Senin, 29 Desember 2014

Manisnya Iman :)

Manisnya iman. Mungkin dalam hati kita bertanya, bagaimanakah yang disebut dengan manisnya iman. Manisnya iman akan membuat kita merasakan nikmat dalam ketaatan dan nikmat dalam menanggung beban. Sangat berat bukan? Bagaimana bisa menanggung beban dirasa nikmat?
Namun ternyata, jawaban dari semua itu hanyalah satu, cinta. Ketika mencintai sesuatu, kita akan menjalankannya dengan ikhlas. Rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lah yang perlu kita tumbuhkan bila kita ingin merasakan manisnya iman. Cinta akan menghasilkan sikap ridho. Inilah yang akan melahirkan kenikmatan dalam ketaatan dan kenikmatan dalam menanggung beban.  Ketika kita merasakan nikmatnya ketaatan, maka kita akan merasakan nikmatnya beribadah kepada-Nya. Ketika kita merasakan nikmatnya menanggung beban, maka kita akan merasakan nikmat dalam menanggung amanah yang diberikan pada kita. Seberapapun amanah yang diembah oleh kita akan kita selesaikan dengan sebaik-baiknya. Namun, bila kita masih merasa berat untuk beribadah dan lelah menerima segala macam amanah, maka mungkin kita belum termasuk orang-orang yang dapat merasakan manisnya iman. Bisa jadi kita belum termasuk orang-orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya dengan sepenuh hati. Memang bukan hal yang mudah untuk menumbuhkan rasa cinta itu. Rasa dimana jalan dakwah yang susah menjadi indah. Rasa dimana kecintaan pada Allah lebih ia sukai daripada dunia. Akan tetapi, bukan hal yang mustahil untuk menumbuhkan rasa cinta itu. Yang harus kita lakukan adalah menjaga kualitas iman kita. Kita harus cepat sadar ketika keimanan dalam diri kita menurun. Segera perbaiki amalan dan niatan kita untuk Allah. Tetaplah jaga rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena dengan itulah ketaatan pada-Nya dan menanggung beban akan terasa nikmat. Karena dengan cinta itulah manisnya iman akan terasa nyata. 

Kajian Islam Pekanan
Yogyakarta, 12 November 2014

Bahaya Lisan

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah Ia berkata baik atau diam.”
Begitulah bunyi sepotong hadis yang sudah akrab di telinga kita. Berkata baik atau diam. Sederhana, hanya berbicara menegenai menjaga lisan, tetapi kebanyakan orang masih sulit untuk mengerjakannya. Bahkan ada pula perkataan bahwa tiada akan lurus seorang hamba sebelum lurus hatinya dan tiada akan lurus hatinya sehingga lurus pula lisannya. Begitu hebat lisan berpengaruh dalam diri dan kehidupan kita. Hingga kita sadari atau tidak, terlalu banyak yang sia-sia lisan kita lakukan; ucapan yang tidak berguna, berbicara berlebihan tanpa diimbangi dzikir, ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat, debat kusir, berlebih-lebihan dalam menuntut haknya, bersenda gurau, ucapan yang menyakitkan, melaknat, bernyanyi dan bersyair, berfasih-fasih dalam berbicara untuk mencari perhatian orang, membocorkan rahasia, berdusta dalam perkataan, janji, dan sumpah, membicarakan orang lain, sanjungan yang menjerumuskan, menceritakan aib orang, serta bertanya yang memberatkan untuk yang menjawab.
Lalu, bagaimanakah kita dapat menjaga diri kita dari segala kesia-siaan lisan tersebut? Caranya sederhana saja, cukup jaga lisan kita dari kata-kata yang tidak baik dan menjaga mulut kita agar tidak dimasuki makanan yang haram. Kata-kata menjaga lisan sudah sering kita dengar. Akan tetapi, sudahkah kita mengamalkannya? Sudahkah kita menjadi satu dari segelintir orang yang mampu memelihara tetangganya dari lisan kita? Perubahan mungkin tidak bisa langsung terjadi secara instan. Mungkin kita dapat memulainya dengan hal-hal yang kita bisa; mengurangi bercanda yang tidak perlu, berbicara seperlunya, memikirkan baik-baik sebelum mengkritik atau memuji orang. Sederhana bukan? Mari kita terapkan. Perlahan tapi pasti. berubah sedikit daripada tidak sama sekali. Dan mulailah dari sekarang, karena perubahan tidak akan terjadi jika tidak ada yang memulai untuk melakukan.

