Sabtu, 30 September 2017

Mengurus Kehilangan KTM (Lagi)

Ini adalah kesekian kalinya saya mengurus kehilangan benda berukuran sebesar kartu nama yang menjadi bukti bahwa saya mahasiswa; KTM.
Layaknya kunci yang sudah hilang ketiga kalinya di parkiran hingga mas-mas parkiran hafal dengan saya, benda ini mengikuti rekor kunci tersebut. Hilang untuk ketiga kalinya.

Saya pun sedikit banyak menjadi hafal bagaimana cara mengurus benda mungil itu:
1. Urus surat kehilangan di kantor polisi > biasanya saya mengurus di Polsek Bulaksumur di selatan Bulaksumur Residence. Bilang, kehilangan KTM, mau mengurus surat kehilangan. Yang perlu disiapkan adalah KTP atau tanda pengenal dan rincian barang yang hilang: barangnya apa, hilang di mana, NIU berapa. Dalam sekejap, jadi!
2. Selanjutnya, transfer Rp20.000,00 ke rekening untuk pengurusan pembuatan KTM (nomor rekening bisa didapat di DAA > sekarang istilah DAA apa ya? Pokoknya kantor yang ada di daerah seberang Gelanggang lah. Yaa itu lah yaa).
3. Datang ke DAA, bilang mau mengurus pembuatan/cetak KTM hilang. Kadang jadi dalam beberapa hari, kadang langsung jadi.
4. Selesai, punya KTM lagi deh :)

Ah, sedikit bercerita. Mungkin penting mungkin tidak.
Tapi saya hanya terharu akan Bapak Polisi yang bertugas kemarin saat saya mengurus surat kehilangan. Kemarin adalah pertama kalinya, sekali lagi, pertama kalinya, saya tidak dimintai 'dana administrasi seikhlasnya' untuk pembuatan surat kehilangan. Selalu salut dengan orang-orang begitu. Entahlah, apa kali ini aturan sudah diperketat atau saya yang kebetulan 'bejo' diuruskan oleh Bapaknya. Bener-bener ya, walaupun paling kalau bayar juga 'cuma' bayar Rp5.000-10.000,00, tapi bagi anak kos itu berharga wkwk. Dan yang lebih berharga lagi adalah kejujuran Bapaknya :)

Dan refleks saja saat itu saya yang heran hanya bisa mendoakan dalam hati agar rezeki dan urusan Bapaknya dilancarkan, dimudahkan, karena memudahkan urusan dan mengangkat satu beban pikiran dari mahasiswa akhir penuh kegalauan ini *alay wkwk

Yasudah. Sekian ketidakjelasan kali ini. Semoga langkah pengurusan kehilangan KTMnya bermanfaat~

Perjalanan Yogyakarta-Jakarta-Surabaya: Hikmah#1 Kalah Cepat

Yogyakarta, 20 September 2017

Siang itu saya bergegas ke stasiun.

"Iskom, pulang Senin aja."
Hmm saya pun berpikir begitu. Terlalu melelahkan ketika Rabu dari Jogja, Kamis sampai Jakarta, Jumat ke Surabaya, Sabtu sampai Surabaya dan Ahad pagi kembali ke Jogja. Maka jadilah hari itu saya menukarkan tiket kepulangan Surabaya-Yogyakarta tanggal 24 September dengan 25 September.


*Berbagi sedikit tentang memundurkan/memajukan tiket. Datanglah ke customer service, nanti akan diberikan blangko permintaan penggantian jadwal kereta. Bilang atau isikan pada blangko mengenai perubahan-perubahan tersebut. Lalu pergi dari CS dan pergi ke loket untuk mencetak bukti bayar yang baru dan mendapatkan kode booking. Uang yang sudah dibayarkan saat pembelian tiket yang lalu akan terpotong 25%nya. Bayarkan kekurangan tersebut. Selesai. Jadwal keberangkatannya akan berganti sesuai jadwal keberangkatan yang baru :)


Hari itu di stasiun cukup ramai. Antrian CS tidak terlalu seramai antrian loket. Tidak berapa lama setelah mengambil nomor antrian, saya mengurus ke CS lalu diarahkan untuk mengambil antrian loket.

Antrian loket ternyata jauh lebih membutuhkan kesabaran dibanding antrian sebelumnya. Masih ada 80 nomor di depan yang harus ditunggu untuk menuju giliran. Karena orang di sebelah saya sepertinya tidak tertarik untuk berbincang, maka seperti biasa, saya pun lebih memilih untuk menggunakannya untuk membaca buku. Daripada waktu itu terbuang sia-sia.

Satu jam berlalu sudah.
Orang di sebelah saya berganti entah sudah keberapa kalinya. Kali ini seorang perempuan yang sepertinya lebih tua sedikit dari saya duduk di sebelah, memulai perbincangan. Saya tersenyum, menutupkan buku yang ada di tangan. Yaa perbincangan seputar hendak kemana dsb. Basa basi khas ala orang yang hendak bepergian. Orang yang ramah, pikir saya. Sebut saja namanya Mba Bunga. Mahasiswi di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.

Tak lama kami berbincang, datang seorang perempuan yang sepertinya kisaran 30an tahun datang dan duduk di sebelah Mba Bunga. Terlihat kebingungan. Ibu itu adalah orang yang akan diperhatikan di keramaian karena dirinya 'berbeda' dari orang kebanyakan.

"Mau kemana, Bu?" Tanya Mba Bunga ramah.

Ibu yang terlihat ada keterbatasan fisik itu pun dengan agak terbata-bata menjelaskan,

"Saya mau ke Nganjuk Mba, mau pulang. Tapi saya ngga punya uang. Ini saya dari Tugu jalan ke sini. Tadi di sana saya bilang uang saya hilang malah diusir, disuruh minta-minta, padahal saya mau beli tiket tapi dompet saya hilang Mba. Gara-garanya tas saya dirobek oleh orang. Waktu saya liat lagi dompet saya udah ngga ada di tas, barang-barang saya juga."

Ibu itu membuka tas besarnya dan menunjukkan tas punggungnya yang dirobek.

Saya pun turut menyimak percakapan.

"Owalah, la terus Ibu ini mau gimana kesananya? Memang tiket kesana berapa harganya, Bu?"

"55ribu Mba. Tapi saya udah gapunya apa-apa Mba."

Mba Bunga berbisik ke saya dan mengatakan, kasihan.

Yap, saya pun merasa demikian. Kok ada yang tega-teganya merobek tas seorang ibu dengan keterbatasan, ya Allah.

Tapi tentu saja maraknya penipuan yang menimbulkan 'rasa kasihan' membuat saya tidak serta merta memberikan bantuan. Bukannya tidak percaya, tidak mau membantu, atau apa. Tapi menjadi orang polos dan memberi hanya berdasar kasihan sepertinya sudah tidak bisa diterapkan saat ini.

Saya pun menanyakan, " La Ibu ada KTP kah Bu? Kan kalau beli tiket kereta harus pake identitas Bu."

Si ibu terlihat ingin menangis, dengan susah payah ia berkata, " Gaada Mba, dompet saya seisi-isinya semuanya hilang Mba. Saya ngga ada KTP."

Duh Gusti. Di satu sisi saya ingin membantu, tapi di sisi lain saya tidak ada pegangan untuk memastikan benar tidaknya. Identitas pun tidak ada.

"Terus ibu mau kesananya gimana Bu? Kan kalo gaada KTP gabisa beli tiket."

"Tadi saya disuruh beli tiket ke Solo aja Mba. Terus dari Solo ke Nganjuk, saya disuruh naik bis."

Mba Bunga masuk dalam percakapan kami, "Ibu yakin nanti di Solo ibu ngga bingung gimana nyari busnya?"

"Yaa nanti disana tanya orang lagi Mba. Ya gimana, saya juga gatau apa-apa. Cuma bisa ngandalkan tanya orang."

Mba Bunga pun tersenyum dan merogoh dompetnya. Mengeluarkan selembar 10ribuan dan memberikannya ke Ibu itu.

"Yaudah, Bu. Ibu sekarang pergi ke loket, bilang beli tiket ke Solo sekarang. Saya yang bayarin."

Sang Ibu terlihat berkaca-kaca lalu bergegas ke loket untuk membeli tiket.

"Mba, katanya saya disuruh langsung masuk. Keretanya bentar lagi."

Ibu itu pun menunjukkan tiketnya. Sekitar 20-30 menit lagi.

Mba Bunga kembali mengeluarkan uang dari dompetnya. Selembar 50ribuan.

"Ibu, ini uang buat nge-bis ya Bu, jangan dipake buat yang lain-lain. Nanti kalo udah sampe Solo, tanya, kalo mau naik bis ke Nganjuk harus ke mana."

Sang Ibu hanya bisa berkaca-kaca sembari mengucap terima kasih. Lalu ibu itu bergegas masuk.

Saya yang tadinya pun berniat ingin membantu hanya terdiam. Masya Allah, kalah cepat dalam berbuat kebaikan itu rasanya... :')

"Ya Allah ada ya yang tega ngerobek tas Ibunya. Padahal ada keterbatasan. Kasian Ibunya," kata Mba Bunga pada saya.

Saya pun hanya menganggukkan kepala.

"Tadinya saya mikir ini Ibunya beneran ngga, tapi pas dirasa-rasa, didengerin ceritanya kayanya kok ngga bohong."

"Oiya Mba emang tiket bis Solo Nganjuk berapaan?"

"Oiya ya."

Kami pun mencari harganya di internet. Sekitar 45-50ribu.

"Ya semoga cukup ya uangnya. Dan semoga sampai sana nanti ada yang mau bantu Ibunya lagi."

Saya hanya bisa meng-aamiin-i.

Tepat setelah kejadian itu, nomor antrian saya dipanggil ke loket. Nyaris saja terlewat. Saya pun berpamitan ke Mba Bunga dan bergegas pulang karena harus mempersiapkan perjalanan sore itu ke Jakarta.

Dan siang itu, saya bersyukur. Mengantongi beberapa pembelajaran, belajar dari buku yang saya baca, dan belajar dari apa yang terjadi di sekitar saya.

Pembelajaran, hikmah, sebenarnya terserak di mana-mana. Maka dalam Al-Qur'an seringkali disebutkan, tidakkah kamu berpikir, tidakkah kamu mengamati, dan kata-kata penyadaran lainnya. Maka, berpikirlah. Latih kepekaan akan 'hal-hal kecil bernilai besar' di sekitar kita :)

Kamis, 28 September 2017

Kesempatan dan Penyesalan

Mengutip beberapa kalimat yang saya baca dalam sebuah novel:

"20 tahun dari sekarang, kamu akan lebih menyesali apa-apa yang tidak kamu lakukan daripada apa-apa yang kamu lakukan."

Pernah mendengar kalimat tersebut? Tidak asing bukan? Sebuah kalimat yang saya baca dulu, entah kapan tepatnya. Tapi begitu membekasnya kalimat itu hingga saat ini.

Penyesalan pertama.

Malam ini saya berbincang via online dengan seorang adik yang mengikuti suatu beasiswa yang sebenarnya dulu sangat ingin saya daftar tapi tidak jadi karena ketidak-pede-an saya. Seorang adik super inspiratif yang bahkan di akhir ceritanya ia berkata, "menulis itu bagian dari hidupku mba."

Bercerita panjang lebar tentang beasiswa itu membuat saya sebenarnya menyesal. Mengapa dulu saya tidak mencobanya? Mengapa patah arang sebelum berjuang?

Ah, selalu begitu. Dan ini bukan yang pertama kalinya.

Akan saya ceritakan sedikit tentang beasiswa ini. Namanya beasiswa Aktivis Peneleh. Saya sangat mengingat dulu saya tidak berani mendaftar karena orang-orang yang saya kenal terlihat sangat 'wah' dengan kontribusinya di masyarakat.

Pada kesempatan itu adik itu menceritakan yang penting mencoba dulu dan penuhi saja syaratnya. Dia bercerita bahwa disana ia diajarkan untuk produktif menulis. Ada hak, ada kewajiban. Untuk mendapatkan hak berupa beasiswa, ada kewajiban menulis yang harus ditunaikan. 4 berita, 1 opini per bulan. Menurut saya, betapa beruntungnya, mendapat suatu sistem yang mau tidak mau 'memaksa' untuk menjadikan diri ini produktif untuk menulis. Memaksa, tapi juga melatih kita untuk terbiasa. Dan saya begitu merasakan saat ini. Menulis adalah sesuatu yang wajib dipelajari sejak dini. Wajib. Karena gagasan, pikiran, ide, bisa tersalurkan tanpa dimakan waktu melalui tulisan. Ucapan seringkali akan terlupakan atau bahkan berubah makna seiring pergantian zaman. Tulisan akan mengabadikan semuanya.

Penyesalan kedua.

Berbincang dengan adik itu mengingatkan saya akan orang yang saya kenal dari suatu acara sosmas, penerima beasiswa itu pula di periode sebelumnya.

Saya selalu merasa kagum dengan orang-orang yang bisa berkontribusi lewat ke khasannya, kemampuannya, bidang ilmunya dengan sepenuh hati dan semaksimal yang ia bisa. Dan entah kenapa saya paling kagum dengan orang yang mendalami bidang sosial-masyarakat, walaupun tentu saja orang lain pun hebat dengan kontribusi di bidangnya.

Dan pertama kali saya bertemu orang itu, saya langsung kagum akan bagaimana kesinkronan antara passion dan apa yang sedang ia jalani: tentang bagaimana terjun ke masyarakat. Saya kagum dengan keluwesanya berbincang dengan staf dan peserta dalam acara tersebut. Mengalir saja. Sebagai orang yang hanya menilai dari luar dan hanya sebatas kenal sebentar saja, saya bisa merasakan bahwa ia menikmati dunianya. Dan sepanjang acara itu, saya benar-benar mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana terjun ke masyarakat. Mungkin kata orang, "apa yang disampaikan dengan hati, kan masuk ke hati." Dan mungkin karena panitia melaksanakan acara itu sepenuh hati, maka materi yang diberi masih berkesan hingga saat ini.

Lalu, setelah acara itu berakhir, ada sebuah acara besar lagi yang diadakan. Temanya sama, tentang sosmas. Bertepatan dengan hari raya Idul Adha dan dilaksanakan di sebuah desa di Yogyakarta. Tadinya, saya sudah benar-benar akan mengikutinya. Bahkan sudah membayar biaya pendaftaran. Saya sudah membayangkan bagaimana serunya terjun ke masyarakat bersama teman-teman lain. Tapi Qadarullah, yang lebih berhak untuk dipenuhi baktinya meminta saya untuk pulang; orang tua. Akhirnya saya yang harus membatalkan keikutsertaan saya di acara tersebut. Hanya bisa coba ikut serta dengan biaya yang sudah dibayarkan dan tidak mengambilnya kembali, karena keinginan untuk ikut itu masih ada. Bahkan hingga saat ini.

Malam tadi saya melihat video acara tersebut dan rasanya.. Yaa mau bagaimana lagi, terlanjur sudah tidak ikut. Dan yang lalu ya sudah berlalu, tidak bisa diulang lagi 

Penyesalan ketiga.

Semangat ingin terjun ke masyarakat itu masih tetap ada. Ya, sejak awal saya ingin berkontribusi di bidang Pengabdian Masyarakat/Sosmas di organisasi. Kesempatan pertama kali, saya mencoba mendaftar di BEM Fakultas. Ditolak. Baiklah. Coba kesempatan lain.

Kesempatan kedua, saya mencoba mendaftar PM di sebuah organisasi mahasiswa kesehatan nasional di tingkat regional Jogja. Alhamdulillah diterima. Ternyata, melakukan hal yang sesuai dengan minat memang sangat menyenangkan :')

Di organisasi itu, sungguh saya merasa sangat senang. Merasa sangat beruntung. Hingga saat pergantian kepengurusan, saya dilobby untuk menjadi kepala divisi PM. Ya Allah, seolah mimpi untuk berkontribusi makin terbuka lebar. Namun, saat itu, di saat yang bersamaan, amanah sebagai bendahara di satu organisasi dan juga amanah sebagai sekretaris di organisasi lainnya, baru saja saya pegang. Amanah bendahara yang sebelumnya sudah saya coba untuk tolak karena sudah diamanahi sebagai sekretaris di organisasi lain ternyata tidak berhasil untuk dialihkan ke orang lain, forum tetap berkata demikian. Bila bisa saya memilih sejak awal, sepertinya saya akan lebih memilih untuk berkontribusi di PM ini dibandingkan dengan bendahara dan sekretaris itu. Namun sayang, kesempatan ini datang belakangan.

Maka dengan berat hati saya memutuskan untuk tidak menerima dan tidak bisa aktif lagi di PM untuk mengemban 2 amanah lainnya. Rasanya melepas apa yang disukai itu berat. Tapi daripada apa yang disukai itu menjadi buruk karena diri ini yang tidak maksimal, saya memilih untuk melepaskan. Dan..apa ya...rasa berat itu, menyesalnya, bahkan terbayang hingga sekarang.

Penyesalan keempat.

Dan di tahun akhir, saya kembali ditawarkan sebuah kesempatan untuk berkontribusi bersama di bidang kemasyarakatan di suatu organisasi mahasiswa. Hanya saja lingkupnya agak berbeda dengan yang lalu. Bila sebelumnya menjadi orang yang langsung terjun ke masyarakat lewat tindakan nyata, maka kali ini terjun dengan risetnya. Ya Allah, sebenarnya betapa ingin diri ini mengiyakan. Tapi, pesan orang tua selalu terkenang, "Ndak usah ambil amanah apa-apa lagi, Dek. Fokus skripsian aja."

Berat? Berat. Apalagi ini adalah yang kesekian kalinya. Seolah diberi kesempatan lagi, tapi sekali lagi, tidak bisa mengambilnya :')

Maka kali itu, untuk kesekian kalinya, saya menolak dan mencoba menyarankan orang lain yang lebih berpengalaman. Bukan karena saya tidak ingin, tapi ada pesan orang tua yang berat untuk tidak dilaksanakan.
Saat ini, terkadang saya merasa menyesal mengapa tidak mengiyakan. Tapi di sisi lain, bila mengiyakan, saya pun tidak tau akan menjadi seperti apa diri saya sekarang.

Hari ini, belum mencapai 20 tahun dari kejadian, dan begitu banyak penyesalan. Saya tahu, hal ini bukan untuk dikeluhkan ataupun disesalkan. Tapi begitu sulit mencari padanan kata yang lebih tepat selain kata menyesal. Hanya sekadar berbagi pengalaman, tentang apa-apa yang justru tidak bisa saya lakukan padahal saya inginkan. Dan saya berkaca, itu karena ketidakbisaan saya berkata tidak untuk apa yang tidak saya inginkan.

Maka bila kalian mendapat kesempatan, perhitungkan matang-matang. Bila tidak sesuai dengan yang kalian inginkan dan masih ada yang bisa kalian kejar, jangan ragu untuk berkata tidak pada yang tidak kalian inginkan. Jangan sampai 'iya' pertama yang 'terpaksa' justru memunculkan 'tidak' di kesempatan lain yang sebenarnya kalian inginkan dan memunculkan penyesalan-penyesalan.

Memang tidak ada yang sia-sia dalam hidup dan pastinya setiap keputusan yang kita ambil dahulu, telah berhasil membentuk kita yang sekarang.
Tapi untuk ke depan, cobalah untuk merencanakan. Melihat langkah-langkah apa yang kita butuhkan, langkah-langkah apa yang kita harus lakukan, untuk membentuk diri yang kita inginkan ke depan.

Perhitungkan matang-matang tiap keputusan, Kawan. Apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya dilakukan. Apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya diterima. Apa yang sebenarnya dan tidak sebenarnya kalian ingin untuk lakukan. Rencanakan. Jangan sampai 20 tahun dari sekarang penyesalan itu datang :)

Kamis, 07 September 2017

Berat atau Tidak Bergantung Niat

Pagi kemarin saya bercerita kepada seorang teman tentang sesuatu yang saya rasa begitu sulit untuk dilakukan. Saya menanyakan apa yang sebaiknya saya lakukan.

Dan ternyata kami memiliki masalah yang tidak jauh berbeda. Maka tidak ada penyelesaian yang berarti, hanya berujung saling bertukar cerita.

Dan sore ini, kontan, Allah membantu saya untuk menjawabnya. Lewat konteks yang berbeda.

Semuanya bergantung niat.

Saya kembali diingatkan tentang itu.

Ringan atau beratnya sesuatu untuk dilakukan atau tidak dilakukan bergantung seberapa kuat niat kita untuk melakukan atau tidak melakukannya. Bergantung pada seberapa kuat niat kita untuk memulai atau tidak memulainya kembali. Bergantung seberapa kuat niat kita untuk menjalankan apa yang kita niatkan.

Selalu terkesan dengan cara-Nya mengingatkan saya lewat hal-hal yang tidak terduga. Selalu ada jalan yang 'unik' untuk-Nya mengingatkan hamba-Nya.

Sesederhana saya menyadari hari ini bahwa ketika puasa diniatkan maka terasa ringan dan bila terlupa untuk diniatkan akan terasa berat.

Dan ternyata mungkin dari situlah Allah ingin mengingatkan saya tentang niat.

Bahwa ketika meniatkan untuk meninggalkan keburukan jangan setengah-setengah.

Bahwa ketika meniatkan untuk melakukan kebaikan pun jangan setengah-setengah.

Karena justru ke'setengah-setengah'an itulah yang seringkali membuat berat pelaksanaan. Seolah belum yakin tentang apa yang dilakukan sehingga sangat mungkin untuk terhenti di tengah jalan.


Yap. Kuncinya sudah ditemukan. Perbaiki, catat benar-benar dalam hati, kuatkan niat.

Pengingat Diri

"Yang tidak bisa disampaikan dengan lisan, bisa disampaikan dengan tulisan.
Tapi yang bahkan tidak bisa disampaikan dengan tulisan, semoga bisa tersampaikan lewat doa yang diam."

"Memilih untuk melakukan mungkin akan terasa menyenangkan. Tapi perlu diingat bahwa penyesalan selalu datang belakangan.
Mencoba teguh terhadap prinsip yang selama ini dipegang mungkin tidak mudah. Tapi semoga bisa menjadikan segalanya lebih barokah."

Sekadar pengingat untuk diri yang masih terus belajar, belajar dan belajar. Mencoba menahan, mencoba memilih dan memilah, mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang patut dan tidak patut untuk dilakukan sekarang, mana yang ahsan/yang baik dan mana yang tidak.
Sudah terlalu banyak kekurangan, terlalu banyak khilaf-khilaf tidak beralasan, terlalu banyak celah yang harus diri ini tambal.

Masih jauh, sangat jauh dari kata baik, tapi inilah yang namanya berproses, bukan?

Tidak mudah.
Jatuh bangun. Niat yang naik turun. Lelah untuk membujuk diri. Ingin menyerah saja rasanya. Tidak jarang nyaris kembali ke kondisi yang sama. Tidak bisa dengan serta merta bisa berubah. Rasanya sulit sekali untuk istiqomah.
Butuh waktu, butuh kesabaran, bahkan tidak jarang pengorbanan.

Dan jangan coba disamakan, proses yang seseorang tempuh, ketika cara pandang tiap orang terhadap suatu hal pun berbeda-beda.

Teringat beberapa kalimat yang cukup menusuk bagi saya,
"Seseorang terlihat baik bukan karena ia memang sudah baik. Tapi karena Allah menutupi aib-aibnya.
Bila Allah membukanya, niscaya orang-orang akan enggan mendekat dan mengenali."

Maka, "bila kalian mengenalku sebelum hijrahku, bantulah aku menutupi aib-aibku."

Dan untuk diri ini, saat futur itu datang, ingat lagi:

Ridho Allah nomor satu. Ridho Allah nomor satu. Ridho Allah nomor satu.

Saat mulai tergeser, ingat lagi:
Allah. Allah. Allah.

Maka lakukan semua dengan cara yang Allah suka, hindarkan cara-cara yang Allah benci. Sesulit apapun itu. Seberat apapun untuk dilakukan.
Yuk, belajar.

*Hanya sebuah catatan sederhana sebagai pengingat. Harapannya bisa menjadi pengingat bagi diri bila nanti futur datang menghampiri bahwa saya pernah menuliskan ini*

Sabtu, 02 September 2017

"Kapan?"

sumber gambar: google

Layaknya mahasiswa akhir pada umumnya, pertanyaan 'kapan' sepertinya menjadi pertanyaan yang seringkali diajukan oleh setiap orang yang ditemui.
"Kapan lulus?"
"Kapan wisuda?"
"Kapan nikah?"
"Kapan balik kampung?"
"Kapan kerja?"
dan serentet pertanyaan kapan lain yang tidak akan ada habisnya walaupun kamu sudah berhasil menjawab pertanyaan kapan sebelumnya. Dan saya lelah dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Apalagi bila ada embel-embel 'udah pantes'. Rasanya tu gemes gimana gitu sama yang tanya wkwk.

Mbok yo wes to.
Tiap orang punya rencana hidupnya masing-masing. Tiap orang berjalan di zona waktunya masing-masing. Jadi tidak usah membandingkan orang yang satu dengan orang yang lain. Tidak usah membandingkan Si A dengan si B, si B dengan si C. Jangan membandingkan seseorang yang belum memperoleh A dengan orang yang sudah memperoleh A. Jalan orang tu masing-masing. Tidak perlu lah dibanding-bandingkan. Rezeki sudah ada yang mengatur. Semua yang terjadi bahkan sudah dituliskan oleh-Nya jauh sebelum kita ada. Jadi tidak usah terlalu mencampuri urusan orang lain dan dengan semangatnya mencecarnya dengan pertanyaan "kapan"  bila memang tidak bermaksud membantu atau benar-benar menanyakan alias hanya iseng saja. Tolong.

Masing-masing dari memiliki waktu yang berbeda untuk mengalami ataupun tidak mengalami sesuatu. Memiliki rencana yang berbeda untuk mengambil atau tidak mengambil suatu pilihan di umur yang mungkin sama. Silakan menjalani hidup masing-masing.

Bukan berarti tidak mempedulikan, hanya mencoba menghormati pilihan yang diambil orang. Setiap orang memiliki life plannya masing-masing. Cobalah untuk tidak menambah beban pikiran yang, mungkin, bagi orang lain memang belum untuk dipikirkan. Pantas atau tidak, siap atau belum, bukan orang lain yang menentukan. Diri kita masing-masing lah yang merasakan. Orang lain boleh memberi saran, tetapi diri kita yang pada akhirnya akan merencanakan "kapan"-"kapan" itu terjadi dalam hidup kita. Dan Allah lah yang memutuskan kapan waktu yang tepat bagi pertanyaan "kapan" untuk terjawab.

Jadi, tolong. Berhentilah bertanya "kapan" bila memang tidak diperlukan. Insya Allah semua akan terjadi pada waktu yang tepat, pada saat yang terbaik menurut-Nya :)

Jumat, 30 Juni 2017

Tentang Sabar dan Syukur

Ada 3 cara bagi diri kita untuk merespon sesuatu yang kita anggap pahit dalam hidup:
1. menolak
2. bersabar
3. bersyukur.

Sabar ibarat sebuah pintu, dan syukur ibarat sebuah ruangan. Saat memasuki sebuah ruangan, apakah kita akan memperhatikan terlebih dahulu pintunya? Berlama-lama di depannya? Memperhatikan terbuat dari apa, bagaimana modelnya, bagaimana pegangan pintunya? Tentu tidak. Bahkan seringkali kita tidak merasa melewatinya.

Sama seperti sabar. Kita tidak perlu merasakannya dan mengatakan, 'aku sudah bersabar sejak lama'. Tidak perlu. Apakah enak terlalu banyak bersabar? Tidak kan?

Bersabar itu ada batasnya. Benar. Karena setelah itu habis, kita harus memasuki ruang syukur, bukan ruang mengeluh dan berputus asa.

Saat manis yang terjadi dalam hidup, bersyukur? Wajar. Saat pahit yang terjadi dalam hidup, bersabar atau bersyukur? Bersyukur.
Ya, bersyukur. Allah sedang memberi kesempatan untuk kita membuktikan, untuk kita bersungguh-sungguh menunjukkan. Bahwa dalam kepahitan, kita masih dapat bersyukur. Bahwa kita percaya, apa yang terjadi dalam hidup, Allah sudah memilihkan. Dan kita harus menjalaninya dengan syukur.

Janji Allah,
"Siapa saja hamba-Ku yang bersyukur sedikit saja atas nikmat-Ku, maka aku akan benar-benar menambahkan nikmat pada hamba-Ku tersebut."

Nikmat apa? Allah tidak menyebutkan nikmat yang mana. Allah hanya menyebutkan akan menambahkan nikmat. Ini berarti Allah tidak membatasi nikmat apa yang akan Ia beri.
Lihat, betapa Allah begitu sayang pada hamba-Nya. Kita hanya bersyukur sedikit, tetapi Allah bisa membalasnya jauuh di luar apa yang kita pikirkan, Ia tidak membatasinya.

Maka, dalam hidup, apapun yang terjadi, manis atau pahit, hanya ada satu pilihan untuk menyikapinya. Syukur.
Bersegeralah melewati pintu sabar dan memasuki ruang syukur :)

*Taujih Ustadz Syatori saat Yaumul Maal Qur'an di Masjid Nurul Islam, Yogyakarta
Dengan bahasa dan isi yang mungkin agak berbeda dari yang beliau sampaikan.

Masa Mau Menyalahkan Setan?

Ketika bulan dimana setan dibelenggu sudah berlalu, dimulailah bulan baru. Kembali fitri katanya. Senang, bertemu sanak saudara, kawan-kawan lama.

Tapi kemudian, ada yang justru seringkali terlupakan.

Kemanakah tilawah-tilawah bersemangat bulan lalu?
Kemanakah ziyadah-murojaah penuh perjuangan sebulan itu?
Kemanakah solat-solat malam dengan sujud panjang penuh harap akan dikabulkannya doa dan ampunan?
Tidak ingatkah hari-hari terakhir dimana kamu menangis berharap amalmu selama bulan itu diterima?
Tidak ingatkahhari-hari terakhir dimana kamu menangis sedih melihatnya baru akan kembali setelah melewati 11 bulan lagi?

Hari-hari terakhir di bulan itu, ketakutanmu memuncak.

Takut apa yang telah dikerjakan bulan itu tak dapat kamu istiqomahkan 11 bulan ke depan. Takut menjadi orang yang merugi atau bahkan celaka karena hari berikutnya lebih buruk dari hari sebelumnya, bulan berikutnya lebih buruk dari bulan sebelumnya. Takut ketika bertemu dengannya lagi, kamu hanya sanggup mencanangkan target tahun lalumu. Tak ada peningkatan.

Akan tetapi, justru saat memasuki bulan baru, kamu lupa akan segala ketakutan-ketakutanmu di bulan itu. Kamu lupa akan janji pada dirimu untuk mengistiqomahkan amalanmu. Kamu terlena dengan segala macam suasana dan hiruk pikuk bulan baru.

Apa itu yang kamu mau?
Ketika ditanya kenapa, apa iya kamu akan menjawab, "Saat bulan itu, setan dibelenggu, jadi saya bisa maksimal ibadah. Di bulan lain, setanlah yang mnejerumuskan saya hingga saya lalai akan ibadah-ibadah saya."

Dan kemudian timbul pertanyaan besar,
Apa iya itu salah setan?
Ah, bahkan mungkin setan pun tak salah. Dia bahkan telah mendapat ACC untuk menggoda manusia hingga akhir zaman. Maka dia berusaha semampunya untuk melaksanakannya.
Justru kamulah yang patut dipertanyakan. Harusnya kamu mampu melawan. Bukan malah menyalahkan. Ketika setan berusaha semampunya, kamu pun harus berusaha semampumu, sekuat yang kamu bisa untuk menangkal godaannya.

Ah, kamu, manusia selalu begitu. Lebih mudah melemparkan kesalahan daripada mengakuinya.

Masa iya semua ini salah setan?

Lalu apa yang harus kamu lakukan?
Kencangkan ikat pinggangmu. Seburuk-buruk keadaan, mari coba istiqomahkan apa yang telah dilakukan di bulan Ramadhan. Itu adalah seminimal-minimal upaya. Bedanya, kali ini ditambah dengan sedikit bumbu-bumbu godaan setan.
Mungkin akan terasa lebih berat. Tapi patut untuk diperjuangkan.

Yuk bangkit!

*hanya mencoba berdialog dengan diri sendiri*

Senin, 05 Juni 2017

Cerita tentang Seorang Teman

Setiap orang memiliki orang-orang istimewa dalam hidupnya. Setiap orang memiliki orang yang bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Pun dengan saya. Allah begitu baik, bersedia mempertemukan saya dengan orang sepertinya. Dan saya belajar banyak hal dalam waktu yang bisa dibilang singkat ini. Mengubah banyak hal dalam diri saya lewat perantara nasihatnya.

Saya mengenalnya belum lama, masih dapat terhitung jari, bahkan hanya dengan satu tangan saja. Saya tak akan menyebutkan namanya. Cukuplah kebaikannya yang semoga bisa menginspirasi banyak orang.

Ia adalah orang yang begitu amanah menjalankan apa yang telah dipercayakan padanya. Terkadang, ia bercerita akan beratnya amanah yang ditanggungnya. Namun kemudian, ia masih menjalankannya semampunya, semaksimal yang ia bisa. Ketika kemudian amanah yang baru datang, pun sebenarnya ia berat. Saya mengetahui latar belakangnya dari apa yang ia ceritakan. Dan memang, bukan hal yang mudah untuk menerima amanah baru dalam kondisi yang demikian. Akan tetapi, ia tak mengkhianati kepercayaan orang-orang di sekitarnya. Ia mencoba menjalaninya dengan sebaik mungkin. Saya yakin, lelah pasti ia rasakan. Kadang ia berkata lelah saat bercerita pada saya, tapi ia tidak memperlihatkannya saat kembali menjalankan amanahnya, tetap mencoba bergerak dan tersenyum. Ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya menjadi lelah karena lelah yang ia rasakan.

Saya yang saat itu juga sedang beramanah pun belajar banyak darinya. Bagaimana ia tidak mengeluh di depan teman-teman satu amanah. Bagaimana ia tetap menjalani padahal kondisinya jauh lebih rumit dari kondisi saya. Bagaimana ia mencoba menyatukan orang-orang dalam organisasinya. Bagaimana ia malah menyemangati saya, padahal ia yang lebih butuh untuk disemangati. Begitu banyak yang saya pelajari tentang bagaimana menyikapi suatu amanah.

Ia adalah orang yang begitu sayang dan disayang oleh keluarganya. Begitu seringnya orang tua menanyakan kabarnya dan tidak jarang pula ia memberi kabar pada orang tuanya.
Darinya, saya belajar untuk lebih memperhatikan keluarga saya. Sebelum ini, saya bukanlah orang yang sering mengabari orang tua ketika ada yang terjadi dalam hidup saya. Hanya hal-hal tertentu yang saya kabari. Orang tua saya cenderung membebaskan anaknya untuk memilih jalan hidupnya, tidak mengekang. Maka saya terbiasa tanpa memberi kabar. Tapi darinya, yang selalu memberi kabar ataupun ditanyai kabar oleh orang tuanya, saya belajar. Orang tua sebenarnya ingin tahu keadaan anaknya. Maka perlahan saya mulai sering mengabari orang tua saya, hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup saya, apa yang saya rasakan, dan sebagainya. Kini saya merasa bisa lebih terbuka untuk bercerita kepada kedua orang tua saya.

Ia adalah orang yang tak hentinya membuat saya belajar lewat cerita-ceritanya, lewat kesehariannya, dan lewat nasihat-nasihat yang ia berikan pada saya. Selalu memberi semangat ketika saya lelah, ketika saya malas, dan ketika saya tidak menjadi diri saya yang biasanya. Selalu mengingatkan bila salah, membuat saya tergerak untuk menghapus foto-foto saya di media sosial, lebih berhati-hati, dan mengisi media sosial dengan hal yang lebih manfaat. Selalu mengingatkan untuk mengingat-Nya, mengingatkan bahwa takdir-Nya adalah yang terbaik, mengingatkan bahwa semua punya waktunya masing-masing.

Saya bisa merasakan, ia mencoba mengubah dirinya menjadi lebih baik dari ia di masa lalu. Masa lalunya mungkin belum baik, tapi ia tidak hentinya berusaha mengubah dirinya menjadi lebih baik. Selalu tak henti belajar menjadi lebih baik, dan lebih baik lagi. Hal itulah yang membuat saya juga ingin mengubah diri saya menjadi lebih baik. Mencoba menambal saya yang kurang di masa lalu dan menjadikan diri saya lebih baik dari hari ke hari. Bila ia bisa, kenapa saya tidak? :)

Maka, untukmu, teman yang sudah begitu banyak mengubah diri saya dalam beberapa tahun ini, terima kasih banyak. Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan kebaikan yang jauh lebih baik. Saya mungkin tidak bisa membantu banyak, tidak bisa menyemangati, tidak bisa menjadi teman yang selalu ada saat kamu membutuhkan orang untuk bercerita, dan tidak bisa melakukan banyak hal untukmu. Kita sudah menyepakati untuk menempuh jalan kita masing-masing. Bukan, bukan karena benci, tapi justru sebaliknya. Bukan berarti kita tidak lagi berteman, tapi kita sama-sama paham. Dan pada akhirnya, kita lebih memilih untuk mementingkan-Nya.

Pertemanan yang sejati bukanlah tentang seberapa sering kita berjumpa dan seberapa sering kita menghabiskan waktu bersama. Bagi saya, pertemanan yang sejati, yang hakiki, ialah tentang seberapa sering namanya terucap dalam doa yang diam, dalam tiap sujud yang panjang :)

Kamis, 01 Juni 2017

Ukhti, Inni Uhibbuki Fillah


Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Anas bin Malik, beliau berkata:
Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi shāllallahu ‘alaihi wasallam, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya)*
Ukhti, inni uhibbuki fillah. Dulu saya berpikiran, kok alay banget sih nyampe bilang gitu ke temen. Mbok yo biasa aja. Tapi qodarullah, saya diberi kesempatan untuk merasakannya. Saya diberi kesempatan untuk memutarbalik mindset bahwa kalimat itu tidaklah berlebihan. Saya benar-benar merasakan bagaimana kecintaan saya terhadap seseorang bisa tumbuh karena kecintaannya pada Allah, karena kecintaannya pada Al Quran.


Sebuah pertemuan singkat, hanya 3-4 hari bersama di sebuah forum bersama Al-Qur'an. Kami belum pernah dipertemukan sebelumnya. Tidak perlu disebutkan namanya, seorang yang pada akhir acara sebenarnya ingin saya salami sembari mengucapkan "inni uhibbuki fillah" tetapi tidak jadi saya laksanakan karena tidak pede seorang seperti saya yang jauh kalah sholihat dengan hafalan terbatas ini mengucapkannya. Padahal saya tahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda agar kita menyampaikan rasa cinta kita pada saudara kita. Tapi ternyata melakukannya tidaklah mudah.

Maka saya hanya ingin menyampaikan apa yang beliau sampaikan ke orang-orang di sekitar saya agar apa yang telah beliau sampaikan tidak hanya berhenti pada saya, tapi terus menerus mengalir ke orang lain. Agar kata-kata yang tidak bisa saya sampaikan itu bisa terwujud dan mengalir kebaikannya dalam bentuk lain. Bukan dalam bentuk kata-kata yang disampaikan langsung, tetapi semoga bisa menjadi kebaikan jariyah untuk beliau atas ilmu bermanfaat yang telah beliau berikan yang coba saya sampaikan lewat tulisan ini.

Awalnya saya agak kaget ketika melihat kakak itu karena mirip dengan seseorang yang saya tahu (bukan kenal) dan sebenarnya ingin saya kenal, hanya saja belum diberi kesempatan bertemu hingga saat ini. Qodarullah saya dipertemukan dengan orang yang wajahnya mirip dengannya.
Penampilan beliau sederhana. Tetapi, saya merasakan bahwa ilmu yang beliau punya tidak sesederhana penampilannya. Apa-apa yang beliau katakan ada manfaatnya. Apa-apa yang beliau katakan adalah nasihat. Apa-apa yang beliau katakan bisa sampai ke hati walaupun beliau menyampaikan apa yang sudah biasa disampaikan.

Mungkin inilah cara Allah mengingatkan saya untuk mendekat pada-Nya, untuk menumbuhkan kembali semangat berinteraksi dengan Al-Qur'an. Lewat tauladan, lewat yang nyata. Allah berbaik hati mempertemukan saya dengan kakak yang satu ini. Walaupun tidak banyak berinteraksi, saya bisa merasakan akhlak Quran dalam dirinya. Beliau menyampaikan nasihatnya dengan tidak kaku, diselingi dengan candaan. Tapi candaan-candaannya adalah candaan yang tidak keluar dari batas-batas yang Rasul tentukan; tidak berbohong, tidak berlebihan. Membuat saya tertarik pada pribadinya.

"Ada yang sudah satu juz?" Begitu katanya. Tidak ada di antara kami yang mengangkat tangan. "Masya Allah, zuhud semua ya." Kami hanya bisa tersenyum menahan tawa.

Ada pula saat beliau menjadi moderator dan panitia membawakan minum air putih dalam gelas, beliau berujar, "Masya Allah panitianya zuhud sekali kepada pembicara." Kami yang mendengarnya tertawa. Saat beliau mulai minum, beliau menemukan sesuatu dalam gelasnya. Rumput. "Masya Allah, saking zuhudnya sampai ada rumput di airnya." Kami yang mendengar itu tertawa kembali.

Candaan-candaan beliau simpel, tidak berlebihan, yang cukup untuk memecah suasana.

Saya sangat kagum dengan beliau. Bila diberi kesempatan, beliau selalu menyampaikan satu dua kalimat, yang entah kenapa selalu bisa membuat saya merenung.

"Saat ditanya, tidak perlu kita sebutkan ke orang lain berapa banyak hafalan kita. Cukup kita dan Allah yang tahu. Yang orang lain perlu rasakan adalah bagaimana ayat-ayat-Nya yang telah kita hafalkan tercermin dari akhlak kita. Bagaimana mereka dapat melihat dan merasakan akhlak Quran dalam keseharian kita."

Ada saat dimana kami menanyakan tentang sulitnya menghafal Quran dan beliau menjawab,

"Bila diumpamakan hafalan quran adalah rezeki, maka Allah sudah mengatur hafalan kita. Tapi ingat, rezeki harus dijemput, diupayakan. Tidak hanya dengan berpangku tangan dan bermimpi saya ingin menjadi penghafal Quran tanpa ada usaha untuk mencapainya.

Tingkatan seseorang bukan dari banyaknya hafalan yang ia punya. Tetapi dari keberkahannya saat berinteraksi dengan Al Quran.
Ada orang yang mudah menghafal. Sekali baca, dua kali baca, sudah hafal. Tapi ada orang yang 10, 20, hingga berkali2 dibaca, belum tentu hafal."

Lalu beliau berkata kembali,
"Yang mana yang lebih tinggi tingkatannya?
Mungkin secara kasat mata lebih tinggi yang banyak hafalannya. Tapi, tidak pasti yang lebih banyak hafalannya lebih tinggi tingkatannya dari yang sedikit hafalannya.
Bila dimisalkan tangga, penghafal Quran ibarat sedang meniti anak tangganya. Yang menghafalnya mudah, ia akan dengan mudahnya naik ke satu tingkat di atas. Bila sudah puas dengan itu, ia berada di tingkatan tersebut. Yang menghafalnya susah, bisa jadi setiap kali dia mencoba menghafalkan, tidak hafal, lalu ia bersabar dan mengulang hafalannya lagi, maka ia dinaikkan satu tingkat. Setiap kali bersabar atas ketidakhafalannya dan mengulang, dinaikkan satu tingkat. Bisa jadi yang mudah menghafal naik satu tingkat, yang sulit naik bertingkat-tingkat walaupun yang dihafalkan hanya sedikit.

Intinya, tiap orang memiliki ujiannya masing-masing. Yang mudah menghafal, ujiannya adalah bagaimana agar dia tidak cepat merasa cukup dengan hafalannya lalu tak berhenti hanya menghafal saja tapi memahami isi dan tafsirnya, bagaimana keistiqomahan memurojaahnya, bagaimana ia menjaga hatinya agar tidak ujub atas apa yang Allah karuniakan kepadanya. Jangan sampai Al Quran itu hanya ada pada lisan kita dan tidak ada pada hati-hati kita.

Yang susah menghafal, ujiannya adalah bagaimana ia bersabar dengan proses panjang menghafalnya, bagaimana ia istiqomah ziyadah satu ayat demi satu ayat, sepotong demi sepotong, tanpa kenal lelah, bagaimana ia menahan diri dari berkeluh kesah tentang kesulitannya kepada selain-Nya, bagaimana ia bisa bersyukur atas ayat yang telah ia hafal walaupun sedikit.
Kan Allah sudah berfirman, belum dikatakan seorang beriman, hingga ia diuji. Pun dalam proses menghafal Quran."

"Yang terpenting dari menghafal Al-Quran adalah istiqomah. Seberapa sulit, seberapa lelah, seberapa kita tidak kunjung hafal, tetap lakukan, tetap berusaha. Allah tidak melihat seberapa banyak hafalan kita. Akan tetapi, Allah menilai proses kita dalam menghafal. Dalam mendekatkan diri pada-Nya. Buktikan ke Allah bahwa kita sungguh-sungguh. Buktikan ke Allah bahwa kita benar-benar ingin mendekat pada-Nya. Sedikit banyak yang didapat, biar Allah yang menentukan rezeki hafalan kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengikhtiarkannya."

Beliau juga bercerita betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintai ummat-Nya.

"Pada hari akhir nanti, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan berdiri di tepi telaga Kautsar. Menanti umatnya datang untuk memberikan air dari telaga itu untuk mereka. Ketika ada segolongan umatnya yang mendekat, beliau berwajah ceria. Memanggil mereka untuk kian mendekat. Tapi di jalan,malaikat menghadang mereka untuk mendekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, mengapa malaikat menghadang. Malaikat menjawab bahwa umatmu telah melalaikan Al Quran. Dan seketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwajah mendung.
Bayangkan! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menanti kita di tepian telaga Kautsar dengan wajah yang berseri-seri. Di tiap sholat, di tiap doa, di tiap detik hidupnya, bahkan hingga menjelang ajalnya, beliau selalu teringat akan ummatnya. Ummati, ummati, ummati. Lalu apakah kita sebagai umatnya tega membuat beliau berwajah mendung ketika ternyata kita tidak dapat menghampiri beliau di tepian telaga Kautsar? Beliau yang telah sangaat merindukan kita sebagai ummatnya. 
Seorang Rasul, yang mulia, menunggui kita, ummatnya, yang hanya manusia biasa ini. Kita yang bahkan antara teringat dan tidak akan namanya di tiap solat kita, tiap doa kita, dan tiap waktu kita.
Rasulullah senantiasa rindu berjumpa dengan ummatnya yang bahkan belum pernah beliau jumpai. Mendoakan kita yang bahkan belum pernah ia jumpai. Mengkhawatirkan kita yang bahkan belum pernah beliau jumpai.
Maka apakah kita masih tega membuat beliau berwajah mendung di tepian telaga itu?"

Di hari terakhir, beliau menyampaikan,
"Dalam doa khotmil Quran, disampaikan "Warzuqna tilawatahu aana allaili wa athro fannahar". Berilah kami rezeki tilawah al quran siang dan malam.

Tilawah Al Quran disitu disebut rezeki. Ya, rezeki. Kenikmatan tilawah, kenikmatan menghafal, susah senang, lelah bangkit dalam melaksanakannya adalah kenikmatan yang tidak semua orang dapat merasakannya. Itu hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang Allah ingin ia mendekat pada-Nya. Bukan pada sembarang orang.

Maka yang bisa tilawah Al Quran pada siang hari, pada malam hari, bersyukurlah. Yang merasa ada yang kurang bila hari itu belum tilawah, belum berinteraksi dengan Al Quran, bersyukurlah. Bila kita termasuk salah satu diantara yang bisa merasakan kenikmatan itu, bersuyukurlah. Bersyukurlah, maka Allah akan tambahkan nikmat-Nya bagi hamba-Nya yang bersyukur."

Terkadang Allah menunda sesuatu karena Ia ingin memberikan kita sesuatu yang lebih baik :)
Saat saya menceritakan cerita ini ke seorang teman, ia berkata, "Masya Allah Ti, beruntung kamu bisa ikut acara itu. Walaupun waktumu ngerjain skripsi kepotong, walaupun belum jadi semprop, tapi kamu dapet kesempatan yang ndak semua orang dapet, termasuk aku."

Mungkin Allah sedang ingin saya mendekat dulu pada-Nya baru membolehkan saya untuk mengerjakan urusan yang lain. Mungkin selama ini saya terlalu disibukkan dengan urusan dunia hingga lupa, bahwa ada Ia yang pencemburu dan ingin hamba-Nya selalu mendekat pada-Nya, selalu mengingat-Nya, selalu menomorsatukannya. Allah selalu memliki cara yang begitu tidak terduga untuk mengingatkan kita untuk kembali pada-Nya.

Terima kasih Kak, telah menjadi jalan untuk saya kembali mengingat-Nya kali ini. Jazaakillaahu khairan katsiiran. Semoga Allah membalas kebaikan kakak dengan balasan yang jauuh lebih baik :)

Minggu, 14 Mei 2017

Merawat Pertemanan

"Apa kabaar?"
"Oy, Piye kabaree?"
"Semangaat!"

Sering merasa saya tiba2 nge PM, chat, atau DM gitu? Wkwk
Maaf ya saya emang suka kadang absurd nge chat. Ndak ada apa-apa kok, dan ndak usah menanggapi atau berpikir berlebihan. Perempuan ataupun laki-laki sama-sama saya begitukan. Bukan apa-apa. Saya cuma pengen tau keadaan temen-temen saya wkwk

Ketika saya tanya begitu, berarti saya menganggap Anda teman saya. Karena bagi saya teman ya sebisa mungkin tau keadaan temannya, baik tanya langsung ataupun tanya orang lain :)
Saya kadang ditegur juga kenapa kok begitu. Tapi ya gimana, bagi saya kalo temen ya menanyakan kabar. Kalau sama laki-laki, ya saya mencoba ndak berlebihan. Kalo cerita ya ditanggapi. Ada masalah beri saran. Tetap mencoba secukupnya dengan gaya ala saya.

Kadang ditanya juga, kenapa kalo nge chat gitu sering banget pake emot?
Lah saya emang gitu, sama siapa aja wkwk. Kalo chat emang kebanyakan emot dan kebanyakan ketawa mulu. Pake emot banyak ndak berarti apa-apa kok. Kebiasaan hehe.
Dari dulu saya jarang menganggap seseorang lebih dari temen kok, jarang baper, jadi selo wae kalo saya chat. Bagi saya, temen ya temen. Temen disini dalam artian temen biasa ataupun temen deket. Jaraaang banget anggep orang lebih dari itu. Mentok-mentoknya seseorang yang saya sebut temen, saya anggep kek saudara sendiri wkwk

Terus kenapa sih suka ngasih hadiah?
Wkwk iya ya? Saya suka absurd ngasih hadiah emang. Bahkan temen saya sampe bilang, "Kom, kamu siapa2 dikasih hadiah. Siapa2 kamu bilang temen deket." wkwkwk kadang saya juga bingung sih apa definisi temen atau temen deket dan siapa sih yang pantes dikasih hadiah.
Kalo ditanya kenapa, ya jawabannya ndak apa. Pengen aja. Saya suka buat2 sesuatu untuk temen-temen saya.
Kurang kerjaan banget sih? Bagi saya itu ndak kurang kerjaan kok hehe. Saya suka buat sesuatu untuk orang lain, itu hobi. Suka aja buat kerajinan tangan. Selain suka, menurut saya, ketika ngasih orang dan itu dibuat sendiri, sesuatu itu bakal lebih berkesan *eaa

Dan bagi saya wajar aja ketika saya baru kenal seseorang dan saya merasa saya merasa nyaman atau klop sama orang itu, dapet banyak pelajaran dari ceritanya, dsb, saya ngasih sesuatu buat orang tersebut. Itu masih dalam batas kewajaran saya walaupun orang-orang kadang mengartikannya ndak wajar. Saya suka aja kalo orang seneng sama apa yang saya kasih. Kalo apa yang saya kasih bisa manfaat. Karena siapa tau umur saya ndak panjang kan? Siapa tau. Jadi saya pengen di umur saya yang entah akan sampai kapan ini, kemanfaatan selama saya hidup bisa berumur panjang. Pertemanan-pertemanan ini bisa berumur panjang, bahkan sampai ketika saya ndak ada.


Merawat pertemanan itu ndak gampang. Kadang lupa tanya kabar dianggap sombong. Tapi tanya2 kabar dikira sesuatu yang lain, dikira berlebihan, dikira ada apa-apa. Duh, pusing yak wkwk

Setiap orang punya caranya sendiri untuk merawat pertemanan. Pun begitu dengan kalian. Pun begitu dengan saya. Jadii ndak usah baper atau anggep berlebihan suatu perlakuan yak. Emang gini cara saya merawat pertemanan saya. Dengan tanya kabar, dengan kasih hadiah, dengan dateng ke momen-momen di hidup kalian, dengan nyempetin ketemu, dan dengan menyisipkan nama kalian dalam doa. Walaupun seringkali saya ndak tau apakah temen yang saya anggep temen menganggap saya temennya atau bukan, saya akan tetep perlakukan kalian kaya temen saya kok hehe. Dan walaupun saya juga ndak tau doa saya mustajab ndak, tapi siapa tau kan diantara sekian doa, doa yang ini 'kebetulan' dikabulkan :)

Pertemanan itu susah susah gampang dijaganya. Dan tiap orang punya caranya masing-masing untuk menjaga pertemanan itu. Saya dengan cara saya dan Anda mungkin dengan cara Anda. Bukan berarti caranya dibebaskan sebebas-bebasnya. Tetap perlu ada batasan.

Maka bila Anda tahu saya berlebihan, silakan ingatkan. Karena saat itulah pertemanan justru akan makin berharga. Ketika temannya salah, maka ia mengingatkan, bukan ragu berkata lalu membiarkan. Teman yang baik akan mengajak untuk sama-sama berjalan ke arah perbaikan :)

Rabu, 10 Mei 2017

Cerita Dini Hari

"Mii.."
Pesan terkirim. Hape mati. Listrik mati. Fix bye~
Saya beranjak meninggalkan hape saya dan bercerita banyak dengan 2 teman saya.

Dini hari, saya baru membaca pesan balasan dari Ummi.
"Apa deek"
"Ada apa dek?"
*misscall*

"Mi maaf kemarin hapenya mati terus tak tinggal buat di charge."
"Ada apa dek? Terus Hp nya kenapa?"
"Ngga kenapa-kenapa Mi hapenya wkwk. Tadinya tadi malem mau nelpon ajaa."

Ummi calling..

"Kenapa dek?"
"Gapapa mi cuma mau cerita skripsi hehe"
*diam sebentar*
"Mi kalo misal lulusnya ngga tepat waktu gimana ya? Kalo gabisa kekejar Agustus?"
"Ya gapapa ngga tepat waktu."
"Tapi temenku dah pada lulus, dah pada koas Mi."
"Ya ngga papa, kan semua orang punya waktunya masing2, Dek."

*mulai sedih sendiri*
"Maaf ya mi, kalo ngga bisa wisuda Agustus dan bisanya ngusahain wisuda November. Masih diusahain, masih berusaha nyusun proposal sama nemuin dosen juga."
Kemudian, saya menjelaskan kondisi saya saat ini.

"Iya ngga papa. Yang penting kamu tekun, ulet, pantang menyerah, sabar."
"Misal mau nemuin dosen nunggunya lama ya sambil baca Al-Qur'an atau dzikir atau baca buku. Jangan sampai waktunya terbuang sia-sia cuma buat nungguin. Jadi nanti pulang tetep dapet sesuatu walaupun ngga ketemu dosennya.

Allah tu ngeliat usaha kita, Dek, bukan hasilnya. Jadi ya apapun yang terjadi, tetep berusaha. Tunjukkin ke Allah kalo kamu serius ngerjainnya.

Kalo dosennya jutek, ya disenyumin aja. Berdoa supaya dosennya dilunakkan hatinya. Kan Allah yang Maha Membolak-balikkan Hati. Dulu, Ummi juga dapet dosen yang susah. Ditemuin susah. Kalo ketemu ndak senyum. Tapi ya Ummi tetep senyum, tetep usaha nemuin.

Karena susah ditemui di kampus, Ummi akhirnya ke rumahnya. Kata Mbak yang di rumahnya, dosennya lagi istirahat.  Ya Ummi tungguin di depan rumah sampai bangun. Pas itu Ummi lagi hamil 9 bulan. Ya ngga papa, Ummi tungguin.
Terus akhirnya dosennya luluh juga hatinya. Habis itu jadi gampang ditemuin. Jadi senyum kalo ketemu. Urusannya juga jadi cepet diurus. Akhirnya bisa sidang dan wisuda juga.

Nggarap skripsi itu ngelatih mental dek. Yang mentalnya ngga kuat, bisa jadi gugur disini. Ngga jadi sarjana. Dulu Bulik juga hampir ngga mau nyelesein skripsi karena dosennya susah. Ummi bilang harus diselesein. Ummi nyemangatin. Mau gamau, suka ngga suka, harus nemuin dosennya. Mbah juga nyuruh buat nyelesein. Akhirnya selesai juga.
Mas Hanief juga, Alhamdulillah udah mau selesai. Udah mau sidang. Insya Allah wisuda Agustus besok. Yang penting ulet, tekun."

*saya diam lagi*

"Mi doain aku ya,'" kata saya dengan perasaan yang sudah campuraduk.
"Iya, Ummi pasti doain satu-satu, buat Mas Husain, buat Mas Hasan, buat Mas Hanief, buat Dek Isti.
Yaudah, yang sabar, yang ulet, pantang menyerah. Ndak papa, semua ada waktunya sendiri-sendiri."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi tadi, saya tidak bisa berkata apa-apa, cuma bisa diam.
Kami berada di kampus yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama.
Hanya saja, waktu kami berbeda. Keadaan kami pun berbeda.

Perjuangan Ummi jauh lebih berat. Dosen susah, posisi sudah berkeluarga, hamil 9 bulan pula. Begini saja saya sudah merasa berat, apalagi Ummi, yang juga harus menyusuri jalan dan warung-warung di Jogja untuk menitipkan makanan bersama Bapak, entah bakwan, entah jajanan, entah apapun itu, guna mencukupi biaya hidup keluarga. Sedangkan saya, keadaan saya jauh lebih baik.

Dini hari tadi membuat saya berkata pada diri saya, "Ah, perjuangan saya belum ada apa-apanya" :')
Baru sekadar naik turun 4 lantai setiap harinya dan menunggu sejak pukul 7/8/setiap selesai kuliah hingga maksimal pukul 5 sore. Apalah itu dibanding wanita mengandung 9 bulan yang juga harus sabar dan ulet mengerjakan segalanya :')

Minggu, 30 April 2017

Organisasi Mahasiswa di UGM: Jangan Cuma Jadi Mahasiswa Kupu-kupu

Welcome Gamada 2017 yang notabenenya baru banget bergabung di UGM! Selamat!

Weh, apaan tuh kupu-kupu?
Beberapa pasti dah pada ngga asing lah yaa. Kupu-kupu : kuliah pulang-kuliah pulang.
Kalo kalian merencanakan menjadi mahasiswa UGM atau baru aja gabung ke UGM nih, pastikan dirimu ngga akan jadi mahasiswa yang kerjanya cuma kuliah pulang-kuliah pulang.

Emang kenapa sih kak?
Wah, nyesel banget deh kalo udah ke kampus ini dengan seabrek kegiatan mahasiswanya, tapi kerjaanmu cuma di ruang kuliah dan kosan. Nyeseeel, serius deh. Soalnya UGM, dan Jogja juga tentunya, mewadahi banget buat kamu-kamu yang pengen mengembangkan diri di luar akademikmu.

Sedikit berbagi aja yaa tentang organisasi mahasiswa di UGM dari perspektif saya yang udah mahasiswa tua wkwk. Kalo ada kekurangsesuaian dengan keadaan saat ini, mohon dimaafkan.

Okey, mulai nih ya. Jadi, di UGM itu ada yang namanya Keluarga Mahasiswa (KM) dan ada yang namanya Unit Kegiatan Mahasiswa. Bingung? wkwk. Jangan berhenti di sini ya bacanya. Yuk lanjuut~
Keluarga Mahasiswa atau KM di tingkat univ, terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM UGM dan Senat KM UGM.

Ilustrasi Gelanggang Mahasiswa UGM, tempat berbagai kegiatan kemahasiswaan berlangsung
sumber: twitter.com

Mulai dari BEM KM UGM dulu ya. Kalo diibaratkan organisasi di SMA, BEM itu ibarat OSIS. Jadi ya ini lembaga eksekutifnya mahasiswa di UGM. Buat kamu yang suka bergerak dan suka menggerakkan, boleh banget masuk sini. Kegiatannya macem-macem, mulai dari mengawal kebijakan-kebijakan nasional sampai kebijakan kampus, pengabdian dan pemberdayaan masyarakat, pengadaan event-event tertentu, baik diskusi, hiburan, dll, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya.

BEM KM UGM dipimpin oleh seorang ketua yang lebih akrab dengan julukan Presiden Mahasiswa (Presma)yang dipilih melalui mekanisme Pemilwa (sejenis Pemilihan Umum untuk Mahasiswa). Untuk susunan organisasinya sebenarnya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan saat itu, bergantung kebijakan Presma. Untuk tahun ini, strukturnya terdiri atas Presma, Sekretaris Jenderal yang membawahi Bendahara dan Sekretaris, serta Koordinator Menteri Eksternal dan Koordinator Menteri Internal yang masing-masing membawahi beberapa kementerian. Wah, kedengaran seru ya, seperti miniatur pemerintahan di Indonesia! Untuk selanjutnya tentang BEM KM UGM bisa lah di-kepo di media-media sosial BEM KM UGM.

Selanjutnya, selain BEM, ada juga yang dinamakan Senat KM UGM. Kalau diibaratkan dengan organisasi di SMA, senat ibarat MPK. Jadi senat bekerja di ranah legislaif. Paham kan ya ranah legislatif itu apa? Ya sederhananya nanti senat ini kerjaannya merumuskan undang-undang. Senat Universitas sendiri terdiri atas senat perwakilan partai dan senat perwakilan fakultas.

Loh? Di UGM ada partai? Yupp, bener banget, di UGM ada banget yang namanya partai mahasiswa. Makin mirip aja kan sama suasana perpolitikan di Indonesia? Untuk lebih tau tentang Partai Mahasiswa dan Pemilwa bisa dilihat di postingan saya mengenai Pemilwa yaa :)

Nah, berikutnya, ngga kalah menarik nih. Ada yang namanya Unit Kegiatan Mahasiswa atau disingkat UKM. Sejenis ekstrakurikuler gitu kali ya kalo di SMA. Hmm berhubung saya sudah ngga aktif di dalamnya, saya ngga paham apakah BEM sekarang sudah dimasukkan ke dalam UKM sehingga sejajar dengan UKM lainnya atau BEM berada diluar UKM. Silakan dikepo ke kakak-kakak yang masih aktif saja yaa.

Jadi, kumpulan UKM-UKM itu nanti diketuai oleh Ketua Forum Komunikasi (Ketua Forkom). Adapun UKM-UKM di UGM, jumlahnya ada buanyaaak sekali. Kalau tidak salah 50an UKM. Wah, banyak banget kan? Nyesel banget udah difasilitasin segitu banyak UKM tapi ngga join salah satunya.
Jaman saya, ke-50an UKM itu dikelompokkan jadi beberapa Sekber (Sekretariat Bersama) *sekarang istilahnya masih sekber ngga ya (?). Ada 4 Sekber, yaitu Sekber Kesenian, Sekber Olahraga, Sekber Khusus, dan Sekber Kerohanian.
Kalau disuruh menyebutkan masing-masing UKM, wah saya angkat tangan. Terlalu banyak! Saya coba sebutkan beberapa saja ya *wah, saya jadi terpaksa buka file Pemandu PALAPA lagi kan karena saking banyaknya wkwk.

Sekber Kesenian

  1. Swagayugama: recommended buat kamu yang pengen belajar tentang kesenian Jogja. Setau saya sih ada tari sama gamelan
  2. UKJGS (Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta): recommended buat kamu yang tertarik dengan kesenian Surakarta. Setau saya juga ada yang fokus ke gamelan dan ada yang tari.
  3. USER (Unit Seni Rupa): recommended buat kamu yang suka gambar, lukis, mural, atau berkreasi. Sering juga ngadain pameran.
  4. Gamaband: band kebanggaan UGM nih. Bahkan UGM ngewadahin kamu yang suka nge band loh!
  5. GMCO (Gadjah Mada Chamber Orchestra): buat kamu yang suka dan pengen nge gali kemampuan kamu di orkestra, bisa banget gabung disini.
  6. UFO (Unit Fotografi) UGM: wadah buat kamu-kamu yang sukak dan pengen bisa fotografi
  7. Teater Gadjah Mada: pengen belajar dan tertarik dengan teater? Gabung sini aja
  8. Unit Tari Bali: pas banget buat yang pengen belajar nari bali
  9. Paduan Suara Mahasiswa: punya modal suara bagus dan pengen berprestasi bareng dibidang itu? coba aja gabung PSM
  10. Marching Band: UKM yang keren abis penampilannya, jadi andalan saat penyambutan Gamada. Yang pastinya berkat kerja keras dan latihannya yang juga super keren
Sekber Olahraga (kalau yang ini saya sebutin aja ngga usah dijelasin pasti dah paham lah yaa)
  1. Atletik
  2. Basket
  3. Berkuda
  4. Bridge
  5. Bulutangkis
  6. Bola Voli
  7. Catur
  8. Hockey
  9. Judo
  10. Karate Inkai
  11. Karate Kala Hitam
  12. Kempo
  13. Merpati Putih
  14. Perisai Diri
  15. IKS Pro Patria
  16. PSHT
  17. Renang
  18. Selam
  19. Sepakbola dan Futsal
  20. Softball
  21. Taekwondo
  22. Tenis Lapangan
  23. Tenis Meja
Banyak banget kan UKM olahraganya? Tinggal dipilih dipilih~

Sekber Khusus

  1. BPPM Balairung : cocok buat kamu yang tertarik sama dunia jurnalistik
  2. SKM Bulaksumur : cocok buat kamu yang tertarik sama dunia jurnalistik
  3. EDS (English Debating Society) : recommended buat kamu yang pengen bisa cas cis cus debat bahasa inggris
  4. Koperasi Mahasiswa (Kopma): mau belajar bisnis dan mengelola koperasi? gabung sini ajaa
  5. Gama Cendekia: cocok buat yang tertarik sama keilmuan
  6. Unit Penalaran Interdisipliner: buat kamu yang tertarik sama keilmuan
  7. Mapagama: sejenis pecinta alam, yang suka bertualang, mendaki gunung lewati lembah *kok jadi Ninja Hattori sih wkwk, silakan ikut UKM ini
  8. Menwa (Resimen Mahasiswa): yang tertarik buat jadi orang yang lebih disiplin dengan pendidikan ala tentara, bisa banget gabung menwa. Kalau ngga salah, UKM terjun payung juga gabung disini.
  9. Peduli Difabel: buat kamu-kamu yang peduli dan pengen lebih jauh belajar dan membantu orang-orang difabel
  10. Pramuka Putra: insya Allah dah tau yaa :)
  11. Pramuka Putri: insya Allah dah tau yaa :)
  12. Unit Kesehatan Mahasiswa (Ukesma): kalau di SMA yaa sejenis PMR gitu. Isinya ngga cuma anak-anak dari fakultas kesehatan aja kok. Yang tertarik belajar tentang pertolongan pertama dan kesehatan dari fakultas manapun, bisa banget join
  13. AISEC: kalo suka banget exchange, pengen dapet info-info dan jaringan di luar negeri, bisa gabung sini
Sekber Kerohanian
  1. Jamaah Shalahuddin (untuk mahasiswa Muslim)
  2. Keluarga Mahasiswa Buddhis
  3. Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma
  4. Misa Kampus (Katolik)
  5. Unit Kerohanian Kristen
Sipp. Udah semua Sekber yaa. Wah, jumlahnya nyampe 50an ngga ya? Kalau belum 50an dan ada UKM-UKM yang belum tercantum mohon maaf yaa. Bisa dilengkapi di komen. Atau kalau ada penjelasan yang salah, silakan disampaikan yaa. Karena pengetahuan saya pun terbatas. Kan saya bukan anggota semua UKM hehe.

Bentar, udah apa aja ya tadi? KM (BEM KM dan Senat KM) sama UKM.
Nah, itu ditingkat Universitas kan. Di tingkat fakultas dan jurusan ada jugaa.

Waah banyak banget dong kegiatan mahasiswa  di UGM? Iya, banyak banget emang wkwk

Sama kaya ditingkat Universitas, di Fakultas juga ada lembaga eksekutif dan legislatifnya. Penyebutan lembaga eksekutif pun macem-macem, ada yang menyebutnya BEM, LEM, LM, dan DEMA, bergantung fakultasnya. Di tingkat jurusan, bakal ada yang namanya Himpunan Mahasiswa Jurusan tersebut. Nah, untuk legislatifnya, ada yang menyebutnya senat, tapi ada juga yang menyebutnya DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa). Selain itu, di fakultas atau bahkan jurusan, ada juga unit kerohaniannya. Ada juga kelompok studi di tiap-tiap fakultas atau jurusan buat kamu yang tertarik sama dunia keilmiahan. Dan tiap fakultas bisa jadi ga cuma satu kelompok studi loh. Misalnya aja di Biologi, ada banyak kelompok studi; kelompok studi kelautan, kelompok studi tentang anggrek, dan bahkan tentang serangga juga ada. Buat yang mau terjun di dunia kelompok studi, bakalan ada forum buat anak-anak kelompok studi se UGM, namanya SCCF (kepanjangannya saya ndak tau hehe).

Selain itu semua, buat kamu yang tertarik di bidang yang lebih terapan, ada banget yang namanya Gadjah Mada Robotic Team atau yang lebih dikenal dengan GMRT, Bimasakti, Semar, Arjuna. Biasanya yang gabung tuh anak-anak teknik dan mipa. Tapi setahu saya, sebenernya ada beberapa posisi yang dibuka untuk mahasiswa fakultas apapun.
Untuk GMRT sendiri, nanti dibagi-bagi lagi jadi tim-tim kecil dengan konsentrasi membuat robot yang berbeda-beda, ada yang membuat robot yang bisa melempar cakram, robot yang bisa menari, robot pemadam api, robot yang bisa sepakbola, seru kan? Kalau mau kepo lebih jauh tentang GMRT, bisa banget langsung kepo ke robotika.ugm.ac.id. 
Nah, untuk Bimasakti, Arjuna dan Semar, bentuknya mobil yak bukan robot hehe. Kalau Bimasakti itu fokusnya untuk membuat mobil formula, ya mobil balap gitu. Kalau Arjuna, diikutkan untuk kompetisi mobil listrik. Kalau Semar, diikutkan pada Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE). Kepo lebih jauh kunjungi web masing-masing aja yaa.

Sebenarnya masih banyak sih yang belum bisa saya sebutkan. Apalagi yang berada di tingkat fakultas dan jurusan. Sangat banyak kegiatan mahasiswa di sana dan sangat banyak yang menarik untuk dijajaki.

Kalau merasa minatmu belum terwadahi di berbagai kegiatan tadi, cus aja langsung ke komunitas-komunitas pemuda yang ada di Jogja. Ada banyak banget, mulai dari yang fokusnya lingkungan kaya KOPHI, KP Mangrove, dan Jogja Berkebun, fokus ke pendidikan antikorupsi kaya FLAC, fokus ke pencegahan merokok kaya 9CM, fokus ke anak jalanan kaya SSC, dan masih banyak lagi. 
Atau bisa juga kamu gabung ke organisasi mahasiswa ekstrakampus sejenis KAMMI, HMI, GMNI, dan sebagainya. 

Jadii, buat kamu yang sudah jadi mahasiswa atau baru 'calon' mahasiswa UGM, silakan dipikir-pikir lagi kalau kuliah cuma jadi mahasiswa yang kerjaannya kuliah pulang-kuliah pulang. Memang benar, amanah utama kita adalah belajar lalu lulus dan dapat kerja. Tapi ada satu hal yang perlu dicatat. Pembuka lapangan pekerjaan sekarang tidak hanya mencari mahasiswa yang pandai secara akademis, tapi mereka juga memperhatikan softskill kita. Orang pintar itu banyak, tetapi seorang yang pandai dan memiliki softskill yang baik, itulah yang dicari.

Silakan habiskan waktumu di kampus untuk belajar berbagai hal, silakan explore bakat, kemampuan akademik dan non akademikmu, silakan belajar berorganisasi dan bersosialisasi, silakan habiskan jatah gagalmu, hingga nanti saat kamu lulus dan diwisuda, kamu banyak mendapat bekal dan telah siap menjadi bagian yang akan berkontibusi besar di masyarakat! :)

Semoga bermanfaat!

*nb: bila ada yang mau dikoreksi, ditambahkan, silakan dituliskan saja di komen.

Pemilwa: Pesta Demokrasi UGM

Tetiba random pengen cerita dikit tentang mekanisme demokrasi di kampus tercinta sebelum akhirnya harus kembali lagi mengerjakan skripsi wkwk

Tentang Partai Mahasiswa di UGM
Tau kaan kalo di Indonesia ada banyak partai politik? Nah, di UGM juga ada loh! Cerita dikit deh ya tentang adanya Partai Mahasiswa (Parma) di UGM. Jadi begini teman-teman, di UGM itu ada beberapa partai mahasiswa, antara lain Partai Bunderan, Partai Macan Kampus, Partai Kampus Biru, Future Leaders Party, Partai Sayang Mama, Partai Boulevard, Partai Kantin Kampus, Partai Balairung, Partai Srikandi, Partai Anak Rantau, dan Partai Gerbang. Setiap partai memiliki nilai dan cara gerak masing-masing. Kalo mau tau lebih jauh, coba deh kepoin tiap partai itu.

Tentang Pemilwa
Pemilwa? Apaan tuh? Jadi Pemilwa itu sejenis Pemilu tapi tingkat universitas. Pesertanya yaa kita-kita ini,mahasiswa aktif UGM. Dulu namanya Pemira/Pemilihan Raya. Panitia penyelenggara Pemilwa ini namanya KPUM (Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa), dan pengawas berjalannya Pemilwa ini namanya Banwaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum kalo ndak salah kepanjangannya). Biasanya Pemilwa diadakan di akhir tahun, sekitar bukan Oktober-Desember.

Salah satu logo pemilwa UGM; kalau tidak salah Pemilwa tahun 2015


Jadi apa hubungannya Pemilwa dengan partai mahasiswa?
Nah, jadi, kalo lagi Pemilwa nih, setiap partai yang mau ikutan Pemilwa harus melengkapi syarat-syarat tertentu untuk boleh ikutan. Syaratnya apa aja sih? Untuk syaratnya apa saja, biasanya akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) di masa-masa menjelang Pemilwa. Biasanya sih sejenis mengumpulkan sekian ratus KTM anggota partai, terus punya struktur kepengurusan, sudah aktif dalam jangka waktu tertentu, dan masih banyak lagi. Selain ada KPUM, ada juga yang namanya Badan Pengawas Pemilihan Umum (Banwaslu) yang nanti mengawasi berjalannya proses pemilihan umum mahasiswa dan juga mencatat pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Setiap partai yang lolos berhak mengajukan perwakilan untuk nantinya diajukan menjadi Presiden Mahasiswa ataupun Senat Mahasiswa, tetapi biasanya tidak semua partai mengikuti Pemilwa tersebut. Untuk pemilihannya sendiri, nanti dilakukan melalui mekanisme Pemilwa. Kalo belum tau Pemilwa seperti apa, ya mirip Pemilu di Indonesia itu. Setiap mahasiswa aktif UGM memiliki suara dan berhak untuk memilih siapa yang kelak akan menjadi Presma dan Senat.
Eh iya, selain dari perwakilan partai, calon Presma juga bisa maju secara independen atau dengan kata lain bukan wakil dari partai tertentu. Kalau senat, selain dari perwakilan partai, ada juga perwakilan senat univ dari fakultas (duu disebut casenat independen).

Hmm jadi sebenernya waktu Pemilwa tu kita milih apa aja sih?
Jadi yang dipilih itu: untuk tingkat universitas: Presiden Mahasiswa, Senat Mahasiswa Perwakilan Partai dan Senat Mahasiswa Perwakilan Fakultas. Nah, kalo Pemilwa Fakultas diselenggarakan bareng sama Pemilwa Universitas, nanti kita juga bakalan milih: Ketua BEM/LM/LEM (kalau DEMA saya kurang tahu apakah menggunakan mekanisme Pemilwa juga atau menggunakan mekanisme lain) dan Senat atau DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas.

Tahapan Pemilwa
Nanti saat periode Pemilwa bakalan ada masa pendaftaran calon, pelengkapan berkas calon, verifikasi berkas, terus kampanye deh. Nah, waktu masa-masa kampanye ini adalah waktu kamu buat mengenal siapa aja sih calon presma dan senatnya. Biasanya pas masa-masa ini akan ada diskusi-diskusi, kampanye terbuka, baliho-baliho calon, selebaran-selebaran, dan tim sukses-tim sukses yang meramaikan masa-masa kampanye. Dan pastinya, medsos juga bakalan rame sama postingan-postingan tentang calon-calon itu. Setelah masa kampanye selesai, akan ada hari tenang selama beberapa hari untuk pembersihan segala atribut kampanye. Pokoknya di hari itu atribut kampanye harus udah bersih. Setelah itu, barulah akan ada beberapa hari pemungutan suara untuk menentukan pilihanmu. Tentukan pilihanmu sekarang! wkwk *berasa acara TV* 

Pastikan kamu satu di antara yang menggunakan hak suaramu. Memang tidak semua calon baik, tapi pilihlah yang terbaik di antaranya. Daripada kamu tidak menggunakan hakmu, lebih baik gunakan sebaik mungkin. Kalau kamu yakin kamu lebih baik dan lebih bisa berkontribusi dari calon-calon yang ada, cobalah untuk ikut di pesta demokrasi tahun berikutnya.

Terus cara milihnya gimana?
Nah, pasti kan selama kampanye udah ada pengenalan visi misi. Udah ada kenalan, debat, diskusi, dsb juga kaan, yaa jadi saat pemungutan suara ini, waktunya kamu menentukan pilihanmu. Jadi caranya, kamu dateng ke TPS di fakultas atau jurusan masing-masing. Nanti di TPS itu udah ada Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dipegang sama penjaga TPS (yang jaga TPS : anak KPUM Univ, atau Fakultas, atau Banwaslu). DPT apaan sih? Jadi itu daftar pemilih. Isinya ya nama-nama orang yang terdaftar sebagai pemilih di TPS itu. Kalo lingkupnya fakultas ya nama-nama mahasiswa aktif fakultas tsb.

Terus kalo mau milih, biasanya kamu harus bawa identitas diri, biasanya sih KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). KTM dikasih ke penjaga TPS, terus kamu bakalan dapet beberapa surat suara untuk milih capresma, casenat partai, casenat perwakilan fakultas, cakabem  fakultas dan casenat/ca-DPM fakultas. Setelah itu, kamu masuk ke bilik suara dan mencoblos calon yang kamu pilih. Kalau udah selesai milih, masukkan surat suara ke kotak suara yang sesuai. Biasanya ada tulisannya kok, kotak suara mana untuk surat suara mana. Habis itu balik lagi ke penjaga TPS untuk ambil KTM, terus tandai jarimu pake tinta, udah deh, selesai! Ngga ribet kan? Cuma berapa menit paling. Beberapa menit yang akan menentukan satu tahun kepengurusan. Jadi pastikan kamu berpartisipasi!

Di akhir hari, saat TPS ditutup, kotak disegel oleh KPUM disaksikan oleh Banwaslu dan saksi partai agar terjaga keamanannya. Kotak dibawa ke basecamp KPUM untuk diamankan. Esoknya, saat TPS hendak dibuka kembali, segel dibuka. Kemudian kotak disegel kembali saat sudah selesai digunakan.

Habis milih terus ngapain?
Setelah hari pemungutan suara, bakalan ada penghitungan suara. Penghitungan suara diadakan selama beberapa hari dan beberapa tahun terakhir dilakukan di perumahan dosen, tepatnya di B19 (baratnya Masjid Kampus UGM) untuk Pemilwa Universitas dan di Fakultas masing-masing untuk pemilwa fakultas. Untuk suara Universitas, penghitungan biasanya tidak bisa diselesaikan dalam satu hari, mengingat jumlah mahasiswa UGM yang begitu banyak. Biasanya penghitungnnya kurang lebih 3 hari dan dimulai sejak setelah dzuhur (bila weekdays) hingga menjelang subuh hari berikutnya. Untuk weekend, biasanya penghitungan dimulai sejak pagi.

Wah ngantuk dong kak? Yaiyalah. Saya juga pernah merasakan semaleman ngelipetin kertas suara di hari sebelum pemungutan suara dan ngitungin surat suara pas penghitungan suara wkwk. Tapi apasih yang ngga demi melaksanakan pesta demokrasi di UGM? *eaa

Jadi, ada beberapa komponen yang dilibatkan dalam penghitungan suara ini. Saat perhitungan, biasanya KPUM akan membuka beberapa tempat penghitungan diruangan B19. Di masing-masing spot penghitungan, biasanya disyaratkan harus ada 1 anak KPUM, 1 anak Banwaslu, beberapa saksi perwakilan partai, dan perwakilan casenat fakultas bila kotak yang dibuka memiliki casenat perwakilan fakultas. Setelah komponen tersebut ada, penghitungan suara dimulai. Kertas suara dibuka satu-persatu untuk dilihat sah atau tidaknya. Kemudian suara yang masuk dicatat. Wajar lah ya sampai pagi, karena sekian banyak surat suara harus dibuka satu persatu. Biasanya baik saksi maupun panitia membagi shift dengan teman-temannya untuk berjaga bergantian.
Setelah semua surat suara dibuka, akan diadakan perekapan suara yang masuk. Selesai sudah perhitungan suaranya!

Setelah itu, tidak serta merta disahkan. Masih ada mekanisme gugatan untuk yang merasa keberatan dengan hasil yang ada.
Bila memang tidak ada, maka dilanjutkan ke pengesahan maupun pelantikan dari yang telah terpilih. Oh iya, untuk senat perwakilan partai, jumlah kursi masing-masing partai di senat ditentukan oleh jumlah suara yang masuk untuk partai tersebut.

Yap. Selesai sudah kalau sudah dilantik!

Akan tetapi, selesainya pesta demokrasi justru merupakan sebuah permulaan bagi orang-orang yang terpilih untuk melaksanakan amanah dan janji-janji yang telah diucapkan di satu kepengurusan ke depan. Pun begitu dengan yang telah memilih. Silakan mengawal orang-orang yang menjadi wakil kalian di jajaran pemerintahan mahasiswa di UGM.

Kalau tertarik dan ingin merasakan atmosfer perpolitikan di UGM, recommended banget buat daftar KPUM atau Banwaslu deh! Capek sih, kadang ngga tidur gegara ngelipetin kertas suara, atau kadang ke kampus ga pake mandi *ups, atau juga deg-degan tiap malem takut tetiba ada anak partai yang datang menyatroni basecamp wkwk. Tapi serius, worth it pengalamannya. Atau bahkan bisa juga kamu daftar untuk jadi salah satu anak partai. Atau seenggaknya, jadilah pemilih yang cerdas. Jangan sampai notabenenya mahasiswa tapi lebih milih buat golput.

Mengutip kata salah satu tokoh:
"Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, dll, semua tergantung pada keputusan politik."
Disadari atau tidak, keikutsertaan kita akan menentukan kehidupan kita di kampus untuk satu tahun berikutnya. Jadiii, jangan melabeli dirimu sebagai mahasiswa yang ngga peduli politik yak! :D