Sabtu, 26 Desember 2015

Ternyata menuliskan sesuatu tidak hanya tentang menjadikannya bisa dibaca 'orang lain'. Tapi justru tentang menjadikannya memori dan pelajaran yang bisa 'diri sendiri' baca kembali. Ada detil-detil kecil yang kembali kita ingat yang mungkin tidak kita sadari dan bahkan sudah kita lupakan. Ada hal-hal yang sebenarnya sangat mengubah diri kita tapi seringkali terlupakan. Seringkali kita terlupa untuk berkaca kembali pada masa lalu, untuk setelah itu kembali dan mensyukuri apa kita sekarang dan kemudian menata masa depan. Atau bahkan terlupa bahwa sampai sekarang kita masih belum mengucapkan terima kasih untuk orang-orang yang telah berjasa mengubah dan menginspirasi kita serta selalu setia menemani langkah kita di masa yang telah lalu.

Hmm menulis itu menarik, hanya saja masih harus belajar untuk membahasakan apa yang ada dalam pikiran agar bisa diceritakan dengan lebih rapi dan menarik :)
Ya, tidak apa bila sekarang belum bisa. Akan tetapi, tidak ada kata terlambat untuk memulai dan tidak ada kata terlambat untuk belajar. 
Untukku yang mungkin belum bisa dan belum terbiasa untuk menulis, semangat untuk berproses menjadi lebih baik :)

It's alright to be yourself. But, please be better everyday Isti :))

Surat Untuk ER :)

Saya ingin sedikit bercerita tentang 3 orang luar biasa yang ada di kehidupan saya. Tiga orang yang setia membersamai kami, 60 ulat-ulat nakal; Srikandi dan Nakula yang sedang berproses dan ditempa, yang walaupun sekarang kami masih ulat, kami berharap kelak pada waktunya nanti, kami akan menjadi kupu-kupu yang cantik :)

Mas Adi, Mba Intan, Mba Tika

1. Juhainah Intan Maharani Ngithriyah

Yang pertama adalah Juhainah Intan Maharani Ngithriyah, atau yang biasa kami panggil dengan sebutan Mba Intan, Ammah Intan, Am In, atau Bakintan (panggilan sayang dari anak-anak Nakula) *Nakula memang suka bertingkah aneh dan tidak terduga, termasuk dalam memberi nama panggilan -__-*.

Mba Intan adalah sosok perempuan yang kuat dan selalu menguatkan kami untuk bisa bertahan di asrama ini. Sosoknya yang tidak pernah diam dan selalu ceria membawa keceriaan tersendiri di tiap kehadirannya. Senyum sangat jarang terlihat alpa dari wajahnya. Mba Intan  adalah sosok yang sangat perhatian pada tiap detail acara dan tiap momen yang ada. Saya ingat saat Mas Phisca akan berangkat ke Korea, Mba Intan mengajak semua anak asrama untuk terlibat dalam pembuatan kenang-kenangan untuk Masnya. Termasuk saya haha. Hmm saya mah bisa apa atuh. Cuma bisa menyumbangkan sedikit tulisan penyemangat dan gambar Mas Phisca yang mungkin tidak mirip *haha* untuk sampul depan kenang-kenangan tersebut. Tapi saya senang, Mba Intan selalu melibatkan kami dalam berbagai hal :)

Mba Intan juga sosok yang bersemangat dalam melakukan sesuatu. Membuat orang lain di sekitarnya ikut bersemangat pula untuk melakukan itu. Mba Intan juga sosok teman sekaligus ibu yang seringkali menjadi teman cerita anak-anak asrama, baik itu Srikandi ataupun Nakula. Herannya, tanpa diceritakan pun, seringkali Mba Intan tau apa yang sedang terjadi pada ke-60 bocah ini.

Dan kemarin, Mba Intan baru saja menggenap. Menyempurnakan separuh agamanya bersama Mas Ismail :) *Akhirnya Mba menggenap juga, ciee ciee :p* Dan lagi-lagi, Mba Intan melibatkan seluruh elemen asrama dalam kegiatannya. Ada yang membuat backdrop, atributnya, membungkusi souvenir, dan segala macam hal di persiapan maupun di pelaksanaan pernikahannya. Dan lagi-lagi saya juga ketiban jatah untuk terlibat, kali ini dalam pembuatan pin pernikahan dan atribut untuk photobooth. Sepertinya Mba Intan sudah menganggap kami keluarga bahkan sejak dulu pertama kami baru masuk dan masih lugu *lugu: lucu dan wagu*. Jadi Mba Intan tidak akan membiarkan kami diam saja di momen penting kehidupannya karena mungkin bagi Mba Intan, sejak awal kami masuk, maka kami sudah menjadi bagian dari keluarganya :)