Kajian Islam Pekanan
Yogyakarta, 8 Desember 2014

Minggu, 02 November 2014

1 23 59, Inilah Awal Bulanku

Mungkin kalian mencoba menerka angka apa yang ada di bagian teratas artikel ini. Sebuah sandi mungkin? Atau suatu misteri alam yang tidak terpecahkan oleh ilmuwan-ilmuwan terjenius sekalipun? Kalau kalian berpikir begitu mungkin kalian adalah orang yang terlalu berpikir kritis dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam. Itu bukanlah sandi ataupun kode rahasia agen intelejen tertentu. Angka-angka itu memang bukan angka sembarangan, tetapi cobalah perhatikan dengan seksama, angka 1 menunjukkan tanggal, 23 menunjukkan jam, dan 59 menunjukkan menit. 1 23:59. Sederhana kan? :) Menurutku tidak semua yang ada di dunia ini harus dipikirkan dengan sangat, ada beberapa hal yang mungkin akan menjadi lebih baik jika kita hanya menganggapnya selingan belaka.
Lalu apa istimewanya tanggal dan jam tersebut?
Mungkin bagi kalian, waktu itu tidak istimewa. Akan tetapi, bagi kami, tanggal itu menentukan segalanya. Seharian kami -lebih tepatnya aku- akan berkutat di depan laptop dan mengetik tanpa henti. Benar-benar hari yang melelahkan sekaligus menentukan. Ya benar, tanggal itu sangat menentukan apakah kami akan mendapatkan biaya hidup kami sebulan kelak dan bagaimana kelanjutan kehidupan kami beberapa bulan kedepan. Bagaimana bisa? Jelas bisa. Tanggal dan jam dimana kami harus sudah mengupload tugas bulanan asrama kami. Bagi orang deadliner sepertiku, mengupload tugas tepat waktu bisa dibilang bukan perkara yang dapat dikatakan mudah. Akan tetapi, sekarang, esok, dan selanjutnya, aku selalu berusaha memperbaiki diriku dan terus mencoba tepat waktu dalam mengumpulkan segala tugas asrama. Sebenarnya orientasiku bukanlah uang bulanannya. Memang aku butuh uang, tetapi ibaratnya, tanpa uang itu pun aku masih dapat hidup. Aku masih menerima uang dari orang tuaku yang masih dapat mencukupi kebutuhanku sebulan ke depan. Akan tetapi, bukan uang itu yang aku pikirkan. Aku berpikir bagaimana nasibku kelak jika aku tidak bersungguh-sungguh mengerjakan segala sesuatu di asrama ini.  Aku sadar, asrama ini adalah impianku sejak dulu. Ya, sejak aku duduk di bangku SMA, asrama ini selalu ada dalam setiap harap dan doaku. Sekarang, setelah aku berhasil bergabung di dalamnya, akankah aku begitu saja seperti melepasnya tanpa berusaha mempertahankannya? Tentu tidak bukan.
Ini adalah mimpiku, dan aku akan mempertahankannya. Doakan aku kawan. Doakan aku agar aku dapat bertahan di tengah segala hal yang terjadi dalam hidupku. Semoga aku dapat bertahan dan banyak memetik hikmah dari asrama ini 2 tahun ke depan. Bismillah :)

