."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"Yoo yoo. Manut aku."</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya aku masih berpikir apa korelasinya dia melarang memesan nasi goreng jawa tapi menyarankan nasi goreng padang karena aku sudah jauh-jauh ke Semarang (?) Adakah hubungan antara nasi goreng padang dan Semarang (?) Entahlah. Itu masih menjadi misteri hingga saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya setelah semua memesan, Widy beranjak mengantarkan daftar pesanan ke petugas di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sembari menunggu, kami bercerita banyak. Tentang kuliah kami masing-masing, tentang Widy yang wisuda, dan tentang Yulian yang ternyata sudah meraih gelar S1nya sebelum Widy dan sekarang ia sedang bersiap untuk <i>co ass</i>. Entahlah, terlalu banyak cerita yang terlewat ketika kita sudah lama tidak membersamai teman-teman kita. Bagiku yang senang mendengarkan cerita orang, momen seperti ini selalu menarik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i>
</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>Makan dan berbagi cerita dengan teman. Sederhana, tapi entah kenapa bagiku sangat menyenangkan untuk dilakukan :)</i></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum makan selesai, aku menghubungi teman perempuanku, Novi, untuk menanyakan di mana tempat tinggalnya di Semarang. Setelah mendapat arahan yang jelas dan makan pun telah selesai dilaksanakan, kami beranjak dari tempat kami masing-masing. Makan kali ini disponsori oleeh <i>*jeng jeng jeng*</i>...... Widyy <i>*yeey* </i>wkwk<i> #alaymode</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya hitung-hitung syukuran atas kelulusan. <i>Toh </i>habis ini mungkin akan sulit untuk bertemu dengan jumlah yang sebanyak ini. Hiks. Jadi sedih :'</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku diantar oleh salah satu teman menuju tempat Novi. Untunglah tempatnya tak terlalu sulit dicari. Sebelum teman yang mengantar beranjak, aku tiba-tiba teringat sesuatu. Hadiah yang sudah kubungkus untuk artis hari ini belum kuberikan. Baiklah. Akhirnya kutitipkan saja kado itu pada si pengantar :3</div>
<div style="text-align: justify;">
Belum lama kami berada di luar, Novi menghampiri dari arah seberang tempat kami memberhentikan motor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Waah </i>entah kapan terakhir kali aku melihat Novi. Saat lulus SMA mungkin (?)</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah aku berterima kasih pada teman yang mengantarkan dan dia pulang, aku dan Novi beranjak ke dalam. Lama aku tidak melihat kos-kosan. Dua tahun terakhir aku tinggal di asrama, bersama ke 31 orang kawan. Setelah itu aku mengontrak bersama beberapa orang dari mereka. Jadi rindu kosan lama yang penuh dengan tempelan gambar-gambar di tiap sudutnya :')</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Novi dan aku mengobrol banyak, tentang kuliah, tentang pengalaman hidup setelah SMA, dan tentang rencana apa yang akan kami lakukan esok hari. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat dan Novi kembali mengerjakan tugasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita hari itu memang berakhir di situ, tapi ada satu momen yang menyadarkanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bila ada yang mengatakan,</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah tidak menjadikan sesuatu terjadi tanpa arti,</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah tidak akan mempertemukan kita dengan seseorang bila tidak untuk saling mempelajari dan menasihati,</div>
<div style="text-align: justify;">
maka aku mempercayainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dipertemukan dengan teman lama,</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengarkan mereka berbagi cerita,</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan melihat keseharian mereka</div>
<div style="text-align: justify;">
Membuatku tersadar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang hilang dari diri, dari keseharianku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di saat aku masih terlihat terlelap, Novi beranjak. Menuju tempat wudhu dan mengerjakan sholat tahajjud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terdiam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah selalu memiliki jalan untuk menegurku. Menegurku yang memang saat berangkat ke Semarang, berada dalam keadaan futur. Aku kembali teringat betapa tentramnya hati ketika bermunajat pada-Nya di sepertiga malam terakhir. Aku seolah tersadarkan, inilah yang hilang dariku. Inilah yang aku cari. Rasa selalu ada yang kurang akhir-akhir ini. Rasa was-was yang membuntuti. Mungkin karena aku mulai menjauh dari Ilahi. Aku hanya bisa termenung dan terdiam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selepas Novi selesai melaksanakan sholatnya. Aku pun beranjak dari tempat tidur. Bergegas menambil air wudhu. Tak sabar ingin bermunajat pada-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, Allah selalu tahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah selalu tahu apa yang terbaik yang harus kulakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah selalu tahu kemana kaki ini harus melangkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah selalu tahu, bahwa aku belajar lebih baik dari kisah dan teladan, bukan dari nasihat dan ceramah yang dilontarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan mungkin kali ini, pergi ke Semarang, bertemu teman-teman SMA, dan bertemu Novi adalah salah satu cara-Nya untuk menyadarkanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahwa Ia masih peduli padaku :')</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6822472195279184121.post-66789556782706141732016-11-27T14:32:00.002+07:002017-04-29T15:01:18.504+07:00Saat meng-iya-kan bermakna meng-ikhlas-kan<br />
Saat meng-iya-kan bermakna mengubur dalam-dalam<br />
Saat meng-iya-kan bermakna untuk berhenti mengharapkan<br />
Dan saat meng-iya-kan 'bisa jadi' berubah makna menjadi melupakan<br />
<br />
Akankah diri ini benar-benar bisa melakukan?<br />
<br />
<i>-hanya sekumpulan pertanyaan yang coba kuajukan pada diri sendiri-</i><br />
<br />
<div style="text-align: right;">
Di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, 27 November 2016</div>
Kurnia Istiqomahhttp://www.blogger.com/profile/13995103038253451922noreply@blogger.com0