“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat,
maka hendaklah Ia berkata baik atau diam.”
Begitulah
bunyi sepotong hadis yang sudah akrab di telinga kita. Berkata baik atau diam.
Sederhana, hanya berbicara menegenai menjaga lisan, tetapi kebanyakan orang
masih sulit untuk mengerjakannya. Bahkan ada pula perkataan bahwa tiada akan
lurus seorang hamba sebelum lurus hatinya dan tiada akan lurus hatinya sehingga
lurus pula lisannya. Begitu hebat lisan berpengaruh dalam diri dan kehidupan
kita. Hingga kita sadari atau tidak, terlalu banyak yang sia-sia lisan kita
lakukan; ucapan yang tidak berguna, berbicara berlebihan tanpa diimbangi
dzikir, ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat, debat kusir,
berlebih-lebihan dalam menuntut haknya, bersenda gurau, ucapan yang
menyakitkan, melaknat, bernyanyi dan bersyair, berfasih-fasih dalam berbicara
untuk mencari perhatian orang, membocorkan rahasia, berdusta dalam perkataan,
janji, dan sumpah, membicarakan orang lain, sanjungan yang menjerumuskan,
menceritakan aib orang, serta bertanya yang memberatkan untuk yang menjawab.
Lalu,
bagaimanakah kita dapat menjaga diri kita dari segala kesia-siaan lisan
tersebut? Caranya sederhana saja, cukup jaga lisan kita dari kata-kata yang
tidak baik dan menjaga mulut kita agar tidak dimasuki makanan yang haram.
Kata-kata menjaga lisan sudah sering kita dengar. Akan tetapi, sudahkah kita
mengamalkannya? Sudahkah kita menjadi satu dari segelintir orang yang mampu
memelihara tetangganya dari lisan kita? Perubahan mungkin tidak bisa langsung terjadi
secara instan. Mungkin kita dapat memulainya dengan hal-hal yang kita bisa;
mengurangi bercanda yang tidak perlu, berbicara seperlunya, memikirkan
baik-baik sebelum mengkritik atau memuji orang. Sederhana bukan? Mari kita
terapkan. Perlahan tapi pasti. berubah sedikit daripada tidak sama sekali. Dan
mulailah dari sekarang, karena
perubahan tidak akan terjadi jika tidak ada yang memulai untuk melakukan.
Kajian Islam Pekanan
Yogyakarta, 8 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar