Syahadat
merupakan gerbang awal seseorang masuk ke dalam agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad
utusan Allah. Kalimat yang begitu mudah diucapkan. Semua orang pasti bisa
bila hanya mengucapkannya. Akan tetapi bukan pengucapan saja yang diperlukan.
Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk melaksanakannya. Syahadat bukan sekadar
diucapkan, tetapi diyakini dalam hati dan diterapkan dalam perbuatan. Begitu
dalam makna yang terkandung dalam kalimat yang terangkai sederhana tersebut.
Akan tetapi, ada satu hal yang harus kita tahu. Setelah kita mengucapkan
syahadat dan tidak berkomitmen untuk melaksanakan syahadat tersebut akan ada
saat dimana syahadat yang kita ucapkan itu dianggap batal.
Syirik,
ilhad, dan nifaq. Tiga hal yang dapat membatalkan syahadat. Saat dimana ibadah yang kita lakukan bukan
hanya untuk Allah semata, itulah saat dimana kita disbut syirik. Baik disengaja
maupun tidak, hal itu tetap disebut syirik. Syirik akan terjadi ketika kita
berlebihan dalam menyukai sesuatu sampai-sampai mengkultuskannya. Dan kecintaan
berlebihan ini sudah dapat kita lihat dalam masyarakat kita sendiri. Ada
golongan yang begitu cintanya pada Nabi SAW hingga seolah-olah Nabi adalah
Tuhan baginya. Astaghfirullah. Padahal
Nabi adalah sama seperti kita, makhluk-Nya. Kecintaan yang sampai mengkultuskan
Nabi ini tentulah menyebabkan kedzaliman yang besar dan mencabik persatuan umat
Islam. Cahaya fitrah yang ada pada dirinya padam dan amal-amalnya dihapuskan.
Sungguh merugi orang yang berlaku syirik kepada Allah. Bagaimana bisa kita umat
Islam yang telah bersaksi dengan membaca syahadat mengingkari ucapannya akibat
perbuatan syirik. Apakah kita hendak mengingkari ucapan kita sendiri kepada
Allah?
Ilhad.
Ilhad sendiri dapat berupa meragukan keberadaan Allah serta berbuat dzalim.
Ilhad berbeda dengan kafir. Orang yang kafir sama sekali ingkar kepada Allah,
sedangkan orang yang ilhad mengingkari sifatnya. Ketika kita telah bersyahadat
tentulah tidak mungkin kita mengingkari sifat-sifatnya. Ketika kita beriman
kepada Allah, kita akan mengimani sifat-sifatnya juga.
Hal
ketiga yang membatalkan adalah nifaq/munafik. Hanya beriman di mulut saja,
hatinya tidak. Dan hal ini bukanlah hal yang jarang di masyarakat. Ada orang
yang malas ketika solat dan tidak ada satupun orang yang melihat. Akan tetapi
ia menjadi rajin solat saat berada di hadapan banyak orang, seolah-olah ingin
menunjukkan, inilah aku, sang ahli ibadah. Dan mereka tidaklah menyebut nama
Allah melainkan sedikit sekali. Serta mereka enggan menafkahkan harta mereka.
Padahal syahadat ibarat kita telah berbaiat kepada Allah. Apakah pantas orang
yang telah berbaiat kepada Allah tapi setengah-setengah melakukan ibadah
kepada-Nya? Enggan untuk menafkahkan harta di jalan-Nya?
Sebagai orang yang mengaku ber-Islam, marilah
berintrospeksi.Sudahkah syahadat kita baik? Atau malah syahadat
kita sudah batal dan tidak diterima oleh Allah? Marilah kita bersyahadat
kembali, dengan sadar dan sepenuh hati. Niatkan bahwa setelah ini, kita akan
lebih berhati-hati lagi dalam bertindak dan berfikir. Niatkan bahwa setelah
syahadat ini, kita benar-benar akan memberikan segala yang ada pada diri kita
untuk Allah dan menghamba kepada-Nya semata.
Kajian Islam Pekanan 13 Oktober 2014 bersama Mba Rizkia Nurinayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar