Selasa, 29 November 2016

Little Journey: Venetie van Java #2

Karena terkadang pelajaran terbaik datang dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka

Warna jingga di langit mulai menghilang, pertanda waktu maghrib akan segera berakhir. Aku menengok keluar jendela. Berusaha mencari plang-plang di pinggir jalan untuk mengetahui di mana bis ini berada sekarang. Satu demi satu kuamati, tapi belum ada satu pun yang menerangkan di mana bis ini berada sekarang. Usahaku tak berujung sia-sia. Semarang. Begitu yang tertulis di salah satu papan di antara sekian papan yang ada di pinggiran jalan yang sedang kulewati.

For the first time in forever~
Welcome to Semarang, guys! :D

"Banyumanik persiapan turun, Banyumanik!"

Aku yang diceritakan untuk turun di stasiun Banyumanik langsung beranjak dari dudukku. Menanyakan ke temanku, apakah di sini kami harus turun. Ternyata dia sedang membuka Google Map. Dan di situ digambarkan bahwa terminal yang kami tuju bukan terminal ini, tetapi terminal setelah ini: Terminal Sukun. Aku hanya bisa ber-ooh ria dan kembali duduk di tempat dudukku.

Selang beberapa menit kemudian, Barulah kami sampai di terminal tujuan, Terminal Sukun.
Aku yang tidak biasa bepergian bersama orang lain hanya bisa menatap bingung apa yang temanku lakukan. Bila bepergian sendiri, aku akan langsung bertanya pada orang di sekitar bagaimana cara sampai di tempat yang kutuju. Tapi kali ini lain, aku bersama temanku. Aku hanya bisa mengamatinya. Ia menengok dan berjalan kesana kemari tanpa mengomunikasikan apa yang sedang ia lakukan. Aku menengok jam tanganku. Sudah menjelang isya. Kemungkinan sholat maghrib dan isya-ku akan ku jamak ta'khir mengingat kondisi kami yang masih dalam perjalanan. Akhirnya aku bertanya pada temanku, akan mencari tempat sholat dulu atau melanjutkan perjalanan dulu baru sholat di tempat tujuan.
Tanpa banyak bicara temanku segera menghampiri angkot yang berhenti beberapa meter di depan kami.
Oh baiklah. Kurasa aku bisa menebak bahwa kami akan naik angkot dulu baru pergi ke tempat sholat.
"Pak, ini sampai patung kuda kan ya, Pak?"
"Iya."



Fiks. Kami menaiki angkot tersebut. Kukira perjalanan akan berlangsung lama. Ternyata beberapa menit kemudian kami telah sampai di Patung Kuda -atau beberapa anak menyebutnya Patung Dipo-. Setelah membayar 3000 rupiah per orang, kami bergegas menyeberangi jalan raya dan mengabari teman kami yang berkuliah di Undip.

Seseorang telah menunggu kami di seberang jalan, Dion.
"Diooooon."
Seperti biasa, aku selalu berteriak histeris saat melihat teman-temanku yang sudah lama tidak kutemui. Dion masih seperti biasa, kurus dan tinggi :p

Kami bertiga berbicara ngalor ngidul sambil menunggu kedua teman kami yang lain; yang 'katanya' akan datang menjemput. Duo yang tidak terpisahkan. Si artis kali ini, yaitu yang wisuda, Widy, dan teman sejatinya, Reza. Cukup lama kami menunggu, tapi tak apa, sambil ngobrol bersama teman-teman seperjuangan di PMR Wira Smansa Kebumen.

Tak lama kemudian, mereka berdua datang, dengan motor masing-masing. Sampai di tempat mereka cuma cengar cengir dan menyambut kami yang baru datang.
Bener-bener ga nyangka bakalan ditinggal lulus duluan sama ni bocah -__-
Yaa tapi apa daya, kudu ikhlas karena dia D3.

"Eh kita belum sholat, cari tempat sholat yoo."
"Sipp."

Akhirnya kami menuju ke daerah kampus Universitas Diponegoro. Cukup jauh juga ternyata dari Patung Kuda di depan tadi. Dan jalanan pun cukup macet. Tapi tak apa. Aku selalu menikmati tiap detik waktu yang kuhabiskan dalam perjalananku :)

Untuk pertama kalinya, hari ini aku menginjakkan kakiku di Semarang dan untuk pertama kalinya pula aku menginjakkan kakiku di sini, di Masjid Kampus Universitas Diponegoro. Setelah memarkir motor di halaman, kami beranjak ke tempat wudhu.
O baiklah. Aku perempuan sendiri di sini dan pasti tempat wudhuku berbeda dengan mereka semua.
"Wid, tempat wudhunya di mana?"
"Di sana," katanya sambil menunjuk ke arah timur dengan tidak jelasnya.
"Di mana??" Kataku sekali lagi meminta penjelasan.
Dia kembali menunjuk arah yang sama.
-___- baiklah, sepertinya aku harus mencari sendiri di mana tepatnya tempat wudhu itu berada. Arahan darinya terlalu tidak jelas.