Hal-hal yang Membatalkan Syahadat

Syahadat merupakan gerbang awal seseorang masuk ke dalam agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat yang begitu mudah diucapkan. Semua orang pasti bisa bila hanya mengucapkannya. Akan tetapi bukan pengucapan saja yang diperlukan. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk melaksanakannya. Syahadat bukan sekadar diucapkan, tetapi diyakini dalam hati dan diterapkan dalam perbuatan. Begitu dalam makna yang terkandung dalam kalimat yang terangkai sederhana tersebut. Akan tetapi, ada satu hal yang harus kita tahu. Setelah kita mengucapkan syahadat dan tidak berkomitmen untuk melaksanakan syahadat tersebut akan ada saat dimana syahadat yang kita ucapkan itu dianggap batal.
Syirik, ilhad, dan nifaq. Tiga hal yang dapat membatalkan syahadat.  Saat dimana ibadah yang kita lakukan bukan hanya untuk Allah semata, itulah saat dimana kita disbut syirik. Baik disengaja maupun tidak, hal itu tetap disebut syirik. Syirik akan terjadi ketika kita berlebihan dalam menyukai sesuatu sampai-sampai mengkultuskannya. Dan kecintaan berlebihan ini sudah dapat kita lihat dalam masyarakat kita sendiri. Ada golongan yang begitu cintanya pada Nabi SAW hingga seolah-olah Nabi adalah Tuhan baginya. Astaghfirullah. Padahal Nabi adalah sama seperti kita, makhluk-Nya. Kecintaan yang sampai mengkultuskan Nabi ini tentulah menyebabkan kedzaliman yang besar dan mencabik persatuan umat Islam. Cahaya fitrah yang ada pada dirinya padam dan amal-amalnya dihapuskan. Sungguh merugi orang yang berlaku syirik kepada Allah. Bagaimana bisa kita umat Islam yang telah bersaksi dengan membaca syahadat mengingkari ucapannya akibat perbuatan syirik. Apakah kita hendak mengingkari ucapan kita sendiri kepada Allah?
Ilhad. Ilhad sendiri dapat berupa meragukan keberadaan Allah serta berbuat dzalim. Ilhad berbeda dengan kafir. Orang yang kafir sama sekali ingkar kepada Allah, sedangkan orang yang ilhad mengingkari sifatnya. Ketika kita telah bersyahadat tentulah tidak mungkin kita mengingkari sifat-sifatnya. Ketika kita beriman kepada Allah, kita akan mengimani sifat-sifatnya juga.
Hal ketiga yang membatalkan adalah nifaq/munafik. Hanya beriman di mulut saja, hatinya tidak. Dan hal ini bukanlah hal yang jarang di masyarakat. Ada orang yang malas ketika solat dan tidak ada satupun orang yang melihat. Akan tetapi ia menjadi rajin solat saat berada di hadapan banyak orang, seolah-olah ingin menunjukkan, inilah aku, sang ahli ibadah. Dan mereka tidaklah menyebut nama Allah melainkan sedikit sekali. Serta mereka enggan menafkahkan harta mereka. Padahal syahadat ibarat kita telah berbaiat kepada Allah. Apakah pantas orang yang telah berbaiat kepada Allah tapi setengah-setengah melakukan ibadah kepada-Nya? Enggan untuk menafkahkan harta di jalan-Nya?
Sebagai orang yang mengaku ber-Islam, marilah berintrospeksi.Sudahkah syahadat kita baik? Atau malah syahadat kita sudah batal dan tidak diterima oleh Allah? Marilah kita bersyahadat kembali, dengan sadar dan sepenuh hati. Niatkan bahwa setelah ini, kita akan lebih berhati-hati lagi dalam bertindak dan berfikir. Niatkan bahwa setelah syahadat ini, kita benar-benar akan memberikan segala yang ada pada diri kita untuk Allah dan menghamba kepada-Nya semata.

Kajian Islam Pekanan 13 Oktober 2014 bersama Mba Rizkia Nurinayanti

Minggu, 06 Juli 2014

Why UGM? --> User, UB

Ah, aku ingat kenapa aku memilih UGM! :D

Semua orang punya alasan kenapa milih univ itu lah, ini lah. Biasanya karena di univ itu banyaaak teman daerahnya yang mendaftar, atau di kota rantau ada keluarganya, atau ber-ribu bahkan berjuta alasan lainnya. Dan aku ingat kenapa dulu aku pilih UGM. Yaa, walaupun kalo diingat-ingat ternyata alasanku itu sedikit menyimpang (?).

Alasanku ituu...
Karena di UGM ada UKM yang membuat aku tertarik! (lohh?? Mau sekolah atau mau organisasian buu? :o)

Yaa, emang sih kita ke univ buat cari ilmu, buat sekolah, tapi entah kenapa waktu aku milih-milih univ, yang aku liat adalah UKM atau Organisasi atau kegiatan kemahasiswaannya. Kenapa? Karena aku pikir sekolah dimanapun toh ilmunya ga beda jauh paling, tapi kegiatan di masing-masing univ itu beda-beda. Gitu pikirku :3

Dan UKM yang berhasil menarik aku untuk masuk UGM adalah Unit Berkuda, Unit Seni Rupa, dan Unit Selam! :D

Waktu udah bener-bener kesampaian masuk UGM, aku cari ketiga unit itu di Gelanggang Expo. Wah, yang namanya Gelex itu rame loh, berbagai UKM kumpul jadi 1, seruuu! Yang menarik perhatianku waktu gelex ituu Unit Berkuda (ya iyalah :3), Unit Selam (tapi ga jadi mampir, habis ga bisa renang dan aku baca persyaratannya bisa renang 200m -_-), dan satu unit atau komunitas yang tak terduga, Gamabunta. Kalo Gamabunta itu kaya tentang Jepang-Jepang gitu deh. Kepingin ikut sih sebenernya, tapi kok ya udah kebanyakan kegiatan -_- (sekarang sih jadi agak nyesel gitu kenapa ga daftar, tapi yaudahlah yaa). Nah, akhirnya yang aku daftar lewat Gelex cuma Unit Berkuda. Unit Seni Rupa aku cari-cari di Gelex sampe muter-muter ga nemu-nemu. Dan waktu tanya Unit Seni Rupa ke stand-stand UKM lain, mereka juga gatau standnya dimana. Walaupun kecewa ga bisa nemuin itu stand, akhirnya aku pulang.

Dan baru baru ini, ada berita gembira! (bukan kulit manggis kini ada ekstraknya loh yaa -_-) Berita gembira itu tertempel di papan pengumuman BEM. Unit Seni Rupa (User) ngadain oprec, yuhuuuu *akhirnya setelah menanti hampir 1 tahuun* :3 Karena aku ga dibolehin daftar FSRD atau yg berbau seni gitu, jadi aku rasa aku pengin banget ikut sesuatu yang ada kegiatan seninya gitu :D Jadilah aku langsung hubungin CP dan langsung tergabung jadi anggota User. 

Seneng??
Seneng dong ya, kan masuk User udah aku rencanain dari SMA, jelas aja seneng waktu itu jadi kenyataan. 
Kalo sekarang gimana, setelah jadi anggota User dan merasakan manis-asin-pahitnya? *halah hahaha*
Aaaaa, jangan ditanya deh, seneng banget, semua orang di User itu nyenengin banget, ga nyesel deh masuk User \>,</

Eh ngomong-ngomong gimana kabar Unit Berkuda?
Hmm, sedih sih sebenernya. Impianku dari SMA buat masuk Unit Berkuda akhirnya kesampaian di semester 1. Seneng banget waktu itu, lulus tes wawancara sama tes kandang. Tapi waktu awal-awal semester 2, bener-bener susah waktunya. Jadwal latiannya pagi/sore, sedangkan pagi ada kelas dan sore ada praktikum banget/ asistensi banget yang ga bisa di skip. Jadi ya dengan sangat terpaksa dan berat hati aku ngelepas UB. Huhuhu, sedih :' Sampe sekarang masih kebayang-bayang kuda yang dulu sering kita mandiin bareng-bareng temen UB dan Mang Ade. Ah jadi kangen UB :') Pengen balik sih sebenernya, tapi aku ga yakin aku bisa diterima balik setelah ninggalin kegiatan dan latian UB sekian lama. Atau seenggaknya aku pengen nengok sih, tapi aku ga enak aja ke kandangnya. Ah, galau. Berharap bisa nengok ke kandang buat sekedar say hi atau nengok kuda sih. Semoga aja bisa ya. :'
Yaudah sih, jadi sedih aku inget UB. Tapi yaudahlah ya, aku susah atur jadwal latian dan susah bayar bulanannya juga. Jadi ya ikhlasin aja yah hehe

Apa yang kita mimpikan ga selalu berakhir persis kaya mimpi kita, kadang bisa lebih baik, kadang bisa lebih buruk. UB sama User sama sama mbawa kenangan baik kok. Cuma ya emang kerasa banget paitnya keluar dari UB, nyesek. Aku harap satu alasanku lagi untuk masuk UGM, User, bisa aku pegang terus dan bisa terus konsisten di situ. Semoga saja yaa, semangat! :D

Kurnia Istiqomah
Yogyakarta, 6 Juli 2014

Sabtu, 05 Juli 2014

FKG UGM

Entah kenapa, pilihanku dulu saat SNMPTN jatuh pada FKG UGM. Yah, setelah dibingungkan dengan Astronomi ITB, FKH UGM, FKH IPB, Faperta UGM, Farmasi Unpad, Farmasi UGM, Farmasi ITB (loh kok farmasi semua? haha, tau nih :p), akhirnya pilihan pertama jatuh ke FKG UGM.

Nyangka? Ngga nyangka banget, karena aku emang ga suka berhadapan sama yang namanya manusia. Aku lebih suka berhadapan sama hewan atau tumbuhan. Tapi apa mau dikata, takdir berkata lain dan akhirnya aku jadi mahasiswi FKG UGM 2013. Mau ngulang ke fakultas atau univ lain kok ya males gitu ospek lagi dengan seabrek tugas yang taun lalu aja bikin enek -__-

Jadi mantapkan saja hati di FKG ini. Dan karena emang dasarnya aku suka kimia-fisika tapi malah ketemu biologi bangeet, jadilah aku rada-rada bingungan karena disini hafalan banget (yaa walaupun semester 1 ada matkul Fisika sama Kimia sih..). Buat aku yang suka dengan pelajaran 1/2 hafalan 1/2 hitungan, hafalan banget itu termasuk hal yang suaaangat menantang. Tapi hitungan doang juga ga kuat sih hehe. Proporsiku emang 1/2 hafalan 1/2 hitungan, susah diganggu gugat.

Itu sih kesan pertama di FKG, untuk kesan selanjutnya, simak nanti yaa... :D

Hati VS Pikiran

Apa sih yang akan kamu lakukan saat orang yang kamu kagumi mengajakmu berjabat tangan? Langsung menyambut tangannya? Atau malah sekalian minta tanda tangan?

Mungkin itu reaksi yang spontan saat orang bertemu dengan seseorang yang ia kagumi. Ya, itu juga yang aku rasakan. Apalagi ketika orang itu dengan ramahnya mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ingin rasanya menyambut tangan itu. Itu kata hatiku.
Tapi...ketika orang yang kita kagumi adalah lawan jenis kita, bukan mahram, dan ia mengajak bersalaman, akankah kita menyambut tangan itu? Dilematis memang. Mungkin bagi sebagian orang iya, tapi ada juga sebagian orang yang berkata tidak. Aku termasuk yang berkata tidak. Kecewa kah ketika tidak dapat berjabat tangan dengan orang yang kamu kagumi? Jawabku: "IYA, sangat". Itu kata hatiku. Ya jelas saja kecewa. Bayangkan saja, orang yang kamu kagumi ada di hadapanmu, bahkan mengajakmu berjabat tangan, tapi kamu menolaknya, malah menangkupkan kedua tanganmu. Berat melakukannya. Tapi ketika aku berpikir, tidak menjabat tangannya adalah hal yang terbaik. Aku pernah mendengar: "Lebih baik" ditusuk dengan besi panas daripada bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Aku jadi berpikir ulang, apakah sebegitu berat hukuman bagi yang bersentuhan/bersalaman dengan yang bukan mahramnya? Bahkan disitu dikatakan "lebih baik" ditusuk besi panas? Aku membayangkan ditusuk besi panas saja sudah sakitnya minta ampun, padahal itu dianggap lebih baik daripada bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. Entah, aku tidak bisa membayangkan separah apakah hukum jika bersentuhan dengan yang bukan mahram.

Sebenarnya di satu sisi aku kecewa saat aku tak bisa bersalaman dengan orang yang aku kagumi, tetapi aku juga tidak akan sanggup ketika menerima hukuman yang lebih berat dari ditusuk besi panas "hanya" karena bersalaman dengan orang yang aku kagumi tetapi bukan mahramku.

Aku; Keluarga Baru :)

Di penghujung semester yang hendak mencapai semester baru, aku mendapat keluarga baru. Sebuah keluarga yang entah keluarga ke-berapa-ku. Keluargaku kali ini sangat berbeda dari keluarga-keluargaku yang sebelumnya; yang mengedepankan nilai-nilai keagamaan. Keluargaku kali ini sangat terasa kekeluargaannya, kebersamaannya, saling menerima satu sama lainnya, walaupun kami berlatar belakang jurusan, angkatan, maupun kepercayaan yang berbeda, walaupun kami bukan berasal dari keluarga dan daerah yang sama.

Ya, kami adalah kumpulan orang-orang yang berbeda yang terkumpul karena sebuah kesamaan. Kami menyukai kesamaan itu, membuat perbedaan-perbedaan itu tak masalah buat kami. Perbedaanlah yang membuat keluarga ini semakin rekat.

Aku menyukai keluarga baruku ini, sangat. Aku merasa semua orang di keluarga ini tak pernah menjatuhkan antar anggota keluarga, tak pernah meninggalkan anggota lainnya, tak menuntutku untuk harus bisa ini, harus bisa itu, dan segala hal yang tak aku sukai. Di sini kami semua bisa bebas mengekspresikan diri, bebas melakukan hal-hal yang aku sukai. Ketika ada yang ingin belajar hal baru, cukup sampaikan saja dan semua akan mempertimbangkannya. Semua orang berhak berpendapat dan menyampaikan usulannya. Tak ada yang pernah dianggap salah. Semua hanya perlu dibicarakan bersama, menyusun kegiatan bersama, dan menjalaninya bersama.

Aku sangat menyukai keluarga ini. Aku rasa ini keluarga yang paling membuatku nyaman setelah keluargaku sendiri; membuatku paling nyaman di antara keluarga organisasiku yang lain. Ku harap, aku bisa selalu jadi bagian dari keluarga ini dan aku juga berharap agar keluarga ini bisa selalu menerimaku sampai kapanpun :)
Terima kasih telah menerimaku menjadi anggota keluarga USER -Unit Seni Rupa- :)

Rabu, 11 Juni 2014

Waktu dan Diriku

Dulu aku membaca suatu cerita yang membuatku berkata "kelak aku tak akan seperti ini".
Yang aku ingat, ada seorang anak yang orang tuanya sangat sibuk bekerja sampai-sampai tak pernah bermain bersama anaknya. Orang tuanya selalu berkata bahwa mereka bekerja untuk mendapatkan uang untuknya. Suatu kali, anak itu bertanya berapa gaji orang tuanya dan disebutkan jumlahnya sekian. Dan tanpa diduga, suatu hari, sang anak menyodorkan uang kepada orang tuanya dan berkata, "Ini uang yang telah aku tabung, cukupkah ini untuk membeli 1 jam saja waktu Ayah dan Ibu untuk bermain denganku?"
Ya Allah, dulu, saat aku membaca cerita ini aku rasanya sedih, sebegitu sibuk kah orang tua tersebut sampai bermain dengan orang tuanya pun tak bisa. Sebegitu sibuk kah? Batinku.
Akan tetapi, sekarang kenyataan pada cerita itu berbalik padaku dengan keadaan yang berbalik pula.
Suatu ketika, orang tuaku tiba-tiba menjengukku di tanah rantau. Senang? Jelas. Sudah tentu berkumpul bersama keluarga itu menyenangkan. Tetapi saat itu aku ingat bahwa besoknya aku ada janji pada pagi hari dan acara organisasi di siang hari serta kajian di sore hari. Saat itu aku bingung besok harus bagaimana tetapi belum kuutarakan. Esoknya, orang tuaku mengajakku pergi ke luar. Aku bingung. Aku ceritakan bahwa aku ada janji. Mereka berkata, yasudah sesudah itu. Aku pun menyambung lagi, setelah itu ada acara organisasi. Mereka berkata lagi, yasudah, sesudah itu. Aku pun menambahkan lagi, setelah itu aku ada kajian. Sebenarnya aku merasa bersalah mengatakan itu, tapi itulah kenyataannya. Setelah aku bilang begitu, ibuku berkata dengan nada entah kecewa entah marah, "Yaudahlah Pak, ayo kita pulang aja, la wong yang dijengukin aja malah pergi. Udah disempetin njenguk malah yang dijenguk pergi."
Ya Allah, saat itu aku merasa sangat bersalah. Iya benar, orang tuaku menyempatkan diri untuk menjenguk tapi malah aku sibuk dengan seabrek kegiatan lain. Ya Allah, aku merasa seperti anak tidak berbakti yang bahkan tidak mempunyai waktu untuk orang tuaku sendiri :'(
Saat itu aku teringat akan cerita anak kecil tadi, yang bahkan aku sendiri sudah bertekad tak akan menjadi orang seperti itu. Haruskah orang tuaku membeli waktuku untuk bisa berkumpul?
Akhirnya aku menjelaskan pada temanku bahwa aku tidak bisa memenuhi janjiku. Dan melihat aku yang kebingungan, akhirnya aku diizinkan untuk mengikuti acara organisasi dan orang tuaku tetap menugguiku di kosku. Alhamdulillah.
Aku sedih karena aku belum bisa berbakti yang benar-benar hanya untuk orang tuaku. Tapi aku bangga, aku memiliki orang tua yang tidak otoriter dan selalu mendukung anaknya ketika hal yang ia lakukan tidak menyalahi aturan agama :) Bahkan ketika nilaiku jelek tapi itu memang usahaku sendiri dan aku sudah berusaha semampuku, aku tak pernah dimarahi dan hal itu tidak pernah diungkit. Aku tahu, mereka mempercayaiku sepenuhnya
Terima kasih Bapak, Ummi :)
Seringkali rasa iri muncul, menjadikanku berandai andai; "andai aku seperti dia yang bisa A", atau "andai seperti dia yang bisa B". Sering. Akan tetapi, seharusnya aku ingat, setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Allah memberi orang keahlian berbeda-beda untuk saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Harusnya aku bersyukur atas apa yang aku punya dan bukannya mengeluh atas apa yang tidak aku punya. Mungkin saat ini aku belum se sukses 'dia' atau 'dia', tapi suatu saat insya Allah, aku akan sukses lewat jalan lain yang telah ditetapkan Allah untukku :)

Jumat, 11 April 2014

Bimbing Aku Saudariku

11 April 2014

Belakangan ini banyak hal-hal yang mengetuk kesadaranku.
Mengikuti suatu lembaga dakwah bukanlah hal yang mudah. Memang mungkin untuk bergabung di ke dalam lembaga tersebut tidaklah sulit, tetapi menjaga komitmen dan terus mencoba memperbaiki diri itulah yang belum bisa aku resapi nilainya. Iri sebenarnya, tetapi juga bangga, ketika banyak teman yang dapat menjadi jauh lebih baik setelah mengikuti lembaga dakwah tersebut. Bangga karena dapat berteman dengan mereka yang semangat menjadikan diri mereka lebih baik, tetapi iri karena aku tak mempunyai semangat sebesar mereka. Aku ingat, pertama kali masuk ke lembaga ini, banyak diantara teman-temanku yang masih memakai celana jeans, jilbab transparan, bersalaman dengan yang bukan mahram, bahkan masuk lembaga karena dipaksa orang tua, dan sebagainya. Tapi begitu melihat mereka sekarang, aku iri. Lihatlah, mereka kini telah berubah! Jauh menjadi lebih baik bahkan! Malu, malu rasanya aku ketika membandingkan diriku dengan mereka. Lihatlah jilbab mereka yang kini telah terbentang lebar dan panjang menggantikan jilbab transparan mereka, lihatlah rok-rok yang kini menggantikan celana jeans mereka. Apa yang sudah kamu ubah wahai diriku? Aku masihlah seperti dulu. Diriku, apakah kamu tidak malu? Mereka yang awalnya terpaksa saja bisa berubah. Bahkan jauh lebih pesat dan lebih baik dariku. Padahal lembaga kita sama, lalu apa yang membedakan kita wahai saudariku? Mengapa aku tak memiliki semangat yang sama sepertimu? Aku malu wahai saudariku, sungguh malu. Aku harap, walaupun aku terlambat menyadarinya, aku akan dapat memiliki semangat seperti kalian. Akan kumulai dengan hal kecil yang dapat aku lakukan. Hal kecil, rutin, dan kupegang teguh. Doakan aku wahai saudariku. Inilah langkah awalku untuk selalu berusaha menjadi lebih baik sepertimu. Walaupun perubahannya mungkin tak se-signifikan dirimu, aku akan terus berusaha memperbaiki diri wahai saudariku.
Tertanda, saudari seimanmu :')