Mba Intan dan Mas Ismail

Untuk Mba Intan, terima kasih untuk semua keceriaan yang Mba bawa, terima kasih atas nasihat-nasihat bijaknya, terima kasih karena selalu menguatkan kami untuk bertahan.Semoga keluarga Mba bisa menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah yaa. Walaupun sekarang Mba Intan sedang tidak di asrama, Insya Allah kami tidak lupa untuk mendoakan Mbaa :)

2. Adi Suharyanto

Yang kedua adalah Adi Suharyanto, atau yang biasa kami panggil Mas Adi *baca dengan nada dan penekanan khas Nakula*.

Mas Adi adalah sosok yang Masya Allaah, baiknya bukan main. Sangat sabar dalam menghadapi tingkah bocah-bocah Nakula *dan Srikandi* yang seringkali mungkin sedikit banyak membuat jengkel haha. Biasanya kalau sudah seperti ini, Mas Adi hanya bisa berucap "Astaghfirullah Astaghfirullah" yang akan serempak kami tirukan setelahnya sambil menepuk-nepuk pundak teman di sebelah walau kadang, atau malah sering, kami lakukan sambil sedikit meringis menahan tawa.

Mas Adi adalah sosok kakak yang sangat perhatian dan mengayomi kami. Selalu hadir di tiap momen yang kami lewati. Selalu ada di samping kami untuk membimbing dan menemani. Bahkan pernah saat pertandingan taekwondo sampai malam, Mas Adi masih setia menemani kami hingga usai. Saat rapat hingga malam, Mas Adi seringkali datang tidak terduga dan membawakan makanan untuk kami yang masih rapat. Mas Adi adalah sosok kakak yang tidak pernah menempatkan dirinya lebih tinggi dari kami. Ia selalu menempatkan dirinya sebagai seorang yang sepadan, sebagai teman, yang seringkali saat agenda asrama, contohnya saat tahsin, Mas Adi membaur dengan bocah-bocah yang masih sedang proses belajar tahsin ini.

Foto zaman Mas Adi masih jadi peserta PPSDMS angkatan 4 (tepat di atas Idealisme Kami)

Untuk Mas Adi yang luar biasa soleh dan sangat baik pada kami, terima kasih banyak untuk semuanya. Mungkin kami tidak bisa membalas semua kebaikan Mas karena terlalu banyak hal yang sudah Mas beri pada kami. Kami hanya bisa mendoakan semoga tiap langkah yang Mas tempuh selalu diridhoi oleh-Nya dan semoga Mas bisa dipertemukan dengan orang yang juga luar biasa baik juga dan solehah. Insya Allah kami disini selalu mendoakan Mas :)

3. Tri Kartika

Yang ketiga adalah Tri Kartika atau yang biasa kami panggil Mba Tika, Ammah Tika, atau Am Tik.

Mba Tika adalah sosok yang sangat baik dan super duper ceria yang selalu menebar keceriaan dimanapun Mba Tika berada. Senyum atau lebih tepatnya cengiran khasnya selalu muncul di tiap momen. Bagi saya, Mba Tika seperti sosok penyeimbang untuk Mba Intan dan Mas Adi karena Mba Tika lebih jarang baper dibanding ER yang lain hehe.

Saya selalu kagum pada Mba Tika. Kadang ada kalanya kami diberi hukuman atas kesalahan kami. Dan Mba Tika bertindak tegas atas apa yang kami lakukan. Tapi disinilah kekaguman saya. Mba Tika bisa menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi. Saat menghukum, Mba Tika memang tegas. Tapi setelah itu ya sudah, Mba Tika kembali seperti Mba Tika yang biasanya, yang ceria, tidak terbawa pada kondisi sebelumnya.

Mba Tika juga tidak jarang menyempatkan waktunya untuk berkunjung ke kamar-kamar untuk bertanya satu dua hal. Atau untuk hanya sekadar berbagi cerita dan bercanda. Selain itu, Mba Tika selalu jadi orang yang tahu kondisi kami. Saat kami sakit, Mba Tika juga selalu ada untuk kami dan merawat kami hingga membaik :')

Ulang tahun Mba Tika

Untuk Am Tik yang selalu perhatian lewat caranya yang unik, terima kasih untuk semuanyaa :) Terima kasih untuk ketegasan sekaligus perhatian dari Ammah. Semoga lekas lulus Am. Dan semoga Ammah Tika selalu selalu dan selalu berada dalam lindungan dan ridho-Nya. Selalu sayang Am Tik :D

Untuk tiga orang luar biasa yang sudah setia menemani kami berproses, terima kasih banyak untuk bulan-bulan yang lalu. Semoga masih bisa setia dan bersabar dalam membersamai kami beberapa bulan ke depan :) Mungkin kami *terutama saya sendiri* tidak bisa membalas semua kebaikan Mba dan Mas. Saya sendiri hanya bisa berdoa kepada Allah untuk kebaikan Mas Mba karena saya tau saya tidak sanggup untuk membalas semuanya. Menurut saya, sebaik-baik pembalas adalah Allah, jadi mungkin akan lebih baik bila saya menitipkan doa pada-Nya karena saya percaya, Allah akan membalas semua kebaikan Mba Intan, Mas Adi, dan Mba Tika dengan balasan yang berkali-kali lipat lebih baik :) 

Jumat, 25 Desember 2015

Menemukan Arti Keluarga - Terima Kasih Kalian :) -

Orang datang silih berganti bukan tanpa alasan. Setiap orang hadir dalam hidup kita dengan suatu alasan. Pasti selalu ada pelajaran hidup yang bisa diambil dari kedatangan orang-orang tersebut.
Dan tahun ini, saya banyak dipertemukan dengan orang-orang yang banyak membuat saya berkaca tentang cara pandang saya terhadap keluarga :)

Tahun 2013, status saya berubah menjadi anak rantau. Ya, menimba ilmu di kota lain. Jauh dari orang tua. Tidak begitu jauh sebenarnya. Kebumen-Jogja hanya terpisah jarak sekitar 2-3 jam saja. Sewajarnya, untuk anak yang baru pertama kali merantau biasanya merasakan apa yang dinamakan "homesick". Hmm, tetapi sepertinya itu kurang berlaku bagi saya. Bahkan di semester awal saya sangat jarang pulang dan keinginan untuk pulang pun sangat jarang muncul. Sangat berbeda dengan teman satu jurusan saya yang seringkali bercerita bahwa ia ingin pulang, yang selalu berkata kalau rumahnya sedekat rumah saya, ia akan pulang seminggu sekali. Untuk ukuran orang dengan jarak rantau hanya 3 jam, jarang pulang adalah hal yang bisa dianggap aneh, apalagi masih mahasiswa semester awal yang entah disibukkan oleh apa.

Dua semester berlalu dan kebiasaan untuk jarang pulang atau bahkan pulang satu semester sekali masih terbawa. Hingga pada semester selanjutnya, saya dipertemukan dengan orang-orang yang akan menjadi keluarga saya 2 tahun selanjutnya, Keluarga Nakula-Srikandi, Keluarga PPSDMS Regional 3 Yogyakarta angkatan 7. Ya, di keluarga ini saya banyak belajar akan arti keluarga kita sebenarnya. Saya sangat menyayangi keluarga saya di Jogja ini. Sangat. Saling memberi, saling menolong, saling mengingatkan, dan saling melengkapi satu sama lain. Seringkali saling memberikan sesuatu dengan ucapan sederhana untuk sekadar memberi semangat kepada yang lain :)

Akan tetapi, ada satu hal yang seperti saya lupakan. Saya bisa menyayangi keluarga saya di Jogja hingga seperti ini, tetapi, bagaimana dengan keluarga saya sebenarnya? Apa yang sudah saya lakukan untuk mereka? Yang bahkan pulang pun jarang saya sempatkan.

Tinggal di asrama bersama ke-59 orang lainnya membuat saya banyak belajar. Banyak hal yang saya pelajari ketika melihat bagaimana saudara-saudara satu asrama memperlakukan orang tua dan kakak serta adik mereka. Mas, Mba, dan teman-teman sepantaran saya sangat mencintai keluarga mereka masing-masing. Menyempatkan diri untuk sekadar SMS atau telepon bertanya kabar atau bahkan menyempatkan diri untuk pulang ke rumah di tengah kesibukan mereka di organisasi-organisasi kampus. Saat melihat itu, saya seolah berkaca pada diri saya sendiri. Apa yang sudah saya lakukan untuk menunjukkan sayang saya terhadap keluarga saya? Yang bahkan perasaan ingin pulang dan menemui keluarga sangat jarang muncul. Keluarga baru ini membuat saya termenung. Mereka bukan keluarga saya dari kecil, tapi saya sangat menyayangi mereka. Lalu apakah saya benar-benar menyayangi keluarga saya sendiri yang sedari kecil menjadi tempat saya untuk tumbuh dan berkembang?  Pertanyaan-pertanyaan itu sering timbul dalam benak saya. Ditambah lagi dengan saudara-saudara saya di asrama yang terlihat sering menunjukkan rasa sayang mereka terhadap keluarganya. Saya malu. Saya merasa saya bisa bersikap lebih baik terhadap keluarga ini dibanding dengan keluarga asli saya. Sedangkan saudara-saudara saya di asrama pun masih tetap menomorsatukan keluarga mereka. Hal ini menjadi sebuah tamparan besar bagi saya. Saya seperti lebih menyayangi teman saya dibanding keluarga yang telah merawat saya sejak kecil.

Dari Mba Ara, saya melihat bagaimana ia sangat menyayangi ayah, ibu, dan adik-adiknya. Mba Ara selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke Boyolali untuk menemui keluarganya. Mba Ara juga terlihat sangat menyayangi adiknya; membantu adiknya untuk mengenal Jogja, mencarikan tempat tinggal yang baik untuk adiknya, dan menanyakan kabar adiknya saat di Jogja.
Dari Mas Hamdan, saya melihat bagaimana Mas Hamdan sangat menyayangi ibunya. Selalu menyempatkan berkunjung ke Sragen. Padahal kegiatannya di kampus pun bisa dibilang cukup padat.
Dari Mas Ibnu Fajri, saya melihat bagaimana keluarga membawa pengaruh yang besar bagi kita di kehidupan sosial. Bagaimana setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam memperlakukan anggota keluarganya. Memiliki cara yang unik dan berbeda untuk menyampaikan rasa sayang.
Dari Putri, saya melihat bahwa selalu ada cara dan waktu untuk mengetahui keadaan keluarga kita. Telepon, SMS, hingga menyempatkan untuk pulang sellau ia lakukan. Putri selalu menanyakan keadaan keluarganya lewat telepon. Saya kagum akan perhatian Putri terhadap keluarganya. Saya sangat sering melihatnya menelepon keluarganya.

Lalu saya menanyakan pada diri saya sendiri; apa yang saya lakukan di tahun pertama saya kuliah? Pulang jarang, bahkan rasa ingin pulang saja untuk sekadar menengok menanyakan kabar atau bahkan menyempatkan waktu untuk menelepon orang rumah pun sangat jarang dilakukan.

Hidup bersama ke-59 saudara yang luar biasa, ditambah dengan 3 kakak yang selalu ada untuk membimbing kami kami, membuat saya banyak belajar di tahun kedua dan ketiga saya di Kota Pelajar ini. Banyak hal-hal baik yang saya pelajari dari mereka yang seringkali menjadi motivasi bagi saya untuk mencontoh hal-hal baik yang biasa mereka lakukan. Termasuk bagaimana cara mereka mencintai keluarga mereka. Kini, saya sedang belajar untuk lebih mencintai keluarga saya. Lebih sering menelepon untuk sekadar menanyakan kabar dan lebih sering pulang untuk sesekali menengok keadaan orang tua. Saya belajar banyak dari keluarga saya di Jogja. Bagi saya, sesorang hadir dalam hidup orang lain bukan tanpa alasan; termasuk mereka :)

"Untuk keluargaku di Jogja, terima kasih telah membuatku banyak belajar. Terima kasih selalu membuatku merasa belum cukup baik sehingga aku terus terpacu untuk memperbaiki diri. Terima kasih untuk segalanya. Walau mungkin kebersamaan dalam satu atap ini hanya tersisa beberapa bulan lagi, semoga ikatan keluarga tetap ada kapan pun dan dimana pun kita berada."

Keluarga adalah tempat awal dimana kita dibesarkan, dididik, dan disayangi. Tidak sepatutnya kita melupakan mereka walaupun jarak dan waktu memisahkan. Sesibuk apapun kita, sepadat apapun kegiatan kampus, tetap ada waktu khusus untuk mereka. Sesayang apapun kita dengan teman-teman kita, tetap ada tempat khusus di hati untuk mereka; keluarga :)