Aku melangkah sendiri ke arah yang Widy tunjuk. Sampai di tempat yang ia tunjuk, terlihat banyak mahasiswa-mahasiswi Undip sedang berkumpul membentuk kelompok masing-masing. Halaman masjid terlihat ramai. Sepertinya banyak kegiatan yang mahasiswa-mahasiswi Undip lakukan di halaman masjid. Masjid ini terlihat begitu ramai dan.... hidup :)

Aku melanjutkan pencarianku
Jadi? dimana tempat wudhu?
Tadinya aku berniat untuk bertanya pada orang, tapi sepertinya mereka semua sibuk. Baiklaah~ aku akan mencarinya sendiri.
Di sebelah kiriku ada tempat wudhu. Inikah?
Aku sempat berpikir 2 kali sebelum masuk. Aku melongok ke dalam. Tidak ada orang.
Duh, harus bagaimana ini? gumamku. Di satu sisi aku tidak tahu itu tempat wudhu laki-laki atau perempuan. Tapi di sisi lain aku ingin bertanya bingung bertanya pada siapa karena semua terlihat sibuk berdiskusi.
Akhirnya kuputuskan untuk wudhu di tempat itu. Saat aku selesai, beberapa anak laki-laki hendak berwudhu.
Fiks! Salah tempat wudhu. Untunglah aku sudah selesai berwudhu. Aku segera beranjak dan mencari di mana perempuan sholat. Tidak peduli apa yang mereka pikirkan kenapa ada perempuan di tempat wudhu laki-laki.
Kesalahan keduaku adalah, aku tidak bertanya di mana tempat perempuan sholat -__-
Hmm, sepertinya di atas. Aku pun segera mencari tangga untuk naik.

Benar. Perempuan sholat di lantai 2. Di lantai ini terlihat banyak mahasiswi membuat kelompok-kelompok melingkar. Entahlah, sepertinya mereka mengaji atau sedang belajar kelompok. Karena sebagian terlihat ada membawa buku materi dan sebagian terlihat ada membawa Al-Qur'an.
Aku segera mengenakan mukena dan sholat pada tempat yang digelarkan sajadah. Setelah itu, aku turun dan bersegera untuk menemui teman-temanku.

Di jalan turun itu, aku menemkan apa yang aku cari tadi, tempat wudhu wanita. 
Oh baiklaaah, aku sudah terlanjur salah -__-
Aku kembali melewati kerumunan orang di halaman dan menuju ke tempat parkir motor. Di sisi timur dari tempat wudhu laki-laki tadi. Aku baru menemukan tulisan tersebut. Tempat wudhu laki-laki -__-

Sebelum beranjak dari masjid kampus, aku menghubungi temanku yang perempuan. Ternyata ia sedang mengerjakan tugas jadi tidak bisa menemani. Okay. Jadilah kami melanjutkan perjalanan tanpa menunggui temanku yang perempuan. Dan karena yang punya hajat temanku, jadi aku mengikuti mereka saja hendak kemana.

Kami sampai di tempat tujuan awal. Dann... sepertinya saya salah tempat -__-
Ini kontrakan cowo, bro -,-
Temanku yang lain beranjak ke dalam dan aku hanya di halaman depan. La masa iya aku masuk ke dalam (?)
Dion dan Amad menemaniku di luar. Sepertinya Widy hendak mengajak anak-anak kontrakan yang notabenenya anak-anak Kebumen untuk ikut makan bersama.

7 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Baiklaah -__-
Aku sudah terlalu lelah untuk mencari teman. Kami pun beranjak ke tempat makan yang berada tidak terlalu jauh (menurutku) dari kontrakan mereka. Tentu saja ukuran tidak terlalu jauh adalah bila ditempuh dengan menggunakan motor.
"Pesen apa nih?"
Satu per satu mulai menyebutkan pesanannya.
"Nasi goreng jawa aja," kataku
"Yaah, Kom, masa jauh-jauh ke Semarang makannya nasi goreng jawa?" kata Yulian
"Yaudah deeh. Manut kalian wes makan apa. Yang recommended opo wes?"
"Hmm nasi goreng padang sini enak."
"Yoo yoo. Manut aku."
Sebenarnya aku masih berpikir apa korelasinya dia melarang memesan nasi goreng jawa tapi menyarankan nasi goreng padang karena aku sudah jauh-jauh ke Semarang (?) Adakah hubungan antara nasi goreng padang dan Semarang (?) Entahlah. Itu masih menjadi misteri hingga saat ini.
Akhirnya setelah semua memesan, Widy beranjak mengantarkan daftar pesanan ke petugas di sana.

Sembari menunggu, kami bercerita banyak. Tentang kuliah kami masing-masing, tentang Widy yang wisuda, dan tentang Yulian yang ternyata sudah meraih gelar S1nya sebelum Widy dan sekarang ia sedang bersiap untuk co ass. Entahlah, terlalu banyak cerita yang terlewat ketika kita sudah lama tidak membersamai teman-teman kita. Bagiku yang senang mendengarkan cerita orang, momen seperti ini selalu menarik.

Makan dan berbagi cerita dengan teman. Sederhana, tapi entah kenapa bagiku sangat menyenangkan untuk dilakukan :)

Sebelum makan selesai, aku menghubungi teman perempuanku, Novi, untuk menanyakan di mana tempat tinggalnya di Semarang. Setelah mendapat arahan yang jelas dan makan pun telah selesai dilaksanakan, kami beranjak dari tempat kami masing-masing. Makan kali ini disponsori oleeh *jeng jeng jeng*...... Widyy *yeey* wkwk #alaymode
Ya hitung-hitung syukuran atas kelulusan. Toh habis ini mungkin akan sulit untuk bertemu dengan jumlah yang sebanyak ini. Hiks. Jadi sedih :'

Aku diantar oleh salah satu teman menuju tempat Novi. Untunglah tempatnya tak terlalu sulit dicari. Sebelum teman yang mengantar beranjak, aku tiba-tiba teringat sesuatu. Hadiah yang sudah kubungkus untuk artis hari ini belum kuberikan. Baiklah. Akhirnya kutitipkan saja kado itu pada si pengantar :3
Belum lama kami berada di luar, Novi menghampiri dari arah seberang tempat kami memberhentikan motor.

Waah entah kapan terakhir kali aku melihat Novi. Saat lulus SMA mungkin (?)
Setelah aku berterima kasih pada teman yang mengantarkan dan dia pulang, aku dan Novi beranjak ke dalam. Lama aku tidak melihat kos-kosan. Dua tahun terakhir aku tinggal di asrama, bersama ke 31 orang kawan. Setelah itu aku mengontrak bersama beberapa orang dari mereka. Jadi rindu kosan lama yang penuh dengan tempelan gambar-gambar di tiap sudutnya :')

Novi dan aku mengobrol banyak, tentang kuliah, tentang pengalaman hidup setelah SMA, dan tentang rencana apa yang akan kami lakukan esok hari. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat dan Novi kembali mengerjakan tugasnya.

Cerita hari itu memang berakhir di situ, tapi ada satu momen yang menyadarkanku.
Bila ada yang mengatakan,
Allah tidak menjadikan sesuatu terjadi tanpa arti,
Allah tidak akan mempertemukan kita dengan seseorang bila tidak untuk saling mempelajari dan menasihati,
maka aku mempercayainya.
Dipertemukan dengan teman lama,
Mendengarkan mereka berbagi cerita,
Dan melihat keseharian mereka
Membuatku tersadar.

Ada yang hilang dari diri, dari keseharianku.

Di saat aku masih terlihat terlelap, Novi beranjak. Menuju tempat wudhu dan mengerjakan sholat tahajjud.

Aku terdiam.

Allah selalu memiliki jalan untuk menegurku. Menegurku yang memang saat berangkat ke Semarang, berada dalam keadaan futur. Aku kembali teringat betapa tentramnya hati ketika bermunajat pada-Nya di sepertiga malam terakhir. Aku seolah tersadarkan, inilah yang hilang dariku. Inilah yang aku cari. Rasa selalu ada yang kurang akhir-akhir ini. Rasa was-was yang membuntuti. Mungkin karena aku mulai menjauh dari Ilahi. Aku hanya bisa termenung dan terdiam.

Selepas Novi selesai melaksanakan sholatnya. Aku pun beranjak dari tempat tidur. Bergegas menambil air wudhu. Tak sabar ingin bermunajat pada-Nya.

 ***

Ya, Allah selalu tahu.
Allah selalu tahu apa yang terbaik yang harus kulakukan.
Allah selalu tahu kemana kaki ini harus melangkah.
Allah selalu tahu, bahwa aku belajar lebih baik dari kisah dan teladan, bukan dari nasihat dan ceramah yang dilontarkan.

Dan mungkin kali ini, pergi ke Semarang, bertemu teman-teman SMA, dan bertemu Novi adalah salah satu cara-Nya untuk menyadarkanku.

Bahwa Ia masih peduli padaku :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar