Jumat, 30 Juni 2017

Masa Mau Menyalahkan Setan?

Ketika bulan dimana setan dibelenggu sudah berlalu, dimulailah bulan baru. Kembali fitri katanya. Senang, bertemu sanak saudara, kawan-kawan lama.

Tapi kemudian, ada yang justru seringkali terlupakan.

Kemanakah tilawah-tilawah bersemangat bulan lalu?
Kemanakah ziyadah-murojaah penuh perjuangan sebulan itu?
Kemanakah solat-solat malam dengan sujud panjang penuh harap akan dikabulkannya doa dan ampunan?
Tidak ingatkah hari-hari terakhir dimana kamu menangis berharap amalmu selama bulan itu diterima?
Tidak ingatkahhari-hari terakhir dimana kamu menangis sedih melihatnya baru akan kembali setelah melewati 11 bulan lagi?

Hari-hari terakhir di bulan itu, ketakutanmu memuncak.

Takut apa yang telah dikerjakan bulan itu tak dapat kamu istiqomahkan 11 bulan ke depan. Takut menjadi orang yang merugi atau bahkan celaka karena hari berikutnya lebih buruk dari hari sebelumnya, bulan berikutnya lebih buruk dari bulan sebelumnya. Takut ketika bertemu dengannya lagi, kamu hanya sanggup mencanangkan target tahun lalumu. Tak ada peningkatan.

Akan tetapi, justru saat memasuki bulan baru, kamu lupa akan segala ketakutan-ketakutanmu di bulan itu. Kamu lupa akan janji pada dirimu untuk mengistiqomahkan amalanmu. Kamu terlena dengan segala macam suasana dan hiruk pikuk bulan baru.

Apa itu yang kamu mau?
Ketika ditanya kenapa, apa iya kamu akan menjawab, "Saat bulan itu, setan dibelenggu, jadi saya bisa maksimal ibadah. Di bulan lain, setanlah yang mnejerumuskan saya hingga saya lalai akan ibadah-ibadah saya."

Dan kemudian timbul pertanyaan besar,
Apa iya itu salah setan?
Ah, bahkan mungkin setan pun tak salah. Dia bahkan telah mendapat ACC untuk menggoda manusia hingga akhir zaman. Maka dia berusaha semampunya untuk melaksanakannya.
Justru kamulah yang patut dipertanyakan. Harusnya kamu mampu melawan. Bukan malah menyalahkan. Ketika setan berusaha semampunya, kamu pun harus berusaha semampumu, sekuat yang kamu bisa untuk menangkal godaannya.

Ah, kamu, manusia selalu begitu. Lebih mudah melemparkan kesalahan daripada mengakuinya.

Masa iya semua ini salah setan?

Lalu apa yang harus kamu lakukan?
Kencangkan ikat pinggangmu. Seburuk-buruk keadaan, mari coba istiqomahkan apa yang telah dilakukan di bulan Ramadhan. Itu adalah seminimal-minimal upaya. Bedanya, kali ini ditambah dengan sedikit bumbu-bumbu godaan setan.
Mungkin akan terasa lebih berat. Tapi patut untuk diperjuangkan.

Yuk bangkit!

*hanya mencoba berdialog dengan diri sendiri*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar